Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20297 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di wilayah perkotaan datang ke layanan kesehatan komunitas dengan keluhan sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa. Data dari pengkajian komunitas menunjukkan prevalensi GERD di wilayah tersebut cukup tinggi, sekitar 25-30%, disebabkan oleh pola makan yang tinggi makanan pedas, gorengan, serta kebiasaan makan malam larut dan langsung tidur setelah makan. Pasien memiliki gaya hidup stres dan jarang berolahraga. Pasien sudah menjalani pengobatan medis standar, namun keluhan masih sering muncul. Pasien tertarik mencoba terapi komplementer/alternatif untuk membantu mengurangi gejala GERD.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan: diet yang tidak adekuat, pola makan yang buruk (sering makan makanan pedas, gorengan, dan makan malam larut)
Ditandai dengan: mual setelah makan, sering bersendawa
2. Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan: gaya hidup kurang aktif, stres
Ditandai dengan: sering merasa panas di dada
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Nutrisi
- Indikator: Asupan nutrisi adekuat, tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Target: Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat tanpa mengalami mual atau bersendawa setelah makan.
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Target: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, tidak lagi merasa panas di dada.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji pola makan dan preferensi makanan pasien
- Edukasi pasien tentang makanan yang baik untuk GERD (menghindari makanan pedas, gorengan, makan malam larut)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang sesuai
- Monitoring asupan nutrisi dan status gizi pasien
2. Manajemen Aktivitas
- Kaji tingkat aktivitas dan gaya hidup pasien saat ini
- Edukasi pasien tentang manfaat aktivitas fisik dan latihan relaksasi untuk mengurangi stres
- Berikan rekomendasi program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien
- Monitoring toleransi pasien terhadap aktivitas yang dilakukan
3. Terapi Komplementer/Alternatif
- Kaji keinginan dan preferensi pasien terhadap terapi komplementer/alternatif
- Edukasi pasien tentang berbagai terapi komplementer/alternatif yang dapat membantu mengurangi gejala GERD (contoh: akupunktur, herbal, dll.)
- Kolaborasi dengan praktisi terapi komplementer/alternatif untuk memberikan intervensi yang sesuai
- Monitoring efektivitas dan keamanan terapi komplementer/alternatif yang digunakan pasien
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai dengan kondisi pasien adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan Intoleransi aktivitas. Hal ini didasarkan pada keluhan pasien yang sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa, serta gaya hidup pasien yang stres dan jarang berolahraga.
Luaran/output yang diharapkan adalah Keseimbangan Nutrisi: Asupan Nutrisi, dan Toleransi Aktivitas. Indikator untuk Keseimbangan Nutrisi adalah pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat tanpa mengalami mual atau bersendawa setelah makan. Sedangkan untuk Toleransi Aktivitas, indikatornya adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman, tidak lagi merasa panas di dada.
Intervensi keperawatan yang diperlukan mencakup Manajemen Nutrisi, Manajemen Aktivitas, dan Terapi Komplementer/Alternatif. Manajemen Nutrisi bertujuan untuk mengatur pola makan pasien agar sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan menghindari faktor pencetus gejala GERD. Manajemen Aktivitas bertujuan untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas sehari-hari melalui program aktivitas fisik dan manajemen stres. Terapi Komplementer/Alternatif diberikan sesuai dengan preferensi pasien untuk membantu mengurangi gejala GERD secara holistik.
Dengan pendekatan komprehensif mencakup asuhan keperawatan dan terapi komplementer/alternatif, diharapkan pasien dapat mencapai keseimbangan nutrisi dan toleransi aktivitas yang optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi gejala GERD yang dialami. -
Article No. 20298 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di wilayah perkotaan datang ke layanan kesehatan komunitas dengan keluhan sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa. Data dari pengkajian komunitas menunjukkan prevalensi GERD di wilayah tersebut cukup tinggi, sekitar 25-30%, disebabkan oleh pola makan yang tinggi makanan pedas, gorengan, serta kebiasaan makan malam larut dan langsung tidur setelah makan. Pasien memiliki gaya hidup stres dan jarang berolahraga. Pasien sudah menjalani pengobatan medis standar, namun keluhan masih sering muncul. Pasien tertarik mencoba terapi komplementer/alternatif untuk membantu mengurangi gejala GERD. Gunakan diagnosis individu dan diagnosis kelompok atau komunitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Kondisi Pasien:
Diagnosa Individu:
1. Gangguan Pola Makan berhubungan dengan pola makan yang buruk.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
3. Resiko Cedera berhubungan dengan gejala GERD.
Diagnosa Komunitas:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas berhubungan dengan prevalensi GERD yang tinggi di wilayah tersebut.
