Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2421 | 15 Oct 2024
Klinis : magh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi maag.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung (maag)
Penjelasan singkat:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Pasien dapat melaporkan nyeri yang berkurang, penggunaan analgesik yang efektif, dan kemampuan untuk beraktivitas yang meningkat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi relaksasi, pengaturan posisi dan lingkungan yang nyaman, serta pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Dengan pendekatan akademis dan sebagai seorang pakar perawat, saya telah memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi maag. Mohon jangan ragu untuk menanyakan hal-hal lain yang berkaitan dengan keperawatan. -
Article No. 2422 | 15 Oct 2024
Klinis : batuk, sesak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi batuk dan sesak napas.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gejala utama: batuk tidak efektif, napas cuping hidung, sianosis, dispnea
- Penyebab: mukus berlebih, obstruksi jalan napas, kelemahan otot pernapasan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan jalan napas yang terbuka
- Indikator: Bebas sputum, irama napas normal, SpO2 dalam batas normal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, Oksigenasi, Manajemen batuk
- Kegiatan: Auskultasi suara napas, Posisikan pasien, Bantu batuk efektif, Observasi pola napas
Sebagai perawat profesional, saya akan melakukan assessment, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang komprehensif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada pasien. Tujuan utamanya adalah memulihkan fungsi pernapasan pasien secara optimal. -
Article No. 2423 | 15 Oct 2024
Klinis : campak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan untuk Campak, berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Silang berhubungan dengan keterpaparan patogen penyebab campak.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Risiko Infeksi Silang adalah keadaan rentan mengalami transmisi mikroorganisme patogen dari satu orang ke orang lain.
SLKI: Tujuan yang diharapkan adalah individu bebas dari infeksi silang.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi isolasi pasien, penggunaan alat pelindung diri, kebersihan tangan, dan pemutusan rantai transmisi.
Sebagai seorang perawat profesional, saya memahami bahwa campak adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Morbillivirus. Pasien dengan campak memiliki risiko tinggi terjadinya transmisi virus kepada orang lain, terutama pada lingkungan perawatan kesehatan. Oleh karena itu, penerapan tindakan pencegahan infeksi silang menjadi fokus utama dalam pengelolaan kasus campak di tatanan pelayanan kesehatan. -
Article No. 2424 | 15 Oct 2024
Klinis : tipes
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tifus:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
2. Hipertermia
3. Risiko Infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Penyebab: Penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, dan malabsorpsi.
- Karakteristik: Berat badan menurun, lingkar lengan atas kecil, turgor kulit buruk, dan kelemahan.
2. Hipertermia
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- Penyebab: Infeksi, dehidrasi, dan kegagalan sistem termoregulasi.
- Karakteristik: Suhu tubuh meningkat, kulit kemerahan, dan gelisah.
3. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen.
- Faktor Risiko: Integritas kulit dan membran mukosa yang terganggu, malnutrisi, dan penurunan sistem kekebalan.
- Karakteristik: Peningkatan suhu tubuh, peningkatan jumlah leukosit, dan tanda-tanda infeksi lokal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Nutrisi
- Indikator: Asupan nutrisi adekuat, tidak ada penurunan berat badan, dan status gizi baik.
2. Regulasi Suhu
- Indikator: Suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda hipertermia, dan tidak ada komplikasi akibat demam.
3. Kontrol Infeksi
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada peningkatan suhu tubuh, dan tidak ada peningkatan jumlah leukosit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
- Intervensi: Mengkaji asupan nutrisi, memantau berat badan, dan memberikan nutrisi yang adekuat.
2. Manajemen Demam
- Intervensi: Memantau suhu tubuh, memberikan obat penurun demam, dan menjaga hidrasi.
3. Pencegahan Infeksi
- Intervensi: Memantau tanda-tanda infeksi, menjaga higiene, dan memberikan antibiotik sesuai indikasi.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan berkualitas untuk pasien dengan kondisi tifus. -
Article No. 2425 | 15 Oct 2024
Klinis : kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kejang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang
Definisi: Keadaan rentan terhadap luka fisik yang dapat terjadi selama episode kejang.
Penjelasan:
Risiko Cedera Berhubungan dengan Kejang adalah diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi adanya risiko atau potensi terjadinya luka fisik pada pasien selama episode kejang. Kejang dapat menyebabkan pasien jatuh, membentur benda keras, atau mengalami cedera lainnya. Oleh karena itu, perawat perlu mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya cedera pada pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien tidak mengalami cedera selama episode kejang.
2. Pasien menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang manajemen kejang.
3. Pasien menunjukkan penurunan frekuensi kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Pengkajian risiko cedera pada pasien dengan kejang
2. Penyediaan lingkungan yang aman untuk pasien selama episode kejang
3. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen kejang
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan medis kejang
Sebagai perawat, saya berperan dalam mengidentifikasi risiko cedera, menciptakan lingkungan yang aman, memberikan edukasi, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mencegah terjadinya cedera pada pasien dengan kondisi kejang. -
Article No. 2426 | 15 Oct 2024
Klinis : kejang dx ckd on hd
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi kejang akibat Chronic Kidney Disease (CKD) pada pasien yang menjalani hemodialisis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Tidur
2. Risiko Cedera
3. Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan Singkat Standar SDKI-SLKI-SIKI:
1. Gangguan Pola Tidur
- SDKI: Gangguan Pola Tidur
- SLKI: Tidur Terganggu
- SIKI: Intervensi untuk Memfasilitasi Tidur
Pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis sering mengalami gangguan pola tidur, seperti insomnia, sering terbangun, dan kualitas tidur yang buruk. Ini dapat disebabkan oleh gejala uremia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, serta efek samping obat-obatan. Intervensi keperawatan dapat meliputi manajemen lingkungan, teknik relaksasi, dan pengaturan pola tidur.
