Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2550 | 16 Oct 2024
Klinis : gangguan pertukaran gas pada pasien gagal jantung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas pada pasien gagal jantung.
Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Perfusi Jaringan Kardiopulmoner
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), penurunan perfusi jaringan kardiopulmoner didefinisikan sebagai berkurangnya oksigenasi ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan pada sistem kardiovaskular dan/atau sistem pernapasan.
Pasien gagal jantung sering mengalami gangguan pertukaran gas yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan kardiopulmoner. Hal ini terjadi karena adanya penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh, sehingga terjadi gangguan redistribusi aliran darah dan penurunan oksigenasi jaringan.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah meningkatnya perfusi jaringan, yang dapat diukur melalui parameter seperti peningkatan saturasi oksigen, perbaikan gejala dyspnea, dan stabilitas hemodinamik.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) antara lain:
1. Manajemen oksigenasi
2. Manajemen aktivitas
3. Manajemen cairan
4. Manajemen gagal jantung
Implementasi dari intervensi-intervensi tersebut harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan dilakukan secara komprehensif untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga penjelasan ini dapat membantu dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan terkait gangguan pertukaran gas pada pasien gagal jantung. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 2551 | 16 Oct 2024
Klinis : gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan/atau mengeliminasi karbon dioksida di dalam sistem pernapasan.
Penyebab:
1. Penurunan luas permukaan alveolar
2. Penurunan kemampuan difusi
3. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
4. Gangguan mekanik pernapasan
Karakteristik Definisi:
1. Hipoksemia
2. Hiperkapnia
3. Dispnea
4. Kelelahan pernapasan
5. Perubahan frekuensi pernapasan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Ventilasi
4. Manajemen Pernapasan
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Status Pernapasan
2. Status Pertukaran Gas
3. Status Oksigenasi
4. Status Ventilasi
Dokumentasi Keperawatan (SDKI):
1. Frekuensi Pernapasan
2. Irama Pernapasan
3. Kedalaman Pernapasan
4. Saturasi Oksigen
5. Tekanan Parsial Oksigen
6. Tekanan Parsial Karbon Dioksida
Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang terstruktur dan terarah dalam menangani kondisi gangguan pertukaran gas pada pasien. -
Article No. 2552 | 16 Oct 2024
Klinis : demam, sesak , batuk, bronkopneumoni
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi demam, sesak, batuk, dan bronkopneumoni:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Hipertermia
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas terbuka.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas dari sekresi atau obstruksi.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pembebasan jalan napas dari sekresi atau obstruksi, seperti pengisapan lendir, inhalasi, dan fisioterapi dada.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk memfasilitasi pola napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pola napas yang efektif, seperti oksigenasi, latihan pernapasan, dan pengaturan posisi.
3. Hipertermia
- SDKI: Suhu tubuh di atas nilai normal dikarenakan peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mengontrol suhu tubuh agar tetap dalam rentang normal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengontrol suhu tubuh, seperti pemberian antipiretik, kompres dingin, dan manajemen lingkungan.
Keempat diagnosa keperawatan di atas saling terkait dalam kasus demam, sesak, batuk, dan bronkopneumoni. Upaya keperawatan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah pernapasan dan suhu tubuh yang tidak normal. -
Article No. 2553 | 16 Oct 2024
Klinis : Lemah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Lemah".
Diagnosa Keperawatan: Ketidakstabilan Fisik
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakstabilan Fisik didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami perubahan pada fungsi tubuh yang mengancam kesehatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa Ketidakstabilan Fisik adalah:
a. Klien mencapai stabilitas tanda-tanda vital.
b. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Ketidakstabilan Fisik antara lain:
a. Pemantauan tanda-tanda vital secara teratur.
b. Manajemen cairan dan elektrolit.
c. Pemberian nutrisi yang adekuat.
d. Fasilitasi aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan klien.
e. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang manajemen perawatan.
Dalam kondisi "Lemah", diagnosa keperawatan yang tepat adalah Ketidakstabilan Fisik. Hal ini dikarenakan keadaan lemah dapat menyebabkan perubahan pada fungsi tubuh yang dapat mengancam kesehatan klien. Melalui intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan klien dapat mencapai stabilitas tanda-tanda vital, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. -
Article No. 2304 | 15 Oct 2024
Klinis : Risiko hipovolemik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan sebagai seorang pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko hipovolemik:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Hipovolemik
Definisi:
Risiko Hipovolemik adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan volume cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Faktor Risiko:
1. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (misalnya diare, muntah, perdarahan, luka bakar, trauma).