2. Ketidakefektifan Promosi Kesehatan berhubungan dengan kurangnya edukasi dan intervensi untuk mengatasi GERD di komunitas.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Diagnosa Individu:
1. Gangguan Pola Makan
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat mengidentifikasi pola makan yang sesuai untuk mengelola GERD.
- Kriteria Hasil: Pasien melaporkan tidak ada keluhan panas di dada, mual, atau bersendawa setelah makan.
2. Intoleransi Aktivitas
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
- Kriteria Hasil: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan kelelahan.
3. Resiko Cedera
- Hasil yang Diharapkan: Pasien dapat mengelola gejala GERD secara efektif.
- Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami komplikasi akibat GERD, seperti esofagitis, ulkus, atau pendarahan.
Diagnosa Komunitas:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas
- Hasil yang Diharapkan: Komunitas dapat mengelola prevalensi GERD secara efektif.
- Kriteria Hasil: Prevalensi GERD di wilayah tersebut menurun.
2. Ketidakefektifan Promosi Kesehatan
- Hasil yang Diharapkan: Komunitas memperoleh edukasi dan intervensi yang efektif untuk mengatasi GERD.
- Kriteria Hasil: Masyarakat di wilayah tersebut memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam mengelola GERD.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Diagnosa Individu:
1. Gangguan Pola Makan:
- Edukasi tentang diet GERD, termasuk menghindari makanan pemicu, makan porsi kecil, dan tidak makan malam terlalu larut.
- Konseling gaya hidup, seperti mengurangi stres dan meningkatkan aktivitas fisik.
2. Intoleransi Aktivitas:
- Latihan fisik yang disesuaikan dengan toleransi pasien, seperti jalan kaki atau aktivitas ringan.
- Manajemen energi, termasuk mengatur pola istirahat dan aktivitas.
3. Resiko Cedera:
- Edukasi tentang GERD dan pengelolaan gejala, termasuk penggunaan obat-obatan dan terapi komplementer/alternatif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti dokter, untuk memantau dan mengevaluasi pengobatan.
Diagnosa Komunitas:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Komunitas:
- Melakukan analisis epidemiologi untuk mengidentifikasi faktor risiko GERD di komunitas.
- Mengembangkan program penanggulangan GERD berbasis komunitas, seperti edukasi, skrining, dan intervensi.
2. Ketidakefektifan Promosi Kesehatan:
- Melakukan edukasi kesehatan tentang GERD dan pengelolaannya di tingkat komunitas.
- Mengembangkan sumber daya dan materi promosi kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat.
- Melibatkan stakeholder lokal dalam upaya promosi kesehatan terkait GERD.
Dengan intervensi yang komprehensif, baik pada level individu maupun komunitas, diharapkan dapat membantu pasien dan masyarakat dalam mengelola GERD secara efektif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 20299 | 31 Jul 2025
Klinis : Seorang pria berusia 45 tahun yang tinggal di wilayah perkotaan datang ke layanan kesehatan komunitas dengan keluhan sering merasa panas di dada, mual setelah makan, dan sering bersendawa. Data dari pengkajian komunitas menunjukkan prevalensi GERD di wilayah tersebut cukup tinggi, sekitar 25-30%, disebabkan oleh pola makan yang tinggi makanan pedas, gorengan, serta kebiasaan makan malam larut dan langsung tidur setelah makan. Pasien memiliki gaya hidup stres dan jarang berolahraga. Pasien sudah menjalani pengobatan medis standar, namun keluhan masih sering muncul. Pasien tertarik mencoba terapi komplementer/alternatif untuk membantu mengurangi gejala GERD. Diagnosa: a. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117) (hlm. 258) b. Defisit kesehatan komunitas (D.0110) (hlm. 224) Apa intervensi Komplementer untuk 2 diagnosa di atas?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
2. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan (D.0149)
Definisi: Risiko asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolik.