2. Risiko Cedera
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Pemulihan Setelah Cedera
- SIKI: Intervensi untuk Mencegah Cedera
Pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis berisiko mengalami cedera, seperti jatuh, perdarahan, atau gangguan elektrolit yang dapat memicu kejang. Intervensi keperawatan dapat mencakup pengawasan yang ketat, manajemen lingkungan yang aman, serta pemantauan tanda-tanda vital dan parameter laboratorium.
3. Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Kelebihan Volume Cairan
- SLKI: Keseimbangan Cairan
- SIKI: Intervensi untuk Manajemen Cairan
Pasien dengan CKD yang menjalani hemodialisis sering mengalami kelebihan volume cairan, yang dapat memicu kejang. Intervensi keperawatan dapat meliputi pembatasan asupan cairan, manajemen diet, pemantauan timbangan badan, dan pengaturan terapi diuretik atau hemofiltrasi.
Harapan saya, penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi pasien dengan kejang akibat CKD yang menjalani hemodialisis, serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2427 | 15 Oct 2024
Klinis : Marah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Marah
Penjelasan singkat menggunakan format SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Marah adalah perasaan emosional yang intens dan tidak menyenangkan, biasanya disebabkan oleh rasa terluka, frustasi, atau ketidakpuasan. Hal ini dapat ditandai dengan ekspresi wajah tegang, pernapasan yang cepat, dan tindakan agresif atau destruktif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan marah adalah pasien dapat:
1. Mengidentifikasi pemicu marah.
2. Menggunakan strategi koping yang efektif untuk mengelola marah.
3. Mendemonstrasikan perilaku yang sesuai saat mengalami marah.
4. Melaporkan penurunan frekuensi dan intensitas marah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani marah meliputi:
1. Mengidentifikasi penyebab dan pemicu marah.
2. Mengajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
3. Membantu pasien mengekspresikan marah dengan cara yang konstruktif.
4. Mendorong pasien untuk menggunakan strategi koping yang adaptif.
5. Memantau tanda-tanda vital dan respons emosional pasien.
6. Menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung.
Sebagai perawat, saya akan bekerja secara kolaboratif dengan pasien untuk memahami akar penyebab marah dan mengembangkan strategi penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya. Pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien akan menjadi kunci dalam membantu pasien mengelola kondisi marahnya secara efektif. -
Article No. 2428 | 15 Oct 2024
Klinis : Hb 8,6 masalah perfusi jaringan perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Perfusi jaringan perifer tidak efektif didefinisikan sebagai ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan hematologis, atau faktor lainnya yang dapat menurunkan aliran darah ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan untuk pasien dengan perfusi jaringan perifer tidak efektif adalah peningkatan perfusi jaringan perifer, seperti peningkatan suhu ekstremitas, pengisian kapiler yang normal, dan tidak ada tanda-tanda nekrosis jaringan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi perfusi jaringan perifer tidak efektif antara lain:
1. Monitoring tanda-tanda vital, termasuk tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh.
2. Mengatur posisi ekstremitas untuk meningkatkan aliran darah.
3. Pemberian oksigen, jika diperlukan.
4. Pemberian obat-obatan, seperti vasodilatator atau antikoagulan, sesuai dengan resep dokter.
5. Perawatan luka, jika ada.
6. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga perfusi jaringan perifer.
Dengan kadar Hb 8,6 g/dL, perfusi jaringan perifer yang tidak efektif dapat disebabkan oleh anemia. Oleh karena itu, intervensi keperawatan yang utama adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, serta pemberian obat-obatan sesuai dengan resep dokter untuk meningkatkan perfusi jaringan perifer. -
Article No. 2429 | 15 Oct 2024
Klinis : Hb 8,6 masalah resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang pakar perawat dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Hb 8,6 dengan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Infeksi.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Risiko Infeksi adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kerentanan individu terhadap masuknya atau perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Beberapa luaran keperawatan yang terkait dengan diagnosa Risiko Infeksi antara lain Imunitas, Kontrol Infeksi, dan Pemulihan.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola Risiko Infeksi meliputi Manajemen Infeksi, Pencegahan Infeksi, Perawatan Luka, Peningkatan Sistem Imun, dan Pemantauan Tanda-tanda Vital.
Selain itu, perlu diperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi pada pasien dengan kadar hemoglobin (Hb) yang rendah, seperti penurunan daya tahan tubuh, penyembuhan luka yang lambat, dan kemungkinan adanya penyakit penyerta lainnya. Intervensi keperawatan yang tepat dapat membantu mencegah dan mengelola risiko infeksi pada pasien. -
Article No. 2430 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien dengan talasemia HB 8.6 perfusi jaringan tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang! Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan talasemia Hb 8.6 dan perfusi jaringan tidak efektif:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Perfusi jaringan tidak efektif adalah kondisi di mana individu mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien akan menunjukkan peningkatan perfusi jaringan yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen cairan, dan terapi transfusi darah.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan talasemia Hb 8.6 mengalami penurunan kemampuan darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh, sehingga mengakibatkan perfusi jaringan tidak efektif. Perawat perlu melakukan pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, manajemen cairan, dan terapi transfusi darah untuk membantu meningkatkan perfusi jaringan yang efektif pada pasien.