Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20234 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa Terapi Medis Umum Dalam penanganan 2 gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), serta penjelasan mengenai terapi medis umum dalam penanganan 2 gejala GERD.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronis (NYKR) - Kode: 00133
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan, aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah tersebut.
2. Intoleransi Aktivitas (INTAK) - Kode: 00092
Definisi: Ketidakmampuan untuk mentolerir atau menyelesaikan aktivitas rutin.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. NYKR: Identifikasi karakteristik nyeri, faktor yang memperberat atau memperingan, strategi mengatasi nyeri saat ini, dampak nyeri terhadap fungsi dan kualitas hidup.
2. INTAK: Identifikasi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas, dampak intoleransi aktivitas terhadap fungsi dan kualitas hidup.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. NYKR: Kontrol nyeri, Kenyamanan, Fungsi aktivitas.
2. INTAK: Toleransi aktivitas, Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, Kualitas hidup.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. NYKR: Manajemen nyeri, Distraksi, Terapi relaksasi.
2. INTAK: Manajemen aktivitas, Edukasi aktivitas, Terapi aktivitas.
Terapi Medis Umum dalam Penanganan 2 Gejala GERD:
1. Gejala Heartburn (Rasa Terbakar di Dada):
- Proton Pump Inhibitor (PPI) seperti omeprazol, lansoprazol, pantoprazol, untuk mengurangi produksi asam lambung.
- Antagonis reseptor H2 (H2 receptor antagonist) seperti ranitidin, famotidin, untuk mengurangi produksi asam lambung.
2. Gejala Regurgitasi (Rasa Asam Naik ke Tenggorokan):
- Prokinetik seperti metoklopramid, untuk meningkatkan motilitas dan pengosongan lambung.
- Antasida seperti magnesium hidroksida, aluminium hidroksida, untuk menetralkan asam lambung.
Dalam penanganan GERD, terapi medis umum bertujuan untuk mengurangi produksi asam lambung, meningkatkan motilitas lambung, dan menetralkan asam lambung yang naik ke esofagus. -
Article No. 20235 | 30 Jul 2025
Klinis : Keputihan 1 bulan, tampak kista fungsional
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu keputihan yang berlangsung selama 1 bulan dan adanya kista fungsional, maka diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Ketidakseimbangan Cairan: Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kondisi kelebihan cairan intraseluler, ekstraseluler, atau keduanya.
Karakteristik Definisi:
- Keputihan yang berlebihan
- Adanya kista fungsional
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Keseimbangan Cairan
- Indikator:
- Pengeluaran cairan sesuai dengan kebutuhan
- Tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan (edema, asites, dll.)
- Tidak ada perubahan berat badan yang signifikan
- Target: Pasien menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan yang adekuat.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Cairan
- Definisi: Tindakan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Aktivitas:
- Kaji status cairan pasien (intake, output, turgor kulit, edema, dll.)
- Monitor tanda-tanda vital dan perubahan berat badan
- Berikan cairan oral sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan intravena, jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
2. Perawatan Vagina
- Definisi: Tindakan merawat dan memelihara area vagina.
- Aktivitas:
- Kaji tanda dan gejala infeksi vagina (keputihan, iritasi, dll.)
- Ajarkan pasien tentang cara perawatan vagina yang benar
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan, jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan vagina
Penjelasan Rinci dan Terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Ketidakseimbangan Cairan: Kelebihan Volume Cairan merupakan diagnosa yang sesuai karena kondisi pasien menunjukkan adanya keputihan yang berlebihan dan kista fungsional. Keputihan yang berlebihan dapat menjadi tanda dari kelebihan cairan, sedangkan kista fungsional juga dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan.
Luaran/Output SLKI:
Keseimbangan Cairan merupakan luaran yang diharapkan setelah asuhan keperawatan, dengan indikator-indikator seperti pengeluaran cairan yang sesuai kebutuhan, tidak ada tanda-tanda kelebihan cairan, dan tidak ada perubahan berat badan yang signifikan. Hal ini penting untuk mencapai kondisi yang optimal bagi pasien.