Intervensi Komplementer:
1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
a. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien mampu mengidentifikasi perilaku hidup sehat yang sesuai (L.0121)
- Pasien mampu mengelola perilaku hidup sehat (L.0122)
- Pasien mampu mencari bantuan terkait pemeliharaan kesehatan (L.0123)
b. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Edukasi gaya hidup sehat (I.0188)
- Ajarkan pasien mengenai pola makan yang sehat, seperti mengurangi konsumsi makanan pedas, gorengan, dan makan malam terlalu larut
- Anjurkan pasien untuk berolahraga secara teratur
- Edukasi manajemen stres yang efektif
- Konseling kesehatan (I.0253)
- Bantu pasien mengidentifikasi faktor risiko dan perilaku yang perlu diubah
- Motivasi pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup yang lebih sehat
- Dukungan Terapi Komplementer (I.0434)
- Fasilitasi pasien untuk mencoba terapi komplementer/alternatif yang aman dan sesuai, seperti akupunktur, herbal, atau mind-body therapy
2. Resiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kelebihan (D.0149)
a. Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
- Pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang seimbang (L.0149)
- Pasien dapat mempertahankan berat badan yang ideal (L.0150)
b. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Nutrisi (I.0434)
- Identifikasi faktor risiko yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai
- Edukasi pasien mengenai pola makan yang sehat dan jumlah asupan yang tepat
- Konseling Gizi (I.0255)
- Bantu pasien memahami pentingnya pola makan yang sehat
- Motivasi pasien untuk menerapkan pola makan yang seimbang
- Terapi Nutrisi (I.0435)
- Berikan suplemen gizi sesuai kebutuhan pasien
- Pantau status nutrisi pasien secara berkala
Penjelasan rinci:
Intervensi komplementer yang dapat diberikan bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan dan menjaga keseimbangan nutrisi. Edukasi gaya hidup sehat, konseling kesehatan, dan dukungan terapi komplementer dapat membantu pasien mengidentifikasi dan mengelola faktor risiko terkait GERD. Sedangkan manajemen nutrisi, konseling gizi, dan terapi nutrisi dapat membantu pasien mencapai asupan nutrisi yang seimbang dan mempertahankan berat badan yang ideal. Pendekatan holistik dengan melibatkan terapi komplementer diharapkan dapat membantu mengurangi gejala GERD secara efektif. -
Article No. 20300 | 31 Jul 2025
Klinis : laki-laki 60 tahun gambaran ekg st elevasi II,III,aVf, nyeri ulu hati menjalar ke belakang, nyeri seperti tertekan, keringat dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu laki-laki berusia 60 tahun dengan gambaran EKG ST elevasi pada lead II, III, dan aVf, nyeri ulu hati menjalar ke belakang, nyeri seperti tertekan, dan keringat dingin, maka dapat ditetapkan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Sistem Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut (SDKI: 00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
b. Intoleransi aktivitas (SDKI: 00092)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menyelesaikan aktivitas rutin hidup sehari-hari.
c. Risiko ketidakstabilan hemodinamik (SDKI: 00284)
Definisi: Berisiko mengalami perubahan pada tekanan darah, denyut jantung, curah jantung, atau resistensi pembuluh darah perifer yang dapat mengganggu sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
2. Sistem Klasifikasi Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
a. Manajemen nyeri (SLKI: 1605)
b. Toleransi aktivitas (SLKI: 0005)
c. Stabilitas hemodinamik (SLKI: 0802)
3. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Manajemen nyeri (SIKI: 1605)
Definisi: Tindakan memfasilitasi berkurangnya rasa nyeri yang dialami pasien.
b. Peningkatan toleransi aktivitas (SIKI: 0005)
Definisi: Tindakan meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan, sesak napas, atau gejala lain.
c. Pemantauan hemodinamik (SIKI: 0802)
Definisi: Tindakan pemeriksaan dan pencatatan parameter hemodinamik.
Kode-kode ini merupakan kode yang ditetapkan oleh PPNI untuk memudahkan penggunaan dalam sistem dokumentasi keperawatan. -
Article No. 20301 | 31 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan perutnya nyeri seperti diremqs remasnsejak kemarin, pasien juga mengatakan mual dn mutah hari ini lebih dari 5x, tidak bisa flatus hari in
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak enak di bagian belakang tenggorokan dan perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Konstipasi (00011)
Definisi: Pengurangan frekuensi dan/atau kesulitan dalam defekasi.
Sistem Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Kode dan definisi berdasarkan SDKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Mual (00134)
Definisi: Sensasi tidak nyaman atau tidak enak di bagian belakang tenggorokan dan perut yang dapat mengarah pada keinginan untuk muntah.
