Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2575 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang kakek, 75 tahun, tinggal di PSTW, mengalami paska stroke dan harus berbaring di atas tempat tidur. Semua kebutuhan dipenuhi oleh pramuwisma. Hasil pengkajian didapatkan data sebelah sisi kanan badannya tidak bisa digerakkan. Apakah diagnose keperawatan utama pada kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan utama dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Defisit Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis Pascastroks
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Defisit Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam pergerakan bebas dan terkoordinasi dari satu atau lebih ekstremitas.
- Faktor yang Berhubungan: Hemiparesis pascastroks, yang menyebabkan keterbatasan pergerakan pada satu sisi tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan.
- Kriteria Hasil: Klien dapat bergerak dengan bantuan minimal, klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan bantuan minimal, dan klien menunjukkan tidak adanya komplikasi terkait imobilitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Aktivitas, Perawatan Diri: Mandi, Perawatan Diri: Berpakaian, Terapi Latihan Pergerakan, dan Terapi Latihan: Ambulasi.
- Tujuan Intervensi: Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik klien, memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan mencegah komplikasi akibat imobilitas.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan utama yang sesuai untuk kasus ini adalah Defisit Mobilitas Fisik berhubungan dengan Hemiparesis Pascastroks. Perawat akan fokus pada intervensi yang bertujuan meningkatkan mobilitas fisik klien, memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan mencegah komplikasi terkait imobilitas. -
Article No. 2576 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan ventilasi spontan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intervensi keperawatan gangguan ventilasi spontan, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Ventilasi Spontan
Definisi:
Gangguan Ventilasi Spontan adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau memulai ventilasi spontan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gejala dan tanda mayor: Frekuensi napas tidak normal, Penggunaan otot bantu napas, Perubahan pola napas.
Gejala dan tanda minor: Sianosis, Kesulitan bicara, Iritabilitas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
1. Pasien mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat.
2. Pasien menunjukkan pola napas yang normal.
3. Pasien tidak mengalami komplikasi akibat gangguan ventilasi spontan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Monitoring tanda-tanda vital (Frekuensi napas, Saturasi oksigen, dll.)
2. Pemberian Oksigen sesuai kebutuhan
3. Pengaturan posisi pasien untuk memfasilitasi ventilasi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pengobatan penyebab gangguan ventilasi
Secara singkat, diagnosa keperawatan Gangguan Ventilasi Spontan merupakan kondisi di mana pasien tidak dapat mempertahankan atau memulai ventilasi spontan yang adekuat. Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan meliputi monitoring tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pengaturan posisi, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk mengatasi penyebab gangguan ventilasi. -
Article No. 2577 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan ventilasi spontan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan ventilasi spontan, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Ventilasi Spontan
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi spontan yang adekuat untuk mendukung kehidupan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif, Ketidakefektifan pola napas, Gangguan pertukaran gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Ventilasi spontan yang adekuat, Status respirasi membaik, Pertukaran gas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, Manajemen oksigenasi.
Penjelasan Singkat:
Gangguan ventilasi spontan merupakan kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk mendukung kehidupan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada sistem pernapasan, kelainan neurologis, atau kondisi penyakit lainnya.
Dalam SDKI, diagnosa keperawatan yang terkait dengan kondisi ini adalah Pola napas tidak efektif, Ketidakefektifan pola napas, dan Gangguan pertukaran gas. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah Ventilasi spontan yang adekuat, Status respirasi membaik, dan Pertukaran gas yang efektif, sesuai dengan SLKI.
Untuk mencapai luaran tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi, dan Manajemen oksigenasi, sesuai dengan SIKI. Intervensi-intervensi ini bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan ventilasi spontan pasien, serta memastikan pertukaran gas yang efektif.
Sebagai pakar perawat, saya menekankan pentingnya pemantauan yang ketat, intervensi yang tepat, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam mengelola kondisi gangguan ventilasi spontan pada pasien. -
Article No. 2578 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia yang tinggal PSTW di dapati berat badannya mengalami penurunan, pasien mengeluhkan selera makan berkurang, makanan yang di sajikan sering disisakan, pasien mengatakan tidak ada gangguan saat menelan. Manakah pernyataan dibawah ini yang tidak perlu dilakukan oleh perawat dalam mencukupi kebutuhan nutrisi lansia diatas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, seorang lansia yang tinggal di PSTW mengalami penurunan berat badan, penurunan selera makan, dan seringkali menyisakan makanan yang disajikan. Meskipun tidak ada gangguan saat menelan, kondisi ini menunjukkan adanya risiko ketidakseimbangan nutrisi, di mana asupan nutrisi yang diterima oleh pasien kurang dari kebutuhan tubuhnya.
