Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18369 | 08 Jun 2025
Klinis : Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Mei 2025 didapatkan klien dengan keadaan gelisah, sesak napas, nyeri pada tulang belakang, skala nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk serta nyeri hilang timbul, nyeri dirasakan selama ±4 menit, saat nyeri terjadi klien hanya mencari posisi yang nyaman. Kesadaran composmentis (GCS E4, V5, M6), keadaan umum klien terlihat lemah, klien terlihat meringis, klien terlihat sesak, klien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan, terpasang nasal kanul 3 lpm, pasien tampak bernafas melalui mulut, RR 24x/I, N 109x/I, TD 156/95 mmHg, S 37o C, SpO2 100%, konjungtiva tidak anemis, sianosis (-), mukosa bibir kering, turgor kulit kering dan berkerut, akral teraba hangat, CRT < 3 detik, edema (-), JVP +5 CMH2O. Abdomen terlihat simetris, kulit berwarna sawo matang, luka (-), jejas (-), timpani, bising usus 15x/I. Kekuatan otot ekstremitas ka/nan atas dan kanan bawah 2, sedangkan kekuatan otot ekstremitas kiri atas dan kiri bawah 5, Klien terpasang IVFD pada tangan sebelah kiri. Tidak terdapat kelainan bentuk dan fungsi pada ekstremitas. Hasil laboratorium : Leukosit 59.74, Gula darah sewaktu 486, HbA1c 11.6
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang relevan berdasarkan data pengkajian klien, disertai penjelasan singkat sesuai standar **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang ditetapkan oleh **Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)**.
---
### **1. Diagnosa Keperawatan:**
**Nyeri Akut (SDKI Code: 00032)**
**Definisi:** Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, yang terjadi secara tiba-tiba atau lambat, dengan intensitas ringan hingga berat.
**Data Pendukung:**
- Skala nyeri 6 (sedang-berat).
- Nyeri seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul, durasi ±4 menit.
- Klien meringis dan mencari posisi nyaman.
- Kekuatan otot ekstremitas menurun (asimetris).
**Luaran (SLKI Code: 0801 – Nyeri Terkontrol)**
- Skala nyeri menurun (?3).
- Klien mampu menunjukkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
**Intervensi (SIKI Code: 2620 – Manajemen Nyeri)**
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
- Berikan posisi nyaman (misalnya semi-Fowler).
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
---
### **2. Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pertukaran Gas (SDKI Code: 00030)**
**Definisi:** Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
**Data Pendukung:**
- Sesak napas, penggunaan otot bantu pernapasan.
- RR 24x/menit (takipnea).
- Nasal kanul 3 LPM, SpO? 100% (monitor risiko hiperoksia).
**Luaran (SLKI Code: 0401 – Pertukaran Gas Memadai)**
- RR dalam rentang normal (12–20x/menit).
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
**Intervensi (SIKI Code: 3320 – Terapi Oksigen)**
- Pantau saturasi oksigen dan tanda vital.
- Pertahankan posisi semi-Fowler untuk optimalisasi ventilasi.
- Hindari pemberian oksigen berlebihan (risiko hiperkapnia pada COPD).
---
### **3. Diagnosa Keperawatan:**
**Hiperglikemia (SDKI Code: 00073)**
**Definisi:** Kadar glukosa darah lebih tinggi dari nilai normal.
**Data Pendukung:**
- GDS 486 mg/dL (krisis hiperglikemik).
- HbA1c 11.6% (kontrol glikemik buruk).
- Mukosa bibir kering, turgor kulit buruk (dehidrasi).
**Luaran (SLKI Code: 1502 – Kadar Glukosa Darah Stabil)**
- GDS dalam rentang target (sesuai rekomendasi dokter).
- Klien memahami tanda hipo/hiperglikemia.
**Intervensi (SIKI Code: 2120 – Manajemen Hiperglikemia)**
- Pantau GDS berkala.
- Kolaborasi pemberian insulin.
- Edukasi manajemen diabetes dan hidrasi.
---
### **4. Diagnosa Keperawatan:**
**Defisit Perawatan Diri (SDKI Code: 00109)**
**Definisi:** Ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
**Data Pendukung:**
- Kelemahan otot (kekuatan 2 pada ekstremitas tertentu).
- Keadaan umum lemah.
