Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4518 | 04 Nov 2024
Klinis : DS : - DO : Keadaan umum : lemah Hasil lab: Leukosit 13,93.103 µL Limfosit 8,2% Monosit 1,9% Eosinofil 0% Neutrophil 89,8% Kreatinin 1,74 mg/dL Urin berwarna keruh. Leukosit urin positif 3. Protein urin positif 1. Eritrosit urin positif 3. (6-10/lpb) Leukosit urin 20-25/lpb. Bakteri + TD: 113/68mmHg N: 86x/menit S: 35,6℃ RR: 22 x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data subjektif dan objektif yang Anda berikan, maka diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Infeksi Saluran Kemih
- Definisi (SDKI): Kerentanan individu terhadap masuknya organisme patogen ke dalam saluran kemih yang dapat menyebabkan infeksi.
- Faktor risiko (SDKI): peningkatan protein urin, peningkatan leukosit urin, adanya bakteri dalam urin.
- Gejala dan tanda (SDKI): kemerahan, pembengkakan, nyeri, demam, leukosit urin meningkat, bakteriuria.
2. Ketidakseimbangan Cairan
- Definisi (SDKI): Kondisi di mana asupan dan/atau pengeluaran cairan tidak seimbang.
- Faktor risiko (SDKI): peningkatan suhu tubuh, gangguan ginjal (peningkatan kreatinin).
- Gejala dan tanda (SDKI): lemah, kelelahan, turgor kulit menurun, tekanan darah rendah.
3. Risiko Gangguan Fungsi Ginjal
- Definisi (SLKI): Kerentanan individu terhadap penurunan fungsi ginjal.
- Faktor risiko (SLKI): peningkatan kreatinin, adanya protein dalam urin.
- Gejala dan tanda (SIKI): penurunan laju filtrasi glomerulus, peningkatan kadar urea dan kreatinin dalam darah.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Acuan dalam menentukan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Acuan dalam menetapkan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Acuan dalam menentukan intervensi keperawatan yang sesuai.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi perawat di Indonesia yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 4519 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sesak dan batuk berdahak lebih dari 3 minggu, demam dan sering berkeringat pada malam hari. Saat dikaji klien juga mengeluh kurang nafsu makan dan terlihat agak kurus. Saat pemeriksaan fisik terdengar bunyi ronchi pada paru kanan, RR : 26x/mnt, S : 37,2°C. Hasil pemeriksaan dahak menunjukkan positif tuberculosis. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk melengkapi data yang berhubungan erat dengan kasus tersebut adalah . . . * Pemeriksaan kemampuan batuk Pengukuran berat badan Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan radiologi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberculosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 90.56
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri tuberkulosis
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk melengkapi data yang berhubungan erat dengan kasus tersebut adalah:
1. Pengukuran berat badan: Untuk mengetahui perubahan berat badan yang terkait dengan penurunan nafsu makan dan penyakit tuberkulosis.
2. Pemeriksaan darah lengkap: Untuk mengetahui adanya indikasi infeksi, seperti peningkatan jumlah leukosit, serta untuk memantau status nutrisi dan kesehatan umum pasien.
3. Pemeriksaan radiologi: Untuk melihat gambaran radiologis paru yang dapat menunjukkan adanya lesi tuberkulosis, seperti infiltrat, kavitasi, atau pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan kemampuan batuk juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas pembersihan saluran napas, namun tidak secara langsung terkait dengan diagnosis tuberkulosis. -
Article No. 4520 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sesak dan batuk berdahak lebih dari 3 minggu, demam dan sering berkeringat pada malam hari. Saat dikaji klien juga mengeluh kurang nafsu makan dan terlihat agak kurus. Saat pemeriksaan fisik terdengar bunyi ronchi pada paru kanan, RR : 26x/mnt, S : 37,2°C. Hasil pemeriksaan dahak menunjukkan positif tuberculosis. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk melengkapi data yang berhubungan erat dengan kasus tersebut adalah . . . * Pemeriksaan kemampuan batuk Pengukuran berat badan Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan radiologi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dan menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menetapkan hasil akhir yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Pemeriksaan Fisik Tambahan:
1. Pemeriksaan kemampuan batuk: untuk mengetahui efektivitas batuk dalam mengeluarkan sekret.
2. Pengukuran berat badan: untuk mengetahui status nutrisi klien.
3. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mengetahui adanya infeksi atau anemia.