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Manajemen Cairan: Tindakan ini bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan meliputi pengkajian status cairan, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan oral, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan intravena, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
2. Perawatan Vagina: Tindakan ini bertujuan untuk merawat dan memelihara area vagina. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan meliputi pengkajian tanda dan gejala infeksi vagina, pengajaran cara perawatan vagina yang benar, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan, serta edukasi kepada pasien dan keluarga.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan terarah, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu keseimbangan cairan yang adekuat. -
Article No. 20236 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa Terapi Medis Umum Dalam penanganan gejala Sensasi dada seperti terbakar (heartburn) pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan mengenai diagnosa keperawatan, serta terapi medis umum dalam penanganan gejala sensasi dada seperti terbakar (heartburn) pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Kode SDKI: 00002
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Nyeri Akut
- Kode SDKI: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
3. Gangguan Pola Tidur
- Kode SDKI: 00198
- Definisi: Gangguan kuantitas dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah daftar diagnosa keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah daftar luaran/hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Terapi Medis Umum dalam Penanganan Gejala Sensasi Dada Seperti Terbakar (Heartburn) pada GERD:
1. Obat-obatan antasida: Membantu menetralkan asam lambung dan meredakan gejala heartburn.
2. Penghambat pompa proton (PPI): Mengurangi produksi asam lambung secara efektif.
3. H2-antagonis: Menghambat produksi asam lambung.
4. Prokinetik: Meningkatkan motilitas saluran cerna sehingga mencegah refluks.
5. Antibiotik: Dapat membantu dalam kasus infeksi Helicobacter pylori.
6. Terapi gaya hidup: Mengubah pola makan, menghindari makanan pemicu, penurunan berat badan, dan posisi tidur yang tepat.
Secara umum, tatalaksana GERD melibatkan kombinasi terapi farmakologis dan perubahan gaya hidup untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. -
Article No. 20237 | 30 Jul 2025
Klinis : Keputihan 1 bulan, tampak kista fungsional
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona pakar, perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Keputihan 1 bulan, tampak kista fungsional
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu keputihan selama 1 bulan dan tampak adanya kista fungsional, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Gangguan Integritas Membran Mukosa
Definisi: Kerusakan atau perubahan pada membran mukosa vagina.
Faktor yang Berhubungan: Infeksi, produksi sekresi berlebih.
Penjelasan: Keputihan yang dialami pasien selama 1 bulan dan adanya kista fungsional mengindikasikan adanya gangguan pada integritas membran mukosa vagina. Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi atau produksi sekresi yang berlebih.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Berdasarkan Diagnosa Keperawatan SDKI "Gangguan Integritas Membran Mukosa", Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) adalah:
a. Integritas Membran Mukosa: Pemulihan
Definisi: Kemampuan membran mukosa untuk mempertahankan fungsi dan struktur normalnya.
Kriteria Hasil:
- Tidak ada perubahan warna, kelembaban, atau konsistensi membran mukosa
- Tidak ada nyeri atau rasa tidak nyaman pada membran mukosa
- Tidak ada sekresi berlebih atau abnormal dari membran mukosa
Penjelasan: Luaran/Output yang diharapkan adalah pemulihan integritas membran mukosa vagina, di mana tidak ada lagi perubahan pada warna, kelembaban, atau konsistensi membran mukosa, tidak ada nyeri atau rasa tidak nyaman, serta tidak ada sekresi berlebih atau abnormal dari membran mukosa.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, yaitu pemulihan integritas membran mukosa, maka Intervensi Keperawatan yang diperlukan (SIKI) adalah:
a. Manajemen Infeksi
Definisi: Tindakan untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi.
Aktivitas:
- Identifikasi tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi anti-infeksi
- Monitor efektivitas terapi anti-infeksi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
b. Manajemen Cairan
Definisi: Tindakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan.
Aktivitas:
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan cairan
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi cairan, jika diperlukan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan
c. Terapi Topikal
Definisi: Tindakan pemberian obat atau bahan lain secara lokal pada area yang terkena.
