Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2595 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien minum bayclin akibat stress karena masalah yang dihadapi tidak kunjung selesai sehingga ingin bunuh diri. Tetangga pasien seorang perawat mengupayakan supaya pasien dapat muntah. Berapa jamkah maksimal setelah pasien menelan racun tindakan mengupayakan muntah akan efektif? a. 4 jam b. 2 jam c. 5 jam d. 1 jam e. 3 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri berhubungan dengan Stres akibat masalah yang belum terselesaikan.
2. Keracunan berhubungan dengan Tertelan Bayclin.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri: Kondisi di mana individu memiliki niatan dan rencana untuk mengakhiri hidup.
2. Keracunan: Kondisi di mana individu mengalami toksisitas akibat terpapar zat berbahaya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri: Individu dapat mengenali dan mengelola faktor risiko, mencari bantuan, dan memiliki harapan.
2. Keracunan: Individu dapat mempertahankan fungsi vital, mengurangi dampak toksisitas, dan mencegah komplikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Bunuh Diri: Pengkajian risiko, pengelolaan krisis, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
2. Keracunan: Stabilisasi kondisi, detoksifikasi, dan pemantauan komplikasi.
Untuk tindakan mengupayakan muntah setelah pasien menelan racun, berdasarkan literatur, waktu maksimal yang efektif adalah 2 jam setelah paparan racun. Setelah 2 jam, kemampuan tubuh untuk mengeluarkan racun secara alami akan menurun, sehingga tindakan lain seperti pemberian antidotum atau dekontaminasi perlu segera dilakukan.
Jadi, jawaban yang tepat adalah opsi b. 2 jam. -
Article No. 2596 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki beusia 37 tahun dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas, perawat telah melakukan primary survey dan didapatkan Thorax Dextra tidak sejajar saat bernafas, suara nafas menurun dan saat di perkusi hipersonor pada paru Dextra,terdapat distensi vena jugularis, TD 90/60 mmHg, N: 100x/menit, RR: 26x/menit dan dangkal, akral dingin. Data pengkajian yang termasuk data breathing yaitu a. TD 90/60 mmHg, N: 100x/menit b. Akral dingin c. Kecelakaan lalu lintas d. Thorax Dextra tidak sejajar, hipersonor pada paru Dextra e. Distensi vena jugularis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi yang diberikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Pola Napas Tidak Efektif (SDKI: Ventilasi Tidak Efektif)
- Penjelasan: Pasien mengalami penurunan suara napas, thoraks tidak sejajar saat bernafas, dan ditemukan hipersonor pada paru, yang menunjukkan adanya gangguan ventilasi paru.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Ventilasi Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk mendukung kebutuhan oksigenasi.
- Karakteristik Mayor: Perubahan frekuensi pernapasan, perubahan kedalaman pernapasan, perubahan irama pernapasan, penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
- Faktor Terkait: Cedera thoraks, obstruksi jalan napas, gangguan neuromuskular.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Pola Napas: Pasien menunjukkan frekuensi, kedalaman, dan irama napas yang adekuat.
2. Oksigenasi: Pasien menunjukkan kadar oksigen dalam darah dan jaringan yang adekuat.
3. Status Ventilasi: Pasien menunjukkan fungsi ventilasinya yang optimal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Ventilasi
Dengan demikian, perawatan yang dapat diberikan adalah mempertahankan jalan napas, memantau dan mempertahankan oksigenasi, serta mengelola ventilasi pasien agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen yang adekuat. -
Article No. 2597 | 17 Oct 2024
Klinis : Diagnosa keperawatan emergensi yang menjadi prioritas muncul pada kasus ACS dengan NSTEMI, yaitu a. Risiko kelebihan cairan b. Nyeri c. Risiko penurunan curah jantung d. Intoleransi Aktivitas e. Gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang pakar dan perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan emergensi beserta penjelasan singkat mengacu pada standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus ACS dengan NSTEMI.
a. Risiko kelebihan cairan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kelebihan cairan dalam tubuh.
Faktor Risiko: Penurunan fungsi ginjal, penurunan kemampuan jantung dalam memompa cairan, asupan cairan yang berlebihan.
Tujuan Keperawatan: Mencegah terjadinya kelebihan cairan.