2. Asupan cairan dan elektrolit yang tidak adekuat.
3. Gangguan mekanisme regulasi cairan dan elektrolit.
Gejala dan Tanda:
1. Takikardia
2. Hipotensi
3. Penurunan turgor kulit
4. Mucosal membrane kering
5. Penurunan output urin
Tujuan Keperawatan:
1. Pasien tidak mengalami komplikasi hipovolemik.
2. Pasien mempertahankan volume cairan dan elektrolit yang adekuat.
Intervensi Keperawatan:
1. Monitor tanda dan gejala hipovolemik secara berkala.
2. Pantau intake dan output cairan.
3. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengoreksi penyebab kehilangan cairan.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipovolemik.
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
2. Turgor kulit dan membran mukosa baik.
3. Output urin adekuat.
4. Tidak terjadi komplikasi hipovolemik.
Evaluasi:
Pasien menunjukkan perbaikan tanda dan gejala hipovolemik serta tidak mengalami komplikasi. -
Article No. 2305 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien datang kontrol ke poli jiwa, cukup tenang dan kooperatif saat wawancara. Pasien mengatakan gampang marah 1 bulan terakhir terkait pekerjaan di kantor. Pasien merasa gampang tersinggung jika pendapatnya dibantah orang lain. Tidak ada perasaa yang begitu bersemangat saat bekerja, serta tidak ada perasaan sedih yang berlebihan. Pasien cukup komunikatif, tidak ada perilaku impulsive saat ini. Makan baik, tidur malam cukup, pasien patuh minum obat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah Perawat Jiwa profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan adalah "Kondisi di mana individu menunjukkan perilaku yang dapat melukai diri sendiri atau orang lain secara verbal, fisik, atau psikologis".
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada diagnosa ini adalah Perilaku Kekerasan Terkendali. Pasien dapat mengendalikan perilaku marah dan impulsif, tidak menunjukkan perilaku kekerasan verbal, fisik, atau psikologis.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Terapi Kognitif: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif yang mengarah pada perilaku kekerasan.
b. Manajemen Amarah: Mengajarkan teknik pengendalian emosi dan manajemen konflik.
c. Komunikasi Terapeutik: Membangun hubungan saling percaya dan mendorong pasien mengungkapkan perasaannya.
d. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi terkait pentingnya menjaga kesehatan mental dan mengelola emosi.
e. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Bekerja sama dengan psikolog atau psikiater untuk penanganan yang komprehensif.
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perilaku Kekerasan, dengan fokus intervensi pada pengendalian emosi, komunikasi terapeutik, dan edukasi kesehatan mental. Tujuannya adalah mencapai luaran Perilaku Kekerasan Terkendali. Saya siap memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan kolaboratif untuk membantu pasien mencapai kesehatan mental yang optimal. Apakah ada pertanyaan lain yang dapat saya bantu? -
Article No. 2306 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien datang kontrol ke poli jiwa, cukup tenang dan kooperatif saat wawancara. Pasien mengatakan gampang marah 1 bulan terakhir terkait pekerjaan di kantor. Pasien merasa gampang tersinggung jika pendapatnya dibantah orang lain. Tidak ada perasaa yang begitu bersemangat saat bekerja, serta tidak ada perasaan sedih yang berlebihan. Pasien cukup komunikatif, tidak ada perilaku impulsive saat ini. Makan baik, tidur malam cukup, pasien patuh minum obat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Disregulasi Emosi
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Disregulasi Emosi didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu untuk mengelola emosi secara efektif, sehingga menimbulkan respon emosional yang berlebihan atau tidak sesuai dengan situasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada pasien dengan diagnosa Disregulasi Emosi adalah pasien dapat mengelola emosi secara efektif, menunjukkan perilaku adaptif, dan mempertahankan hubungan interpersonal yang memuaskan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat diberikan meliputi:
1. Terapi Kognitif-Perilaku: Membantu pasien mengidentifikasi dan mengubah pola pikir maladaptif yang menyebabkan disregulasi emosi.