4. Pemeriksaan radiologi: untuk melihat gambaran lesi di paru-paru.
Tone: Akademis
Persona: Pakar keperawatan -
Article No. 4521 | 04 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
- Penjelasan: Pasien mengalami batuk berdahak, sesak napas, dan suara napas bronkial di paru kanan atas. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada jalan napas yang dapat menghambat pembersihan sekresi dan mempengaruhi ventilasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Penjelasan: Pasien mengalami kehilangan nafsu makan, yang dapat menyebabkan asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
3. Hipertermia
- Penjelasan: Pasien mengalami demam, yang merupakan tanda adanya proses infeksi atau peradangan dalam tubuh.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Intervensi untuk Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Monitor status pernapasan dan oksigenasi
- Berikan nebulisasi dan suction jika diperlukan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan exercises pernapasan
2. Intervensi untuk Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- Nilai status nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan asupan nutrisi yang adekuat
- Berikan makan dan minum dalam jumlah yang cukup
3. Intervensi untuk Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara berkala
- Berikan kompres dingin jika suhu tubuh tinggi
- Kolaborasi dengan tenaga medis untuk pemberian obat penurun demam jika diperlukan
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan rencana asuhan keperawatan berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 4522 | 04 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Sputum pemeriksaan mikroskopis untuk bakteri tuberkulosis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk menggambarkan diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Gejala-gejala yang dialami pasien, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan fisik dan radiologis yang menunjukkan adanya lesi di paru, sesuai dengan kriteria diagnosis tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM 87.44 adalah untuk prosedur pemeriksaan mikroskopis sputum untuk mencari bakteri tuberkulosis. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru dengan identifikasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam sampel sputum pasien.
Selain itu, pemeriksaan diagnostik lain yang mungkin dilakukan untuk pasien ini antara lain:
- Kultur sputum untuk Mycobacterium tuberculosis (kode ICD-9-CM 90.72)
- Pemeriksaan radiologi dada, seperti rontgen atau CT scan (kode ICD-9-CM 87.41 atau 87.49)
- Pemeriksaan tes tuberkulin (uji mantoux) (kode ICD-9-CM 95.71)
Penanganan selanjutnya biasanya berupa terapi farmakologis dengan obat-obat anti-tuberkulosis sesuai dengan protokol pengobatan tuberkulosis. -
Article No. 4523 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan masalah hipertensi. Pada saat dikaji pasien mengeluh mudah lelah dan pusing apabila melakukan aktivitas berjalan. Diagnosa keperawatan utama berdasarkan kasus di atas adalah . . . * 4 poin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan dan keletihan, yang ditandai dengan pasien mengeluh mudah lelah dan pusing saat melakukan aktivitas berjalan.
Penjelasan:
a. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai keterbatasan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor yang dapat berkontribusi terhadap intoleransi aktivitas adalah penurunan kekuatan, keletihan, nyeri, dan penyakit kardiovaskular.
b. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, menunjukkan peningkatan kekuatan, dan melaporkan penurunan rasa lelah.
c. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan mobilitas.
- Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman dan nyaman.
Dengan menerapkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada pasien hipertensi. -
Article No. 4524 | 04 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai penggunaan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien anak perempuan berusia 5 tahun yang mengalami demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, dengan kemungkinan diagnosis medis campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan demam dan kelelahan.
Penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
- SDKI: Pasien mengalami gejala batuk kering dan mukosa mulut yang terdapat bintik Koplik, menunjukkan adanya peningkatan produksi sekret yang menghambat bersihan jalan napas.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Bersihan Jalan Napas Efektif, dengan kriteria hasil seperti pola napas normal, tidak ada ronki, dan tidak ada sianosis.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Jalan Napas, misalnya memberikan hidrasi, obat ekspektoran, dan teknik batuk efektif.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
- SDKI: Pasien dengan demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, dan kemungkinan diagnosis campak menunjukkan adanya penurunan sistem imun yang berisiko menyebabkan infeksi.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi, dengan kriteria hasil seperti tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada peningkatan suhu tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Risiko Infeksi, misalnya memantau tanda-tanda vital, memberikan perawatan luka, dan meningkatkan kebersihan.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan demam dan kelelahan.