Intervensi Keperawatan: Monitor asupan dan pengeluaran cairan, batasi asupan cairan, berikan diuretik jika diperlukan.
b. Nyeri
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Penyebab: Iskemia miokard, inflamasi, spasme pembuluh darah.
Tujuan Keperawatan: Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan: Berikan analgesik, kolaborasi dengan dokter, gunakan terapi nonfarmakologis seperti relaksasi.
c. Risiko penurunan curah jantung
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan kemampuan jantung dalam memompa darah.
Faktor Risiko: Kerusakan otot jantung, aritmia, kelebihan cairan.
Tujuan Keperawatan: Mencegah terjadinya penurunan curah jantung.
Intervensi Keperawatan: Monitor tanda-tanda vital, pantau asupan dan pengeluaran cairan, berikan terapi oksigen jika diperlukan.
d. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas hidup sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
Penyebab: Penurunan sirkulasi darah, kelelahan, nyeri.
Tujuan Keperawatan: Meningkatkan toleransi aktivitas.
Intervensi Keperawatan: Atur aktivitas pasien, berikan latihan fisik sesuai toleransi, edukasi pasien tentang manajemen aktivitas.
e. Gangguan pertukaran gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada level yang memadai.
Penyebab: Penurunan kemampuan paru-paru, gangguan pada pertukaran gas.
Tujuan Keperawatan: Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat.
Intervensi Keperawatan: Berikan oksigen sesuai kebutuhan, monitor status oksigenasi, ajarkan teknik pernapasan.
Dalam kondisi ACS dengan NSTEMI, diagnosa keperawatan emergensi yang menjadi prioritas adalah risiko penurunan curah jantung, nyeri, dan gangguan pertukaran gas. Intervensi keperawatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi dan memastikan stabilitas kondisi pasien. -
Article No. 2598 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang perawat menemukan seorang perempuan sekitar mengalami keracunan akibat makan kepiting. Pasien terlihat mual muntah, nyeri perut, lemah dan gatal-gatal. Tindakan utama yang dapat dilakukan perawat adalah? a. Jangan biarkan pasien muntah b. Jangan berikan natrium bikarbonat c. Netralisasi dengan cairan d. Tidak efektif dilakukan bilas lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perburukan Kondisi Akibat Racun (RPKAR)
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): RPKAR merupakan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi atau memburuknya kondisi akibat terpapar racun atau zat berbahaya.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengenali dan menghindari paparan zat berbahaya, serta tidak terjadi komplikasi akibat keracunan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi memantau tanda-tanda vital, mengelola pemberian antiemetik dan antidotum, serta melakukan tindakan dekontaminasi seperti membasuh kulit atau membilas lambung.
Terkait dengan kondisi pasien yang mengalami keracunan akibat makan kepiting dengan gejala mual, muntah, nyeri perut, lemah, dan gatal-gatal, tindakan utama yang dapat dilakukan perawat adalah:
C. Netralisasi dengan cairan
Penjelasan:
Pemberian cairan minum atau melalui intravena dapat membantu mengeluarkan racun dari tubuh dan mencegah dehidrasi akibat muntah. Namun, tidak boleh langsung memicu muntah (jangan biarkan pasien muntah), karena dapat memperberat kondisi. Selain itu, pemberian natrium bikarbonat (jangan berikan natrium bikarbonat) juga tidak dianjurkan karena dapat memperburuk kondisi. -
Article No. 2599 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki, usia 35 tahun dibawa ke UGD dengan kasus trauma kepala. Saat observasi, pasien mengalami penurunan tekanan darah dan tingkat kesadaran semakin memburuk. TD: 90/60 mmHg, RR: 24 x/menit, N: 40 x/menit. Apa yang harus diwaspadai pada waktu pengkajian oleh perawat berkaitan dengan perubahan yang ditunjukkan oleh pasien? a. Aktivitas kejang b. Peningkatan tekanan intra kanial c. Terjadi gangguan kontraksi jantung d. Berkembangnya syok hipovolemik e. Respon mulai stabilnya aliran darah otak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, salam sejahtera.
Berdasarkan kondisi pasien yang Anda paparkan, yaitu seorang laki-laki usia 35 tahun dengan trauma kepala, penurunan tekanan darah, dan penurunan tingkat kesadaran, maka diagnosa keperawatan yang perlu diwaspadai berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah:
Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Otak
Penjelasan singkat:
Pasien dengan trauma kepala berisiko mengalami penurunan perfusi jaringan otak akibat peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dapat ditandai dengan penurunan tekanan darah, penurunan tingkat kesadaran, dan perubahan tanda-tanda vital lainnya seperti bradikardi.