Dalam mencukupi kebutuhan nutrisi lansia di atas, pernyataan yang tidak perlu dilakukan oleh perawat adalah:
"Memberikan makanan tambahan yang dapat menyebabkan alergi atau intoleransi pada pasien."
Alasannya, perawat harus mempertimbangkan dengan cermat makanan tambahan yang diberikan agar tidak menimbulkan efek samping yang merugikan bagi pasien. Sebaliknya, perawat perlu melakukan intervensi yang tepat, seperti:
1. Mengevaluasi preferensi dan riwayat makanan pasien.
2. Menyajikan makanan yang menarik, bervariasi, dan sesuai dengan selera pasien.
3. Memantau dan mencatat asupan nutrisi pasien.
4. Memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait pentingnya nutrisi yang adekuat.
5. Berkoordinasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana intervensi nutrisi yang sesuai.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, perawat dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi lansia dan mengatasi risiko ketidakseimbangan nutrisi. -
Article No. 2579 | 17 Oct 2024
Klinis : Seorang lansia berusia 60 tahun sedang mendapatkan perawatan di ruang Geriatric. Hasil pengkajian didapatkan data ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan secara aktif, kulit disekitar area penonjolan tulang tampak kemerahan, klien lemas. Hasil pengajian Tekanan darah 180/100 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu 37,7, pernafasan 20x/menit. Apa yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kenyamanan pada klien ? a. Memberikan kompres air hangat b. Melakukan masage c. Mobilisasi tiap 2 jam d. Memonitor kulit klien e. Melatih ROM
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas (SDKI: Risiko Kerusakan Integritas Kulit)
Penjelasan: Klien mengalami imobilitas pada ekstremitas atas dan bawah yang dapat menyebabkan risiko kerusakan integritas kulit, terutama di area penonjolan tulang.
2. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi (SDKI: Penurunan Perfusi Jaringan)
Penjelasan: Hasil pemeriksaan tekanan darah klien menunjukkan hipertensi, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (SDKI: Intoleransi Aktivitas)
Penjelasan: Klien mengalami kelemahan fisik yang ditandai dengan lemas, sehingga memiliki intoleransi terhadap aktivitas.
Tindakan keperawatan yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan klien adalah:
a. Memberikan kompres air hangat
Penjelasan: Kompres air hangat dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi risiko kerusakan integritas kulit pada area penonjolan tulang.
b. Melakukan masase
Penjelasan: Masase dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, mencegah kekakuan sendi, dan meningkatkan kenyamanan klien.
d. Memonitor kulit klien
Penjelasan: Pemantauan kulit secara berkala penting untuk mengidentifikasi tanda-tanda kerusakan integritas kulit dan mengambil tindakan pencegahan.
e. Melatih ROM (Range of Motion)
Penjelasan: Latihan ROM dapat membantu mempertahankan fungsi sendi dan mencegah kontraktur, serta meningkatkan kenyamanan klien. -
Article No. 2580 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan diagnosa gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang dibutuhkan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Penurunan Oksigenasi: Penurunan kemampuan untuk menyerap, mentransportasikan, dan/atau memanfaatkan oksigen.
2. Kelebihan Volume Cairan: Kelebihan cairan yang tertahan di dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
3. Ventilasi Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertukaran Gas Membaik
2. Oksigenasi Membaik
3. Status Respirasi Membaik
4. Status Cairan Membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Oksigenasi
3. Manajemen Ventilasi
4. Manajemen Cairan
Intervensi Keperawatan:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pertukaran gas meliputi:
1. Mempertahankan dan memfasilitasi jalan napas yang paten.
2. Memantau status oksigenasi dan ventilasi.
3. Memberikan oksigen suplementasi sesuai kebutuhan.
4. Memantau dan mengatur keseimbangan cairan.
5. Memberikan posisi yang memfasilitasi ventilasi.
6. Melakukan fisioterapi dada dan suction jika diperlukan.
Tujuan intervensi ini adalah untuk mempertahankan pertukaran gas yang adekuat, meningkatkan oksigenasi, dan menjaga status respirasi dan cairan dalam batas normal. -
Article No. 2581 | 17 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan diagnosa gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi gangguan pertukaran gas, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi atau ventilasi yang adekuat pada tingkat seluler.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Gangguan mekanis pada sistem pernapasan, gangguan alveolar, gangguan pembuluh darah paru, dan kelebihan/kekurangan ventilasi.