3. Konstipasi (00011)
Definisi: Pengurangan frekuensi dan/atau kesulitan dalam defekasi.
Sistem Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Kode dan definisi berdasarkan SLKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Kontrol Nyeri (1605)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol sensasi nyeri.
2. Kontrol Mual (1618)
Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol sensasi mual.
3. Eliminasi Usus Teratur (0501)
Definisi: Pola eliminasi fekal yang teratur dan lancar.
Sistem Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Kode dan definisi berdasarkan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Manajemen Nyeri (1400)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi kemampuan pasien dalam mengalami dan/atau mengontrol nyeri ke tingkat yang dapat diterima.
2. Manajemen Mual dan Muntah (1450)
Definisi: Upaya untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan sensasi mual dan keinginan untuk muntah.
3. Manajemen Konstipasi (0420)
Definisi: Upaya untuk memfasilitasi eliminasi usus yang teratur dan lancar. -
Article No. 20302 | 31 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan perutnya nyeri seperti diremqs remasnsejak kemarin, pasien juga mengatakan mual dn mutah hari ini lebih dari 5x, tidak bisa flatus hari in
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu nyeri perut, mual, muntah, dan tidak bisa flatus, kemungkinan diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K56.0
- Deskripsi: Ileus paralitik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 46.99
- Deskripsi: Prosedur lainnya pada usus, tidak diklasifikasikan di tempat lain, yang dapat mencakup intervensi untuk mengatasi ileus paralitik.
Penjelasan:
- Ileus paralitik adalah kondisi di mana terjadi perlambatan atau penghentian sementara pergerakan usus, sehingga menyebabkan gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, dan tidak bisa flatus.
- Kode ICD-10 K56.0 secara spesifik menggambarkan kondisi ileus paralitik.
- Dalam penanganan ileus paralitik, dapat dilakukan prosedur lainnya pada usus, seperti pemberian cairan intravena, dekompresi usus, atau intervensi lainnya untuk mengatasi perlambatan pergerakan usus. Kode ICD-9-CM 46.99 mencakup prosedur-prosedur tersebut.
- Penanganan yang tepat sangat penting untuk mengatasi kondisi ileus paralitik dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 20303 | 31 Jul 2025
Klinis : pasien mengatakan asi belum keluar, pasien hari pertama post partum anak pertama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda berikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditetapkan adalah:
1. Diagnosa Keperawatan:
Kode: 10027
Judul: Ketidakefektifan Menyusui
Definisi: Ketidakmampuan bayi atau ibu untuk mempertahankan atau memulai pola menyusui yang efektif.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 10027
Judul: Ketidakefektifan Menyusui
Definisi: Ketidakmampuan bayi atau ibu untuk mempertahankan atau memulai pola menyusui yang efektif.
Faktor-faktor yang berkontribusi: Kurangnya pengalaman menyusui, Perubahan fisiologis, Ketidaknyamanan, Kecemasan, Pengetahuan yang kurang.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10041
Judul: Pengetahuan: Menyusui
Definisi: Tingkat pemahaman individu tentang proses menyusui.
Indikator: Memahami manfaat menyusui, Memahami teknik menyusui yang benar, Memahami cara mengatasi masalah dalam menyusui.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10022
Judul: Manajemen Laktasi
Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi produksi dan pengeluaran ASI.
Aktivitas: Mengajarkan teknik menyusui yang benar, Memfasilitasi kontak kulit ke kulit, Memberikan dukungan emosional, Mengevaluasi produksi ASI.
Penjelasan singkat:
Pasien mengatakan ASI belum keluar, yang merupakan salah satu tanda dari diagnosis keperawatan "Ketidakefektifan Menyusui". Pada hari pertama post partum, produksi ASI belum optimal sehingga perlu dilakukan manajemen laktasi untuk memfasilitasi produksi dan pengeluaran ASI. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengajarkan teknik menyusui yang benar, memfasilitasi kontak kulit ke kulit, memberikan dukungan emosional, dan mengevaluasi produksi ASI. -
Article No. 20304 | 31 Jul 2025
Klinis : tubuh sering lemas, merasa kurang puas istirahat
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, yaitu tubuh sering lemas dan merasa kurang puas istirahat.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.83
- Deskripsi: Kelelahan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini. Biasanya pasien dengan keluhan kelelahan akan dievaluasi secara klinis dan dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi, seperti pemeriksaan darah untuk menilai profil hematologis dan biokimia, atau pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengidentifikasi penyebab kelelahan.