**Luaran (SLKI Code: 0503 – Kemampuan Perawatan Diri Meningkat)**
- Klien mampu melakukan aktivitas harian dengan bantuan minimal.
**Intervensi (SIKI Code: 1800 – Bantuan Perawatan Diri)**
- Bantu ADL (mandi, makan, toileting).
- Latih ROM pasif/aktif sesuai toleransi.
---
### **5. Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Ketidakstabilan Tekanan Darah (SDKI Code: 00206)**
**Definisi:** Risiko perubahan tekanan darah yang dapat membahayakan kesehatan.
**Data Pendukung:**
- TD 156/95 mmHg (hipertensi stage 2).
- Nadi 109x/menit (takikardia).
**Luaran (SLKI Code: 0701 – Tekanan Darah Stabil)**
- TD dalam rentang normal (120–130/80–90 mmHg).
**Intervensi (SIKI Code: 4160 – Pemantauan Tekanan Darah)**
- Pantau TD setiap 2–4 jam.
- Kolaborasi pemberian antihipertensi.
---
### **Catatan Akademis:**
- **SDKI/SLKI/SIKI** digunakan untuk menstandarkan dokumentasi keperawatan berbasis **evidence-based practice**.
- Kode diagnosa dan intervensi harus sesuai **PPNI edisi terbaru** untuk akreditasi.
- **Tone persona pakar:** Gunakan bahasa formal, sistematis, dan mengacu pada literatur keperawatan.
Semoga penjelasan ini membantu dalam penyusunan rencana keperawatan. Jika diperlukan penyesuaian lebih lanjut, konsultasikan dengan tim medis terkait.
**Salam,**
*[Nama Perawat/Konsultan Keperawatan]*
*PPNI Member* -
Article No. 18370 | 08 Jun 2025
Klinis : pasien mengeluh tidak nafsu makan, pasien mengeluh mual, pasien mengatakan mual jika makanan masuk
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit nutrisi (Kode: 00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Nafsu Makan (Kode: 10015)
Definisi: Pengurangan keinginan untuk makan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Status Nutrisi Membaik (Kode: 80005)
Definisi: Adanya peningkatan asupan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi (Kode: 80005)
Definisi: Pengaturan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
2. Manajemen Mual (Kode: 80009)
Definisi: Pengaturan tindakan untuk mengurangi rasa mual.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami defisit nutrisi karena penurunan nafsu makan dan keluhan mual. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah defisit nutrisi. Standar diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI) yang terkait adalah penurunan nafsu makan. Standar luaran keperawatan Indonesia (SLKI) yang ingin dicapai adalah status nutrisi membaik. Standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi dan manajemen mual untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan mengurangi keluhan mual. -
Article No. 18371 | 08 Jun 2025
Klinis : Gangguan komunikasi verbal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan komunikasi verbal.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan komunikasi verbal
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
- Kode: 00051
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan verbal secara efektif.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
- Kode: 1204
- Definisi: Pemulihan kemampuan berkomunikasi verbal yang efektif.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
- Kode: 6680
- Definisi: Membantu klien untuk memperbaiki atau mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal secara efektif.
Penjelasan singkat:
Gangguan komunikasi verbal adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan atau menerima pesan verbal secara efektif. Tujuan dari intervensi keperawatan adalah untuk membantu klien memperbaiki atau mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal yang efektif, sehingga dapat mencapai pemulihan kemampuan berkomunikasi verbal yang efektif. -
Article No. 18315 | 07 Jun 2025
Klinis : dm
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis jika ada, untuk kondisi diabetes melitus (DM).
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah kondisi kronis di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif atau tidak dapat memproduksi insulin yang cukup. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang tidak terkontrol. Kode ICD-10 E11 mencakup semua bentuk diabetes melitus tipe 2, termasuk diabetes melitus yang diklasifikasikan sebagai non-insulin-dependent, adult-onset, atau hiperglisemia.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
Prosedur TTGO (tes toleransi glukosa oral) adalah salah satu pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi dan menegakkan diagnosis diabetes melitus. Dalam prosedur ini, pasien diminta untuk minum larutan glukosa dan kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada waktu-waktu tertentu untuk menilai kemampuan tubuh dalam mengendalikan kadar gula darah. -
Article No. 18316 | 07 Jun 2025
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosis awal untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta ditemukan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru pada hasil rontgen, adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Bronkoskopi, rigida
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 digunakan untuk diagnosis tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Ini sesuai dengan presentasi klinis dan hasil pemeriksaan radiologis pada pasien ini.