Aktivitas:
- Identifikasi area yang memerlukan terapi topikal
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemilihan dan pemberian terapi topikal yang sesuai
- Monitor efektivitas dan toleransi pasien terhadap terapi topikal
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penggunaan terapi topikal yang benar
Penjelasan: Intervensi Keperawatan yang diperlukan meliputi Manajemen Infeksi untuk mencegah, mengendalikan, dan mengatasi infeksi yang mungkin menjadi penyebab gangguan integritas membran mukosa; Manajemen Cairan untuk menjaga keseimbangan cairan; serta Terapi Topikal untuk memberikan perawatan lokal pada area yang terkena. Semua intervensi ini bertujuan untuk mencapai pemulihan integritas membran mukosa vagina. -
Article No. 20238 | 30 Jul 2025
Klinis : Kejengkolan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi kejengkolan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R45.1
- Deskripsi: Kejengkelan
Penjelasan:
Kejengkolan, atau dalam terminologi medis disebut sebagai "Irritability", merupakan suatu kondisi di mana individu menunjukkan perasaan tidak nyaman, mudah tersinggung, dan reaktif secara emosional. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, kelelahan, atau perubahan suasana hati. Kode ICD-10 R45.1 digunakan untuk mengidentifikasi dan mencatat diagnosis kejengkolan dalam rekam medis pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kejengkolan.
Penjelasan:
Kejengkolan merupakan suatu kondisi emosional yang tidak memerlukan tindakan medis khusus. Penanganan kejengkolan biasanya melibatkan pendekatan non-farmakologis, seperti manajemen stres, terapi perilaku, atau konseling. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara spesifik terkait dengan penanganan kejengkolan. -
Article No. 20239 | 30 Jul 2025
Klinis : Kejengkolan Nyeri tidak bisa kencing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda sampaikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R35.0
- Deskripsi: Poliuria (sering kencing)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Prosedur diagnostik pada saluran kemih, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
Kejengkolan atau poliuria (sering kencing) adalah kondisi di mana seseorang mengalami peningkatan frekuensi berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsumsi cairan yang berlebihan, diabetes, infeksi saluran kemih, atau masalah pada kandung kemih.
Untuk kode ICD-10, R35.0 adalah kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi poliuria atau sering kencing. Kode ini termasuk dalam kategori "Gejala dan tanda yang melibatkan sistem urinaria".
Sementara itu, untuk kode ICD-9-CM prosedur, 59.8 adalah kode yang dapat digunakan untuk prosedur diagnostik pada saluran kemih, yang mungkin diperlukan untuk mengevaluasi penyebab dari sering kencing. Prosedur ini dapat mencakup pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau pencitraan saluran kemih.
Jika ada gejala tambahan, seperti nyeri saat berkemih, dapat dievaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan untuk menentukan penyebab dan rencana perawatan yang sesuai. -
Article No. 20240 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa Terapi Medis Umum Dalam penanganan gejala muntah pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dengan gejala muntah.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien dengan GERD yang disertai dengan gejala muntah, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Mual (NAUS)
Definisi: Sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Penyebab: Iritasi pada saluran pencernaan, efek samping obat, stres, nyeri, dan gangguan motilitas gastrointestinal.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Kontrol Mual (CNRL-NAUS)
Definisi: Kemampuan untuk mencegah atau mengurangi sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali faktor penyebab mual
- Pasien dapat menerapkan strategi mengatasi mual secara efektif
- Frekuensi dan intensitas mual berkurang
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Manajemen Mual (MNMN-NAUS)
Tujuan: Membantu pasien mencegah atau mengurangi sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi penyebab mual (misalnya, efek samping obat, iritasi saluran cerna, stres)
- Ajarkan teknik relaksasi (pernapasan dalam, visualisasi) untuk mengatasi mual
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antiemetik, jika diperlukan
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Berikan dukungan emosional dan hindari stimulus yang dapat memicu mual
- Evaluasi efektivitas intervensi dan lakukan modifikasi jika diperlukan
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Mual (NAUS)" dipilih karena pasien dengan GERD sering mengalami gejala mual yang dapat mengarah pada muntah. Mual merupakan sensasi tidak nyaman di perut yang dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup pasien.
