Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2480 | 16 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan diagnosa defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Intervensi keperawatan diagnosa defisit nutrisi, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar atau perawat.
Diagnosa Keperawatan: Defisit Nutrisi
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai "Intake asupan makanan dan/atau cairan yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik."
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan pada pasien dengan Defisit Nutrisi adalah peningkatan status nutrisi, yang ditandai dengan:
- Berat badan membaik
- Laboratorium nutrisi dalam batas normal
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan
- Tidak ada tanda-tanda kekurangan nutrisi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk pasien dengan Defisit Nutrisi meliputi:
- Asesmen status nutrisi secara komprehensif
- Monitoring asupan dan output cairan serta elektrolit
- Pemberian nutrisi enteral atau parenteral sesuai kebutuhan
- Edukasi tentang pola makan yang sehat dan adekuat
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk intervensi nutrisi yang tepat
- Monitoring efektivitas intervensi nutrisi yang diberikan
Dalam memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan Defisit Nutrisi, perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi, seperti kondisi kesehatan, aktivitas fisik, dan kondisi psikososial pasien. Perawat juga perlu berkolaborasi dengan tim multidisiplin untuk memastikan bahwa pasien menerima intervensi nutrisi yang optimal dan sesuai dengan kebutuhannya. -
Article No. 2481 | 16 Oct 2024
Klinis : rambut rontok. Pasien merasa khawatir dengan kondisinya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan rambut rontok, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat sesuai dengan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perubahan Penampilan Diri berhubungan dengan Rambut Rontok
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Risiko adanya perubahan negatif pada penampilan diri yang dapat mempengaruhi harga diri, peran, dan interaksi sosial seseorang.
- Faktor Terkait: Rambut rontok, perubahan warna rambut, perubahan tekstur rambut, perubahan pola rambut.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan:
1. Pasien mendemonstrasikan penerimaan terhadap perubahan penampilan diri.
2. Pasien mendemonstrasikan strategi koping yang efektif dalam menghadapi perubahan penampilan diri.
3. Pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan diri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Kaji faktor-faktor yang memengaruhi perubahan penampilan diri pasien.
2. Berikan informasi dan edukasi kepada pasien tentang perubahan penampilan diri yang dialami.
3. Bantu pasien mengidentifikasi strategi koping yang efektif untuk menghadapi perubahan penampilan diri.
4. Dukung pasien dalam menerima perubahan penampilan dirinya.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya, dokter ahli kulit dan rambut) untuk mengatasi penyebab rambut rontok.
Dalam menjawab pertanyaan ini, saya telah menggunakan nada akademis dan persona pakar/perawat sesuai dengan permintaan Anda. Saya harap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar praktek keperawatan terkait kondisi rambut rontok. -
Article No. 2482 | 16 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-lakim usia 54 tahun, dirawat di RS dengan kondisi tidak sadar sesaat dan sempat terjatuh. Hasil pemeriksaan fisik menemukan luka trauma pada kepala, mual dan muntah, dan gelisah. TD= 110/65 mmHg, nadi= 82 x/menit, suhu= 36,7oC, pernapasan= 18 x/menit, GCS= E2-V3-M4. Hasil MRI terdapat abnormalitas. Diagnose medis: stroke hemoragik dan cedera otak sedan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi untuk kondisi pasien tersebut adalah:
1. Risiko Cedera Kepala Berat (SLKI)
- Penjelasan: Pasien mengalami kondisi tidak sadar sesaat, luka trauma pada kepala, mual dan muntah, serta gelisah, yang mengindikasikan adanya risiko cedera kepala berat. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat.
2. Gangguan Perfusi Serebral (SIKI)
- Penjelasan: Hasil MRI menunjukkan adanya abnormalitas, serta diagnosis medis stroke hemoragik dan cedera otak sedang, yang dapat menyebabkan gangguan perfusi serebral atau penurunan aliran darah ke otak.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan (SIKI)
- Penjelasan: Gejala mual dan muntah yang dialami pasien dapat menyebabkan kehilangan cairan dan gangguan keseimbangan cairan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah dokumentasi standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Dokumen ini menyediakan pedoman untuk proses asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk kondisi pasien ini, intervensi keperawatan yang dapat diberikan berdasarkan SIKI antara lain:
- Pemantauan tanda-tanda vital dan status neurologis
- Manajemen cedera kepala
- Manajemen perubahan status kesadaran
- Manajemen cairan dan elektrolit
- Edukasi kepada pasien dan keluarga
Luaran keperawatan yang diharapkan berdasarkan SLKI antara lain:
- Tidak terjadi cedera lebih lanjut
- Perfusi serebral membaik
- Keseimbangan cairan terpenuhi
Peran perawat dalam kondisi ini adalah sebagai akademisi dan pakar yang mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 2483 | 16 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki 67 tahun, dirawat dirawat di Rg Neurologi dengan keluhan mengalami kelemahan sisi sebelah kiri. Hasil pengkajian didapatkan wajah asimetris, bicara pelo, diberi makan dan minum tersedak, lidah tampak mencong ke kanan. TD= 150/90 mmHg, nadi= 98 x/menit, suhu= 36,6oC, pernapasan= 16 x/menit.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Disfungsi Neurologis
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Mobilitas Fisik Membaik
2. Risiko Cedera Menurun
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Disfungsi Neuromuskular
3. Perawatan Stroke Akut
Penjelasan:
Pasien mengalami kelemahan sisi sebelah kiri, wajah asimetris, bicara pelo, tersedak saat makan dan minum, serta lidah mencong ke kanan. Hal ini menunjukkan adanya disfungsi neurologis yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik pada pasien. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah manajemen aktivitas, manajemen disfungsi neuromuskular, dan perawatan stroke akut untuk membantu pasien dalam meningkatkan mobilitas fisik dan mengurangi risiko cedera. -
Article No. 2484 | 16 Oct 2024
Klinis : Pasien kontrol ke poli geriatrik dengan keluhan luka di bokong paska debridement. Keluhan saat ini luka pada bokong mengalami perbaikan Pasien saat ini, kondisi ketergantungan total dengan care giver. Pasien hari ini direncanakan untuk konsul ke poli Kardiologi untuk penjajakan diseksi aorta
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dengan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria Hasil:
1. Tanda-tanda infeksi tidak muncul.
2. Tidak ada peningkatan suhu tubuh.
3. Tidak ada drainase bernanah dari luka.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Observasi tanda-tanda infeksi (peningkatan suhu, nyeri, kemerahan, pembengkakan, drainase bernanah).
2. Menjaga kebersihan luka dengan perawatan luka yang tepat.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, perawat luka) untuk penanganan luka secara optimal.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan luka di bokong paska debridement berisiko mengalami infeksi, sehingga perlu dilakukan observasi tanda-tanda infeksi, perawatan luka yang tepat, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan luka secara optimal. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Dalam kondisi ini, pasien memiliki ketergantungan total dengan caregiver, sehingga perlu kolaborasi yang baik antara perawat, pasien, dan caregiver untuk memastikan perawatan luka dapat dilakukan dengan baik dan mencegah terjadinya infeksi. -
Article No. 2485 | 16 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki, usia 35 tahun, didiagnosa dermatitis kontak alergi. Pasien mengeluhkan bercak kemerahan yang gatal, terdapat lepuhan berisi nanah pada lengan kirinya yang timbul setelah menggunakan tato 3 hari sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya lecet karena bekas garukan. Ada beberapa vesikel/bula yang sudah pecah. Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakitnya dan merasa tidak nyaman karena gatal.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan perubahan kenyamanan akibat gejala dermatitis kontak alergi.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan akibat kelelahan, kelemahan, dan/atau kurangnya energi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan tidak terbatas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi dan mengatasi sumber nyeri, serta menggunakan terapi farmakologi dan non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
2. Manajemen Gejala: Memantau dan mengelola gejala-gejala yang timbul dari dermatitis kontak alergi, seperti gatal, lepuhan, dan lesi kulit.
3. Peningkatan Kenyamanan: Memberikan kenyamanan fisik dan psikologis untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien.
Sebagai perawat, saya akan bekerja kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya untuk mengelola kondisi dermatitis kontak alergi pada pasien ini dan memastikan ia dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman. -
Article No. 2486 | 16 Oct 2024
Klinis : eorang laki-laki 78 tahun, dirawat di Rg Neurologi dengan diagnose medis: stroke hemoragik, hasil pengkajian stupor GCS 9, kesan hemiparesis sinistra. Hasil pemeriksaan TD= 160/100 mmHg, nadi= 88 x/menit, suhu= 37,5oC, pernapasan= 23 x/menit. Hasil CT Scan hiperden frontotemporal kanan..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat digunakan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Hemiparesis Sinistra
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gangguan mobilitas fisik akibat hemiparesis (kelemahan) pada sisi kiri tubuh setelah mengalami stroke hemoragik. Hal ini menyebabkan pasien mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keterbatasan dalam kemampuan untuk melakukan pergerakan yang disengaja, mandiri, dan terarah dari satu atau lebih bagian tubuh.
- Faktor yang Berhubungan: Gangguan saraf pusat (stroke), penurunan tonus otot, penurunan kekuatan otot.
- Gejala dan Tanda: Kelemahan atau paralisis pada satu sisi tubuh, penurunan rentang gerak, penurunan koordinasi gerakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat melakukan pergerakan dan aktivitas secara mandiri.
- Indikator: Peningkatan rentang gerak, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan Mobilitas Fisik, Pelatihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari, Terapi Modalitas Fisik.
- Aktivitas Keperawatan: Latihan rentang gerak, latihan kekuatan otot, latihan koordinasi, pelatihan aktivitas sehari-hari.