Perawat perlu waspada terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial (poin b) yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah otak dan syok hipovolemik (poin d). Aktivitas kejang (poin a) dan gangguan kontraksi jantung (poin c) juga dapat terjadi sebagai komplikasi, namun bukan merupakan fokus utama dalam pengkajian saat ini. Stabilnya aliran darah otak (poin e) belum tentu terjadi mengingat kondisi pasien yang semakin memburuk.
Perawat perlu segera melakukan pengkajian secara komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mencegah dan mengatasi peningkatan tekanan intrakranial, serta berkoordinasi dengan tim medis lainnya untuk memberikan penanganan yang tepat bagi pasien.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamualaikum. -
Article No. 2600 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien berusia 70 tahun datang ke RS dengan keluhan mual muntah hebat. Hasil pemeriksaan TD 100/70 mmHg, frekuensi nadi 150 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, Suhu 36.5°C. Hasil GDS pasien 400 mg/dl. Pasien mempunyai riwayat DM 4 tahun yang lalu tidak terkontrol. Pemeriksaan penunjang lain yang perlu dilakukan pada pasien ialah? a. SGPT b. SGOT c. Ureum darah d. Kreatinin e. AGD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien adalah:
Diagnosis Keperawatan SDKI: Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah hebat.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk membantu perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan.
- Risiko Kekurangan Volume Cairan merupakan diagnosis keperawatan yang sesuai karena pasien mengalami muntah hebat, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit yang signifikan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, dan kadar glukosa darah dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: monitor tanda-tanda vital, monitor intake dan output cairan, berikan cairan intravena, bantu pasien mengatasi mual dan muntah, monitor kadar glukosa darah, dan edukasi pasien tentang perawatan diabetes.
Pemeriksaan penunjang lain yang perlu dilakukan pada pasien adalah:
c. Ureum darah
d. Kreatinin
e. Analisis Gas Darah (AGD)
Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui fungsi ginjal dan status elektrolit pasien, yang dapat terpengaruh akibat muntah hebat dan diabetes yang tidak terkontrol. -
Article No. 2601 | 17 Oct 2024
Klinis : Indikasi pasien yang memerlukan ventilasi mekanik adalah? a. Pernapasan 24 x/menit b. Hilangnya reflek muntah dan batuk c. Kapasitas vital lebih dari 10 ml/kg d. PaCo2 lebih dari 50 mmHg e. Pa O2 lebih dari 60 mmHg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, indikasi pasien yang memerlukan ventilasi mekanik adalah:
d. PaCO2 lebih dari 50 mmHg
Penjelasan singkat:
1. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
2. Penjelasan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dan/atau mengeluarkan karbon dioksida yang adekuat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Gangguan Pertukaran Gas adalah pertukaran gas yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas adalah ventilasi mekanik, oksigenasi, dan manajemen ventilasi.
Penjelasan singkat:
Peningkatan PaCO2 lebih dari 50 mmHg menandakan adanya gangguan ventilasi dan pertukaran gas, yang merupakan indikasi utama pasien memerlukan ventilasi mekanik. Hal ini untuk membantu pasien mempertahankan oksigenasi dan mengeluarkan karbon dioksida secara adekuat. -
Article No. 2602 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rujuk ke ruang IGD pasca kecelakaan. Pada pemeriksaan TD: 120/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, P: 28 /menit. Pasien tidak sadar, terdapat luka fraktur terbuka pada kaki kanan. Tindakan stabilisasi apa yang bisa dilakukan pada kasus.. a. Pasang infus b. Balut bidai c. Perawatan luka d. Neckoller e. Bebaskan jaln nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Berhubungan dengan Kerusakan Struktur Vaskuler Sekunder Akibat Trauma.
2. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Fraktur Terbuka pada Kaki Kanan.
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran.