Luaran/Output yang diharapkan adalah "Kontrol Mual (CNRL-NAUS)", yaitu kemampuan pasien untuk mencegah atau mengurangi sensasi mual secara efektif. Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengenali faktor penyebab mual, menerapkan strategi mengatasi mual, serta mengalami penurunan frekuensi dan intensitas mual.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah "Manajemen Mual (MNMN-NAUS)", yang bertujuan untuk membantu pasien mencegah atau mengurangi sensasi mual. Aktivitas keperawatan mencakup identifikasi penyebab mual, pengajaran teknik relaksasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian antiemetik, pengaturan diet, pemberian dukungan emosional, serta evaluasi dan modifikasi intervensi jika diperlukan.
Secara umum, terapi medis untuk penanganan gejala muntah pada GERD dapat meliputi:
1. Penggunaan obat-obatan antasida, H2 reseptor antagonis, atau proton pump inhibitor (PPI) untuk mengurangi produksi asam lambung.
2. Pemberian prokinetik untuk meningkatkan motilitas esofagus dan lambung, sehingga dapat mengurangi refluks.
3. Pemberian antiemetik, seperti ondansetron atau metoklopramid, untuk mengurangi gejala mual dan muntah.
4. Tindakan bedah, seperti fundoplicatio, sebagai pilihan terakhir bagi pasien dengan GERD yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medis.
Kolaborasi yang erat antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya, serta keterlibatan aktif pasien, sangat penting dalam mencapai hasil yang optimal dalam penanganan GERD dengan gejala muntah. -
Article No. 20241 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa Terapi Medis Umum Dalam penanganan gejala muntah pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)? Tuliskan sumbernya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) yang disertai dengan gejala muntah.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Ketidakefektifan Peristaltik Gastro-intestinal" (SDKI, 2017). Diagnosa ini didasarkan pada gejala muntah yang merupakan salah satu manifestasi klinis dari GERD.
Terapi Medis Umum Dalam Penanganan Gejala Muntah pada GERD:
Menurut Panduan Praktik Klinis (PPK) Gastroenterologi (2019), terapi medis umum dalam penanganan gejala muntah pada GERD meliputi:
1. Penggunaan Proton Pump Inhibitor (PPI) seperti omeprazol, lansoprazol, atau esomeprazol untuk mengurangi produksi asam lambung.
2. Penggunaan Antagonis Reseptor H2 (H2 Receptor Antagonist) seperti ranitidin atau famotidin untuk mengurangi produksi asam lambung.
3. Penggunaan Prokenetik seperti metoklopramid untuk meningkatkan motilitas gastro-intestinal.
4. Pemberian Antasida untuk menetralkan asam lambung.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap makanan dan cairan (SLKI, 2019).
2. Pasien menunjukkan penurunan frekuensi dan durasi gejala muntah (SLKI, 2019).
3. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan perawatan diri terkait dengan GERD (SLKI, 2019).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi:
1. Manajemen Nutrisi: Mengatur pola makan, jenis makanan, dan volume intake pasien untuk mencegah terjadinya muntah (SIKI, 2018).
2. Manajemen Gejala: Memantau tanda-tanda vital, mengobservasi frekuensi dan durasi muntah, serta memberikan intervensi yang tepat untuk mengurangi gejala (SIKI, 2018).
3. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai GERD, tanda-tanda, pencegahan, dan perawatan diri yang tepat (SIKI, 2018).
4. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Berkolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi medis dan pemantauan respon pasien terhadap pengobatan (SIKI, 2018).
Sumber:
- Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 2017.
- Panduan Praktik Klinis (PPK) Gastroenterologi, 2019.
- Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 2019.
- Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018. -
Article No. 20242 | 30 Jul 2025
Klinis : demam 3 hari
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci terkait dengan kondisi pasien dengan demam 3 hari.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi demam 3 hari adalah "Hipertermia" (SDKI, 2017). Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal akibat kegagalan mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Stabilitas Tanda-Tanda Vital: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah yang berada dalam batas normal.
2. Manajemen Demam: Pasien menunjukkan penurunan suhu tubuh dan gejala demam yang membaik.
3. Pengendalian Faktor Risiko: Pasien dapat mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor risiko yang menyebabkan demam.