Catatan: Diagnosa Keperawatan lain yang mungkin muncul adalah Risiko Cedera Berhubungan dengan Gangguan Kesadaran, Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak Berhubungan dengan Perdarahan Intrakranial, dan lain-lain. Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI harus disesuaikan dengan kondisi pasien. -
Article No. 2487 | 16 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan 89 tahun, dirawat di rg neurologi dengan keluhan tangan kanan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, Rentang gerak mengalami penurunan, wajah tampak murung, merasa tidak percaya diri. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD= 160/90 mmHg, nadi= 65 x/menit, suhu= 35,8oC, pernapasan= 18 x/menit.Diagnose medis: stroke non-hemoragik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Otot Sekunder Akibat Stroke Non-Hemoragik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dan terarah dari satu titik ke titik lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Jaringan Tubuh: Integritas struktur dan fungsi jaringan tubuh terpelihara.
- Pergerakan Sendi: Rentang gerak sendi dalam batas normal.
- Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari: Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan Mobilitas Fisik
- Manajemen Nyeri
- Terapi Latihan
2. Perubahan Citra Tubuh Berhubungan Dengan Ketidakpercayaan Diri Sekunder Akibat Stroke Non-Hemoragik
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perubahan citra tubuh adalah perubahan persepsi atau perasaan individu terhadap penampilan fisik atau fungsi tubuhnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Citra Tubuh: Persepsi positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
- Harga Diri: Penilaian positif terhadap diri sendiri.
- Motivasi: Dorongan untuk mencapai tujuan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Aktivitas Kelompok
- Dukungan Emosional
- Manajemen Stres
Penjelasan Singkat:
Pasien mengalami gangguan mobilitas fisik yang ditandai dengan tangan kanan dan kaki kanan yang tidak bisa digerakkan serta penurunan rentang gerak. Hal ini berhubungan dengan kondisi stroke non-hemoragik yang dialaminya. Selain itu, pasien juga mengalami perubahan citra tubuh yang ditandai dengan perasaan tidak percaya diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan mobilitas fisik, manajemen nyeri, terapi latihan, terapi aktivitas kelompok, dukungan emosional, dan manajemen stres. -
Article No. 2488 | 16 Oct 2024
Klinis : Kasus B :Seorang laki-laki berusia 46 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan diagnosis peritonitis dan mengeluh nyeri peut skala 6.Hasil pengkajian, tampak wajah menyeringai, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 38C. buatkan askep nya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit (peritonitis)
Gejala/Tanda Mayor: Nyeri skala 6, wajah menyeringai
Gejala/Tanda Minor: Takikardi, takipnea, hipertensi
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: Ketidakadekuatan suplai darah dan oksigen ke jaringan perifer.
Faktor yang Berhubungan: Proses penyakit (peritonitis)
Gejala/Tanda Mayor: Nadi cepat, tekanan darah tinggi
Gejala/Tanda Minor: Suhu tubuh meningkat
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). SDKI membantu perawat dalam menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh pasien berdasarkan tanda dan gejala yang teridentifikasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan. SLKI membantu perawat dalam menentukan tujuan dan target yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah panduan standar tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien mencapai luaran yang diharapkan. SIKI membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat.
Asuhan Keperawatan:
Pengkajian:
- Laki-laki, usia 46 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis peritonitis.
- Keluhan utama: nyeri perut skala 6.
- Tanda vital: TD 140/90 mmHg, nadi 100x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 38°C.
- Tampak wajah menyeringai.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
Perencanaan Keperawatan:
1. Nyeri Akut
- Kaji karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor pencetus)
- Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Ajarkan teknik manajemen nyeri kepada pasien dan keluarga
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala
- Pantau adanya perubahan suhu tubuh
- Pertahankan posisi yang meningkatkan aliran darah ke ekstremitas
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pengobatan penyebab gangguan perfusi
Implementasi dan Evaluasi:
Perawat akan melaksanakan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk menilai efektivitas tindakan dan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 2489 | 16 Oct 2024
Klinis : Kasus B :Seorang laki-laki berusia 46 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan diagnosis peritonitis dan mengeluh nyeri peut skala 6.Hasil pengkajian, tampak wajah menyeringai, TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 38C. buatkan askep : diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Berikut adalah analisis kondisi kasus B yang Anda sampaikan, dengan menggunakan standar Diagnosa Keperawatan, Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada peritonitis, ditandai dengan skala nyeri 6, wajah menyeringai, dan tanda-tanda vital yang meningkat.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, memonitor tanda-tanda vital, dan kolaborasi pemberian terapi analgesik.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri (lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas)
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri (relaksasi, distraksi)
2. Pemantauan Tanda Vital
- Ukur dan catat tanda-tanda vital secara rutin
- Pantau perubahan tanda-tanda vital yang berhubungan dengan nyeri
3. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan dokter terkait pengelolaan peritonitis dan pengobatan nyeri
Implementasi:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencatat lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri.
2. Memberikan analgesik sesuai dengan kolaborasi dengan dokter.
3. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi kepada pasien untuk mengurangi nyeri.
4. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital secara rutin dan mencatatnya.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter terkait pengelolaan peritonitis dan pengobatan nyeri.
Evaluasi:
1. Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang (skala nyeri ≤ 4).
2. Ekspresi wajah pasien tampak rileks.
3. Tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Wassalamu'alaikum.