2. Manajemen Stres: Mengajarkan teknik-teknik relaksasi dan manajemen stres untuk mengelola emosi.
3. Peningkatan Koping: Memfasilitasi pasien untuk mengembangkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi situasi sulit.
4. Edukasi Kesehatan Mental: Memberikan informasi terkait kesehatan mental dan pentingnya mengelola emosi dengan baik.
Dengan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat mengelola emosinya secara lebih efektif, mengurangi respon emosional yang berlebihan, dan dapat mempertahankan hubungan interpersonal yang baik. -
Article No. 2307 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien datang kontrol ke poli jiwa, cukup tenang dan kooperatif saat wawancara. Pasien mengatakan gampang marah 1 bulan terakhir terkait pekerjaan di kantor. Pasien merasa gampang tersinggung jika pendapatnya dibantah orang lain. Tidak ada perasaa yang begitu bersemangat saat bekerja, serta tidak ada perasaan sedih yang berlebihan. Pasien cukup komunikatif, tidak ada perilaku impulsive saat ini. Makan baik, tidur malam cukup, pasien patuh minum obat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (SDKI)
Penjelasan:
Pasien menunjukkan gejala risiko perilaku kekerasan, yaitu mudah marah dan tersinggung jika pendapatnya dibantah orang lain. Hal ini dapat meningkatkan potensi terjadinya perilaku agresif atau kekerasan.
SLKI:
- Kontrol Perilaku: Mempertahankan respon perilaku yang tepat
- Manajemen Amarah: Mengatur reaksi emosional yang berlebihan
SIKI:
- Terapi Perilaku: Intervensi untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif menjadi perilaku yang adaptif
- Manajemen Amarah: Intervensi untuk mengatur reaksi emosional yang berlebihan
Penjelasan singkat:
Perawat perlu melakukan intervensi untuk membantu pasien mengontrol perilaku dan mengelola amarahnya, sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Intervensi dapat dilakukan melalui terapi perilaku dan manajemen amarah. -
Article No. 2308 | 15 Oct 2024
Klinis : Pasien datang dengan keluhan gatal kadang terasa kulit wajah menghitam kulit kering dan pasien sedang pengobatan kusta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosis Keperawatan:
1. Gangguan Integritas Kulit Berhubungan dengan Proses Penyakit Kusta
Penjelasan Singkat Berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Kulit didefinisikan sebagai kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit. Gejala yang muncul pada pasien kusta dapat berupa gatal, perubahan warna kulit, dan kulit kering.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah:
1. Kulit tetap utuh
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Tidak ada perubahan warna kulit
4. Tidak ada rasa gatal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Perawatan kulit
2. Manajemen gejala (mengurangi rasa gatal)
3. Pendidikan kesehatan tentang perawatan kulit dan pencegahan komplikasi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) untuk pemberian pengobatan kusta
Sebagai perawat, kita perlu memberikan perawatan kulit yang komprehensif, mengelola gejala, dan memberikan edukasi kepada pasien agar dapat mempertahankan integritas kulit dan mencegah komplikasi lebih lanjut akibat penyakit kusta. -
Article No. 2309 | 15 Oct 2024
Klinis : menilai diri negatif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
Penjelasan Singkat Berdasarkan Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Harga Diri Rendah didefinisikan sebagai evaluasi diri yang negatif dan perasaan tidak berharga.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari kondisi ini adalah peningkatan harga diri pasien, yang dapat diukur dengan indikator seperti pasien dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya, pasien dapat mengungkapkan perasaan positif terhadap dirinya, dan pasien dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan penerimaan diri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi:
1. Fasilitasi Harga Diri: Membantu pasien untuk mengenali kekuatan dan potensi dirinya, serta menerima dirinya secara positif.
2. Terapi Kognitif: Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan memodifikasi pola pikir negatif tentang dirinya.
3. Terapi Kelompok: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berinteraksi dengan orang lain dan memperoleh dukungan sosial.
4. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien terkait konsep harga diri dan strategi untuk meningkatkannya.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif antara perawat dan pasien, diharapkan pasien dapat meningkatkan harga dirinya dan mencapai kondisi yang lebih positif.