4. Pengetahuan tentang Demam: Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang penyebab, gejala, dan penanganan demam.
5. Kemampuan Perawatan Diri: Pasien mampu melakukan perawatan diri yang tepat untuk mengatasi demam.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Melakukan pemantauan suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan darah secara berkala untuk mengevaluasi kondisi pasien.
2. Manajemen Demam:
a. Pemberian obat antipiretik sesuai resep dokter untuk menurunkan suhu tubuh.
b. Pemberian kompres hangat/dingin untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
c. Mengatur suhu lingkungan agar nyaman bagi pasien.
d. Memastikan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.
3. Identifikasi Faktor Risiko:
a. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan demam, seperti infeksi, dehidrasi, atau kondisi medis lainnya.
b. Melakukan pemeriksaan diagnostik, jika diperlukan, untuk mengidentifikasi penyebab demam.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga:
a. Memberikan informasi tentang penyebab, gejala, dan penanganan demam.
b. Mengajarkan teknik perawatan diri yang tepat, seperti pemberian kompres hangat/dingin dan menjaga asupan cairan yang adekuat.
c. Mendorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pemantauan kondisi.
5. Evaluasi dan Tindak Lanjut:
a. Memantau efektivitas intervensi dalam menurunkan suhu tubuh dan mengendalikan gejala demam.
b. Melakukan penyesuaian intervensi, jika diperlukan, untuk mencapai tujuan perawatan.
c. Memastikan pasien mendapatkan perawatan lanjutan yang diperlukan, jika kondisi tidak membaik.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas tanda-tanda vital, manajemen demam yang efektif, pengendalian faktor risiko, peningkatan pengetahuan, dan kemampuan perawatan diri yang baik. -
Article No. 20243 | 30 Jul 2025
Klinis : Apa Terapi Medis Umum Dalam penanganan gejala muntah pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)? Tuliskan sumbernya secara lengkap
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dengan gejala muntah:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan/diperlukan, seperti aktivitas perawatan diri, produktivitas, dan waktu luang.
Faktor yang berhubungan: Keterbatasan fisiologis (misal: GERD dengan gejala muntah).
Sumber: Konsil Keperawatan Indonesia. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Terapi Medis Umum Dalam penanganan gejala muntah pada Gastroesophageal Reflux Disease (GERD):
1. Penggunaan Obat Antasida (Proton Pump Inhibitor/PPI)
Tujuan: Menekan produksi asam lambung dan memperbaiki gejala GERD.
Contoh: Omeprazole, Lansoprazole, Esomeprazole.
2. Penggunaan Antagonis Reseptor H2 (H2 Receptor Antagonist)
Tujuan: Menekan produksi asam lambung dan memperbaiki gejala GERD.
Contoh: Ranitidine, Famotidine.
3. Penggunaan Prokinetik
Tujuan: Meningkatkan motilitas saluran cerna sehingga mempercepat pengosongan lambung dan mengurangi refluks.
Contoh: Metoclopramide, Domperidone.
Sumber: Kemenkes RI. (2019). Pedoman Tatalaksana Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
Definisi: Kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan/diperlukan, seperti aktivitas perawatan diri, produktivitas, dan waktu luang.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gejala muntah.
- Klien dapat mempertahankan status gizi yang adekuat.
- Klien melaporkan tidak ada keluhan pusing atau kelelahan saat beraktivitas.
Sumber: Konsil Keperawatan Indonesia. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Gejala
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan atau mengurangi gejala yang dialami klien.
Aktivitas Keperawatan:
- Identifikasi penyebab dan pemicu gejala muntah.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk pemberian terapi medis yang tepat.
- Ajarkan teknik mengatasi mual dan muntah (seperti nafas dalam, distraksi).
- Pantau intake dan output cairan serta status gizi klien.
2. Manajemen Aktivitas
Definisi: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas Keperawatan:
- Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- Bantu klien dalam melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya.
- Ajarkan teknik menghemat energi saat beraktivitas.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk program rehabilitasi, jika diperlukan.
Sumber: Konsil Keperawatan Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Aktifitas. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk menanyakannya.