- Kode ICD-9-CM 87.44 untuk bronkoskopi, rigida, dapat dipertimbangkan sebagai prosedur diagnostik untuk konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru, seperti pemeriksaan sampel sputum atau aspirasi jaringan paru.
Dalam praktik klinis, konfirmasi diagnosis tuberkulosis paru memerlukan pemeriksaan mikrobiologis, seperti pemeriksaan sputum untuk BTA (Basil Tahan Asam) atau kultur Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, pemeriksaan penunjang lain seperti CT-scan paru juga dapat membantu menegakkan diagnosis. -
Article No. 18317 | 07 Jun 2025
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami kemungkinan penyakit campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (00004)
Definisi: Peningkatan risiko yang dapat menyebabkan organisme patogen memasuki tubuh dan berkembang biak.
2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
Definisi: Kekurangan oksigen dan/atau penumpukan karbondioksida dalam darah arterial.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
Definisi: Tidak mampu untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan lancar.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
- Kode: 10003
- Definisi: Peningkatan risiko masuknya patogen ke dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- Kode: 10053
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi dan/atau pengeluaran karbon dioksida yang adekuat.
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Kode: 10054
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bersih dan lancar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
- Kode: 10003
- Luaran: Kontrol Infeksi
2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- Kode: 10053
- Luaran: Pertukaran Gas
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Kode: 10054
- Luaran: Bersihan Jalan Napas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi (00004)
- Kode: 10003
- Intervensi: Manajemen Infeksi
2. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
- Kode: 10053
- Intervensi: Manajemen Jalan Napas
3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas (00031)
- Kode: 10054
- Intervensi: Bersihan Jalan Napas
Dengan diagnosa keperawatan dan penjelasan SDKI - SLKI - SIKI yang telah saya berikan, diharapkan dapat membantu dalam memberikan perawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan penyakit campak. -
Article No. 18318 | 07 Jun 2025
Klinis : Bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu. Saat ini belum mampu menghisap sehingga harus menggunakan ogt untuk menyusu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan rincian diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu yang belum mampu menghisap sehingga harus menggunakan ogt untuk menyusu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Ketidakefektifan pola minum berhubungan dengan ketidakmatangan sistem neuromuskular bayi prematur.
Definisi: Ketidakmampuan bayi untuk menyusu atau minum secara efektif melalui mulut.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Bayi akan menunjukkan pola minum yang efektif.
- Indikator:
a. Bayi dapat menghisap, menelan, dan bernapas secara koordinasi.
b. Bayi dapat menghabiskan 75-100% volume minum yang diberikan.
c. Bayi menunjukkan tanda-tanda kepuasan setelah minum.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Pemberian Makan
- Identifikasi kemampuan menyusu bayi.
- Atur posisi bayi saat minum untuk memfasilitasi koordinasi menghisap, menelan, dan bernapas.
- Berikan stimulasi taktil pada area perioral untuk meningkatkan refleks menghisap.
- Lakukan aspirasi lambung sebelum pemberian makan untuk mencegah aspirasi.
- Pantau tanda-tanda stres selama minum dan sesuaikan kecepatan aliran susu.
- Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam proses pemberian makan.
2. Stimulasi Perkembangan
- Berikan stimulasi taktil, vestibular, dan proprioseptif sesuai usia perkembangan bayi.
- Lakukan posisi yang mendukung perkembangan bayi (contoh: posisi kanguru).
- Berikan kesempatan bayi untuk melakukan gerakan spontan.
- Libatkan keluarga dalam pemberian stimulasi perkembangan.
3. Edukasi Keluarga
- Jelaskan tentang pentingnya pemberian ASI dan teknik pemberian makan yang tepat.
- Ajarkan keluarga untuk mengidentifikasi tanda-tanda kesiapan minum dan stres pada bayi.
- Dorong keluarga untuk terlibat dalam perawatan bayi.
- Berikan dukungan emosional dan praktis bagi keluarga.