- SDKI: Pasien dengan demam tinggi dan kelelahan cenderung mengalami intoleransi aktivitas.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Toleransi Aktivitas Meningkat, dengan kriteria hasil seperti mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan berlebih.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat diberikan adalah Manajemen Aktivitas, misalnya membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, memberikan istirahat yang cukup, dan memantau tanda-tanda vital.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai pedoman standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 4525 | 04 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita berusia 45 tahun dirawat dengan masalah TBC saat dikaji pasien mengeluhkan sesak dan sulit membuang dahak. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya akumulasi sekret pada saluran pernafasan pasien. TD 135/90 mmHg, RR 28x/menit. Diagnosa keperawatan utama berdasarkan kasus diatas adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kasus yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif, ditandai dengan:
- Frekuensi napas dalam rentang normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada suara napas tambahan
- Mampu batuk efektif dan mengeluarkan sekret
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Memantau status pernapasan
- Mengajarkan teknik batuk efektif
- Memberikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Melakukan suction untuk mengeluarkan sekret
- Mengatur intake cairan yang adekuat
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian oksigen, bronkodilator, dan terapi lainnya sesuai kebutuhan.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawatan pasien TBC dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif dapat dilakukan secara komprehensif dan terstandar, sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. -
Article No. 4526 | 04 Nov 2024
Klinis : Perawat Budi akan melakukan pemeriksaan EKG pada pasien yang dicurigai adanya masalah CAD. Perawat Budi akan meletakkan elektroda C4 pada dada pasien tepatnya pada posisi . . . * 4 poin ICS 2 parasternal kiri ICS 3 parasternal kiri ICS 4 searah garis midklavikula kiri ICS 4 searah garis aksilaris anterior kiri
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus ini, pemeriksaan EKG yang akan dilakukan oleh Perawat Budi pada pasien yang dicurigai memiliki masalah CAD (Coronary Artery Disease) dapat dikodekan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.9
- Deskripsi: Angina pektoris, tidak terperinci
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.01
- Deskripsi: Elektrokardiografi [EKG] rutin
Penempatan elektroda C4 pada dada pasien akan dilakukan pada ICS (Intercostal Space) 4 sejajar dengan garis midklavikula kiri. Ini merupakan posisi standar untuk pemeriksaan EKG, yang memungkinkan perekaman aktivitas listrik jantung pada area dada kiri. Lokasi ini memberikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi potensi masalah kardiovaskular, seperti Coronary Artery Disease (CAD) yang dicurigai pada pasien ini. -
Article No. 4527 | 04 Nov 2024
Klinis : Perawat Budi Akan melakukan tindakan postural drainase pada pasien. Hasil temuan auskultasi ditemukan adanya akumulasi sekret pada daerah apeks paru posterior. Posisi pasien yang tepat selama tindakan postural drainase berdasarkan hasil temuan tersebut adalah . . . * 4 poin Duduk dengan posisi agak membungkuk Berbaring terlentang dengan menggunakan 1 bantal Berbaring miring secara bergantian Berbaring telungkup dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J98.8
- Deskripsi: Kondisi respirasi lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.94
- Deskripsi: Postural drainage
Posisi pasien yang tepat selama tindakan postural drainase adalah:
Berbaring telungkup dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki.
Penjelasan:
Pada temuan auskultasi ditemukan adanya akumulasi sekret pada daerah apeks paru posterior. Untuk membantu drainase sekret tersebut, posisi pasien yang paling efektif adalah berbaring telungkup dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki. Hal ini membantu gravitasi untuk mengalirkan sekret dari area apeks paru posterior menuju jalan napas yang lebih besar sehingga dapat dikeluarkan lebih mudah.
Posisi duduk dengan agak membungkuk atau berbaring terlentang dengan satu bantal tidak optimal untuk drainase sekret pada area apeks paru posterior. Berbaring miring secara bergantian dapat membantu drainase, namun tidak seefektif posisi berbaring telungkup dengan kepala lebih rendah.