Penjelasan:
Kode ICD-10 R53.83 (Kelelahan) merupakan kode yang sesuai untuk menggambarkan kondisi tubuh yang sering terasa lemas dan merasa kurang puas dengan istirahat. Kelelahan (fatigue) merupakan gejala umum yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan tidur, anemia, penyakit kronis, atau stres psikologis.
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang tercatat dalam kode ICD-9-CM. Evaluasi dan penatalaksanaan pasien dengan keluhan kelelahan biasanya dilakukan secara komprehensif, termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk mengidentifikasi penyebab dan memberikan penanganan yang tepat. -
Article No. 20305 | 31 Jul 2025
Klinis : tubuh sering lemas, merasa kurang puas istirahat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tubuh sering lemas dan merasa kurang puas istirahat.
Diagnosa Keperawatan:
Kelelahan (00093)
Definisi SDKI:
Kelelahan adalah sensasi fisik dan mental yang berkepanjangan dan tidak menyenangkan akibat upaya yang terus-menerus, yang mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi pada tingkat biasa.
Definisi SLKI:
Tujuan: Individu melaporkan peningkatan energi dan pemulihan.
Kriteria Hasil:
1. Melaporkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Mendemonstrasikan pola istirahat/tidur yang adekuat.
3. Menunjukkan peningkatan motivasi untuk terlibat dalam aktivitas.
Definisi SIKI:
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Energi (6230)
Definisi: Membantu individu untuk mengatur dan mengkonservasi energi.
2. Manajemen Istirahat (0022)
Definisi: Memfasilitasi periode istirahat dan tidur yang adekuat.
3. Dukungan Emosional (5270)
Definisi: Memberikan dukungan dan empati untuk memfasilitasi respon emosional yang efektif.
Kode:
SDKI: 00093
SLKI: -
SIKI: 6230, 0022, 5270
Dalam kondisi ini, pasien mengalami kelelahan yang ditandai dengan tubuh sering lemas dan merasa kurang puas dengan istirahat yang dilakukan. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kelelahan (00093). Tujuan keperawatan adalah agar pasien melaporkan peningkatan energi dan pemulihan, yang dicapai melalui intervensi manajemen energi, manajemen istirahat, dan dukungan emosional. -
Article No. 20306 | 31 Jul 2025
Klinis : tubuh sering lemas, merasa kurang puas istirahat
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi tubuh sering lemas dan merasa kurang puas istirahat:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah "Kelelahan". Kelelahan didefinisikan sebagai sensasi yang berkepanjangan dan tidak menyenangkan yang mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi pada tingkat biasa. Kelelahan ditandai dengan keluhan tubuh sering lemas dan merasa kurang puas istirahat.
Luaran/Output SLKI:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran berikut:
1. Istirahat yang adekuat
- Pasien dapat beristirahat tanpa gangguan
- Pasien dapat tertidur dan terbangun dengan mudah
- Pasien melaporkan merasa segar setelah beristirahat
2. Tingkat energi yang memadai
- Pasien dapat melakukan aktivitas harian tanpa cepat lelah
- Pasien melaporkan tubuh tidak lemas atau mudah lelah
Intervensi Keperawatan SIKI:
Untuk mencapai luaran di atas, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Manajemen Energi
- Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan
- Atur pola istirahat dan aktivitas sehari-hari pasien
- Ajarkan teknik-teknik manajemen energi, seperti teknik relaksasi dan pengelolaan stres
2. Manajemen Tidur
- Kaji pola tidur pasien dan faktor-faktor yang mengganggu tidur
- Berikan edukasi mengenai tidur yang berkualitas
- Atur lingkungan tidur yang nyaman dan kondusif
- Berikan intervensi terapeutik untuk memperbaiki kualitas tidur, seperti terapi musik atau terapi kognitif-perilaku
3. Monitoring Tanda Vital
- Pantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, seperti denyut nadi, tekanan darah, dan suhu tubuh
- Identifikasi adanya tanda-tanda penyakit yang menyebabkan kelelahan
Penjelasan di atas menggambarkan pendekatan komprehensif untuk mengatasi kondisi kelelahan yang dialami pasien, mulai dari identifikasi penyebab, pengaturan pola aktivitas dan istirahat, serta intervensi spesifik untuk meningkatkan kualitas tidur dan energi pasien. Pendekatan ini bertujuan untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan, yaitu istirahat yang adekuat dan tingkat energi yang memadai.