Penerapan intervensi keperawatan ini diharapkan dapat membantu bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu yang belum mampu menghisap untuk mencapai pola minum yang efektif sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. -
Article No. 18319 | 07 Jun 2025
Klinis : Bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu. Saat ini belum mampu menghisap sehingga harus menggunakan ogt untuk menyusu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai dengan kondisi yang Anda berikan, dengan nada akademis dan sebagai seorang pakar keperawatan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Menelan (00103)
- SDKI: Ketidakmampuan individu untuk menelan makanan atau cairan dengan aman dan efektif.
- SLKI: Mempertahankan kemampuan menelan.
- SIKI: Pemberian nutrisi, Manajemen cairan, Perawatan mulut.
2. Risiko Aspirasi (00039)
- SDKI: Rentan terhadap masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran napas.
- SLKI: Mencegah aspirasi.
- SIKI: Manajemen jalan napas, Manajemen nutrisi, Manajemen pemberian obat.
3. Risiko Kekurangan Volume Cairan (00028)
- SDKI: Rentan terhadap kehilangan cairan yang melebihi jumlah yang masuk.
- SLKI: Mempertahankan volume cairan.
- SIKI: Manajemen cairan, Pemantauan cairan, Pemberian cairan.
4. Risiko Hipotermi (00005)
- SDKI: Rentan terhadap penurunan suhu tubuh di bawah ambang batas normal.
- SLKI: Mempertahankan suhu tubuh.
- SIKI: Manajemen suhu tubuh, Manajemen lingkungan, Pemantauan suhu tubuh.
Penjelasan singkat:
1. Bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu saat ini belum mampu menghisap, sehingga harus menggunakan ogt (orogastric tube) untuk menyusu. Hal ini menyebabkan adanya ketidakefektifan menelan, risiko aspirasi, risiko kekurangan volume cairan, dan risiko hipotermi.
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat.
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan. -
Article No. 18320 | 07 Jun 2025
Klinis : Bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu. Saat ini belum mampu menghisap sehingga harus menggunakan ogt untuk menyusu.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu yang belum mampu menghisap sehingga harus menggunakan ogt untuk menyusu.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Ketidakefektifan Menyusu" (SDKI). Hal ini dikarenakan bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu belum memiliki kekuatan dan koordinasi yang cukup untuk dapat menyusu secara efektif, sehingga harus menggunakan ogt (orogastric tube) untuk mendapatkan asupan nutrisi.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Kemampuan Menyusu Meningkat: Bayi dapat menyusu secara efektif dengan koordinasi antara menghisap, menelan, dan bernapas yang baik.
2. Berat Badan Meningkat: Bayi dapat mencapai peningkatan berat badan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Kepuasan Kebutuhan Nutrisi Terpenuhi: Bayi dapat menerima asupan nutrisi yang adekuat untuk mendukung proses tumbuh kembangnya.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Pemberian Nutrisi:
- Identifikasi kebutuhan nutrisi bayi berdasarkan usia gestasi dan usia koreksi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk menetapkan rencana pemberian nutrisi yang sesuai, seperti penggunaan ogt atau nasogastrik tube.
- Pantau asupan nutrisi bayi dan catat intake serta output yang terjadi.
- Edukasi orang tua mengenai manajemen pemberian nutrisi pada bayi prematur.
2. Peningkatan Kemampuan Menyusu:
- Ajarkan teknik menyusu yang tepat pada bayi, seperti posisi, kelancaran, dan koordinasi menghisap-menelan-bernapas.
- Lakukan stimulasi oral pada bayi untuk meningkatkan kekuatan dan koordinasi menghisap.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dan terapi wicara untuk mengevaluasi dan meningkatkan kemampuan menyusu bayi.
- Berikan dukungan dan edukasi kepada orang tua mengenai teknik menyusu yang benar.
3. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan:
- Lakukan pemantauan berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
- Evaluasi perkembangan kemampuan menyusu dan nutrisi yang diterima bayi.
- Identifikasi masalah atau komplikasi yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.
- Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan intervensi yang tepat dalam mengatasi masalah yang muncul.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan bayi prematur dengan usia gestasi 34 minggu dan usia koreksi 36 minggu dapat mencapai kemampuan menyusu yang efektif, pertumbuhan yang optimal, serta pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat. -
Article No. 18321 | 07 Jun 2025
Klinis : An.N berusia 6 tahun dirawat dirumah sakit sejak tanggal 6 febuari 2024. Ibu pasien mengatakan keluhan bahwa anaknya diare. Ibu ps mengatakan bahwa anaknya mengalami buang air besar mencret sebanyak ± 5 kali per hari sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), disertai muntah lebih dari 3x sehari dan sempat demam sejak awal keluhan muncul. Saat dikaji ps masih mengalami diare sekitar 4x sehari dengan konsistensi cair dan berampas, serta muntah sebanyak 2x sehari. Ps tampak lemas, mukosa bibir terlihat kering, turgor kulit buruk, mata tampak cekung, dan nadi teraba lemah. Tidak ditemukan pembengkakan pada anus. Ibi ps mengatakan bahwa anak nya memiliki Riwayat diare sebelumnya pada usia 2 tahun yang berlangsung selama satu minggu. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukkan nadi 75 kali per menit, respirasi 23 kali per menit, suhu tubuh 36,8°C (namun sebelumnya sempat mengalami demam), dan saturasi oksigen 99%. Pemeriksaan laboratorium feses menunjukkan warna kuning, konsistensi lembek, tanpa lendir atau darah, serta hasil mikroskopis menunjukkan leukosit 2–5, eritrosit 0–1, tanpa adanya amoeba, telur cacing, atau sisa makanan. Tes benzidin negatif. Pemeriksaan darah menunjukkan hemoglobin 11,7 g/dL, hematokrit 34%, MCV 61,0 fL, MCH 21,2 pg, eritrosit 5,53 juta/µL, eosinofil 0%, neutrofil batang 0%, neutrofil segmen 85%, limfosit 12%, natrium (Na) 135,5 mmol/L, dan klorida (Cl) 109,0 mmol/L. Terapi yang diberikan meliputi cairan intravena KA-EN 3B 20 tpm, zinc 20 mg per hari secara oral, probiostin 1x1 oral, ondansetron 2 mg intravena, serta oralit 50 ml secara oral.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Diare akut berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan, ditandai dengan buang air besar cair lebih dari 3 kali per hari.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat, seperti turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, produksi urin cukup, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Kontrol eliminasi: Pasien akan menunjukkan pola eliminasi yang membaik, yaitu frekuensi diare menurun menjadi kurang dari 3 kali per hari dengan konsistensi feses yang semakin padat.
3. Peningkatan rasa nyaman: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda kenyamanan, seperti tidak lemas, tidak pucat, dan tidak mengalami muntah.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen cairan:
- Pantau tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa bibir, produksi urin, tanda-tanda vital)
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan untuk mengatasi kehilangan cairan
- Pantau keseimbangan cairan masuk dan keluar
- Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat
2. Manajemen diare:
- Pantau frekuensi, konsistensi, dan karakteristik diare
- Berikan terapi antidiare sesuai resep dokter (zinc, probiotik)
- Anjurkan diet BRAT (Banana, Rice, Applesauce, Toast)
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare
3. Manajemen mual dan muntah:
- Berikan antiemetik sesuai resep dokter (ondansetron)
- Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang mudah dicerna
- Hindari makanan yang dapat memicu mual dan muntah
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen mual dan muntah
4. Manajemen kenyamanan:
- Pantau tanda-tanda vital dan tingkat kenyamanan pasien
- Berikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan, seperti mengelola rasa tidak nyaman akibat diare dan muntah
- Kolaborasi dengan dokter untuk mengelola gejala yang ada
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien An.N yang mengalami diare akut, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Diare akut berhubungan dengan infeksi saluran pencernaan, ditandai dengan buang air besar cair lebih dari 3 kali per hari".
Luaran/Output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan mencakup keseimbangan cairan dan elektrolit, kontrol eliminasi, serta peningkatan rasa nyaman. Pasien diharapkan menunjukkan tanda-tanda adekuatnya cairan dan elektrolit, perbaikan pola eliminasi, serta peningkatan kenyamanan secara umum.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran meliputi manajemen cairan, manajemen diare, manajemen mual dan muntah, serta manajemen kenyamanan. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk memulihkan kondisi pasien, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kenyamanan pasien selama perawatan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus berkolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Edukasi kepada pasien dan keluarga juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan agar mereka dapat memahami kondisi pasien dan berpartisipasi aktif dalam proses pemulihan.