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Berhubungan dengan Kerusakan Struktur Vaskuler Sekunder Akibat Trauma:
- SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan
- SLKI: Pemulihan Perfusi Jaringan
- SIKI: Pemasangan Infus, Balut Bidai, Manajemen Fraktur
2. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Fraktur Terbuka pada Kaki Kanan:
- SDKI: Risiko Perdarahan
- SLKI: Pengendalian Perdarahan
- SIKI: Pemasangan Infus, Balut Bidai, Perawatan Luka
3. Risiko Cedera Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran:
- SDKI: Risiko Cedera
- SLKI: Pencegahan Cedera
- SIKI: Pembebasan Jalan Napas, Penggunaan Neck Collar
Tindakan stabilisasi yang dapat dilakukan:
a. Pasang infus untuk mempertahankan volume cairan dan terapeutik.
b. Balut bidai untuk menstabilkan fraktur terbuka pada kaki kanan.
c. Perawatan luka untuk mencegah infeksi dan perdarahan.
d. Pasang neck collar untuk stabilisasi tulang leher dan kepala.
e. Bebaskan jalan napas untuk memastikan pasien dapat bernapas dengan baik.
Dalam melakukan tindakan ini, penting untuk menerapkan praktik keperawatan yang berpusat pada pasien, memperhatikan keselamatan pasien, dan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya. -
Article No. 2603 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 25 tahun di rujuk ke ruang IGD pasca kecelakaan. Pada pemeriksaan TD: 120/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, P: 28 /menit. Pasien tidak sadar, terdapat luka fraktur terbuka pada kaki kanan. Tindakan stabilisasi apa yang bisa dilakukan pada kasus.. a. Pasang infus b. Balut bidai c. Perawatan luka d. Neckoller e. Bebaskan jaln nafas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Resiko Syok Hipovolemik
3. Intoleransi Aktivitas
4. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Penurunan kemampuan pertukaran gas di alveoli-kapiler
- SLKI: Intervensi untuk memulihkan pertukaran gas
- SIKI: Manajemen Jalan Napas, Oksigenasi, Ventilasi
2. Resiko Syok Hipovolemik
- SDKI: Penurunan volume cairan intravaskuler yang dapat mengancam kehidupan
- SLKI: Intervensi untuk mencegah syok hipovolemik
- SIKI: Manajemen Cairan, Terapi Cairan Intravena
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin
- SLKI: Intervensi untuk mengembalikan toleransi terhadap aktivitas
- SIKI: Perawatan Diri, Manajemen Aktivitas
4. Risiko Infeksi
- SDKI: Peningkatan risiko infeksi
- SLKI: Intervensi untuk mencegah infeksi
- SIKI: Manajemen Luka, Pemberian Obat, Pencegahan Infeksi
Tindakan stabilisasi yang dapat dilakukan:
a. Pasang infus
b. Balut bidai
c. Perawatan luka
d. Neckoller
e. Bebaskan jalan napas
Tindakan-tindakan tersebut sesuai dengan intervensi keperawatan yang terkait dengan diagnosa yang telah disebutkan. Tujuannya adalah untuk memulihkan pertukaran gas, mencegah syok hipovolemik, memulihkan toleransi aktivitas, dan mencegah infeksi. -
Article No. 2604 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien berusia 55 tahun dan didiagnosa ketoasidosis. Infus pasien sudah terpasang, posisi sudah di atur dan dilakukan TTV. Tindakan lain yang perlu pada pasien tersebut adalah? a. Pemeriksaan AGD setiap 2 jam b. Pemeriksaan darah lengkap setiap 1 jam c. Pemeriksaan elektrolit setiap 4 jam d. Pemeriksaan TTV setiap 4 jam e. Pemeriksaan glukosa darah per jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan ketoasidosis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit akibat ketoasidosis.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan dimana individu mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan adanya perubahan nilai parameter laboratorium.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, kadar elektrolit dalam batas normal, dan mengatakan rasa nyaman.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium (termasuk AGD, darah lengkap, dan elektrolit), dan pemberian cairan infus yang sesuai.
Tindakan lain yang perlu pada pasien tersebut adalah:
e. Pemeriksaan glukosa darah per jam
Penjelasan:
Pemantauan glukosa darah secara ketat (per jam) diperlukan pada pasien dengan ketoasidosis untuk memantau kestabilan kadar glukosa darah dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Jadi, tindakan yang paling sesuai adalah pemeriksaan glukosa darah per jam, karena monitoring glukosa darah yang ketat sangat penting dalam penanganan ketoasidosis.