- Gejala dan Tanda: Dispnea, hiperventilasi, sianosis, gelisah, takipnea, orthopnea, dan penurunan saturasi oksigen.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat menunjukkan pertukaran gas yang adekuat, tidak terjadi sianosis, dan tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Kaji fungsi pernapasan, pantau status oksigenasi, atur posisi semi-fowler, berikan oksigen sesuai kebutuhan, lakukan fisioterapi dada, lakukan manajemen kenyamanan, dan edukasi pasien/keluarga.
Kesimpulan:
Gangguan pertukaran gas merupakan kondisi di mana terjadi ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi atau ventilasi yang adekuat pada tingkat seluler. Penanganan keperawatan yang komprehensif, meliputi pengkajian, pemantauan, intervensi, dan edukasi, sangat penting untuk memulihkan pertukaran gas yang optimal. -
Article No. 2582 | 17 Oct 2024
Klinis : pasien wanita usia 40 tahun. datang dengan keluhan post SC hari ke -4 kejang 1x selama 3 menit. T 174/ 95 mmhg N98x/m, respirasi 22x/m
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan data yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakstabilan Neurologi berhubungan dengan post-operasi sectio caesarea
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Ketidakstabilan Neurologi: Potensi perubahan fungsi sistem saraf pusat yang tidak dapat dikontrol.
- Faktor yang berhubungan: Post-operasi, nyeri, trauma, perdarahan, infeksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Stabilitas Neurologi: Kemampuan mempertahankan fungsi sistem saraf pusat dalam batas normal.
- Kriteria hasil yang diharapkan: Tekanan darah dalam batas normal, tidak ada kejang, tidak ada perubahan status mental.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Neurologi: Observasi dan pencatatan status neurologis secara berkala.
- Manajemen Kejang: Pemberian antikonvulsan, pencegahan trauma, dan pemantauan tanda-tanda kejang.
- Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial: Upaya menurunkan tekanan intrakranial dan mencegah komplikasi.
Kesimpulan:
Pasien memiliki risiko ketidakstabilan neurologi terkait status post-operasi sectio caesarea. Perawatan keperawatan yang diperlukan adalah pemantauan status neurologi, manajemen kejang, dan upaya menurunkan tekanan intrakranial untuk mencegah komplikasi. -
Article No. 2583 | 17 Oct 2024
Klinis : pasien wanita usia 40 tahun. datang dengan keluhan post SC hari ke-4 kejang 1x selama 3 menit. T 197/ 103 mmhg N98x/m, respirasi 22x/m dengan diagnosa eklampsipost partum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari standar SDKI - SLKI - SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kejang Berhubungan dengan Eklampsia Post Partum
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Kejang adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kontraksi otot tubuh yang tidak terkendali.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien bebas dari kejang, tidak ada kontraksi otot tubuh yang tidak terkendali.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pemberian obat antikonvulsan, dan tindakan keselamatan untuk mencegah cedera saat kejang.
2. Hipertensi Berhubungan dengan Eklampsia Post Partum
Penjelasan:
- SDKI: Hipertensi adalah keadaan di mana individu mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal.
- SLKI: Pasien memiliki tekanan darah dalam batas normal.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat antihipertensi, dan edukasi tentang manajemen hipertensi.
Dalam menangani kondisi pasien ini, perawat perlu bekerja sama dengan tim medis lainnya, seperti dokter, untuk memastikan penanganan yang komprehensif dan efektif. Pemantauan ketat, pemberian terapi yang sesuai, serta edukasi dan dukungan bagi pasien dan keluarga sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 2584 | 17 Oct 2024
Klinis : pasien wanita usia 40 tahun. datang dengan keluhan post SC hari ke-7. luka operasi keluar cairan coklat kental an berbau. luka operasi terbuka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Prosedur Pembedahan (SIKI)
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien wanita usia 40 tahun dengan kondisi post-operasi sesar (SC) hari ke-7 menunjukkan tanda-tanda infeksi pada luka operasi. Gejala yang tampak adalah keluarnya cairan coklat kental dan berbau dari luka operasi yang terbuka. Hal ini mengindikasikan adanya risiko infeksi terkait dengan prosedur pembedahan yang telah dilakukan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Risiko Infeksi Terkait Prosedur Pembedahan didefinisikan sebagai "Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan, yang berhubungan dengan prosedur pembedahan".
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah pasien dapat menunjukkan tanda-tanda penyembuhan luka operasi yang baik, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan bebas dari komplikasi terkait infeksi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan antara lain:
1. Perawatan luka operasi secara aseptik
2. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
3. Pemantauan tanda-tanda vital dan tanda infeksi
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi dan pencegahan infeksi
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi pasien dan mendukung proses penyembuhannya.