Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4606 | 05 Nov 2024
Klinis : Sesak napas berat Nyeri dada Pembengkakan vena leher Deviasi trakea Hipotensi Sianosis tension Pnemothorax
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tension pneumothorax yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Pneumothorax Tension
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah ketidakmampuan membrane alveolar-kapiler untuk melakukan pertukaran gas yang optimal. Dalam kasus tension pneumothorax, udara yang tertahan di dalam ruang pleural menyebabkan kompresi paru-paru, mengurangi volume paru-paru, dan mengganggu pertukaran gas.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat, yang ditandai dengan peningkatan frekuensi napas, peningkatan saturasi oksigen, dan perbaikan status pernapasan.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Lakukan dekompreksi jarum untuk mengeluarkan udara dari ruang pleural.
2. Pantau tanda-tanda vital dan status pernapasan secara berkala.
3. Berikan oksigen supplemental sesuai kebutuhan.
4. Pertahankan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru-paru.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan lebih lanjut, seperti pemasangan tabung dada.
Semoga penjelasan ini membantu Anda memahami kondisi tension pneumothorax dan manajemen keperawatannya berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI. Jangan ragu untuk bertanya jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut. Terima kasih. -
Article No. 4607 | 05 Nov 2024
Klinis : pemasangan kateter
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pemasangan kateter, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Saluran Kemih
Definisi: Keadaan rentan terhadap invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat mengganggu sistem kemih.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Risiko Infeksi Saluran Kemih merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan pemasangan kateter.
- Diagnosa ini mengidentifikasi adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, seperti prosedur pemasangan kateter yang tidak aseptik, kondisi kebersihan alat kelamin, dan lama penggunaan kateter.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah tidak terjadi infeksi saluran kemih, yang dapat diukur melalui indikator seperti tidak adanya tanda-tanda infeksi (nyeri, bengkak, kemerahan di area sekitar kateter), tidak ditemukan mikroorganisme patogen pada pemeriksaan urin, dan tidak ada peningkatan suhu tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko infeksi saluran kemih pada pasien dengan pemasangan kateter antara lain menjaga kebersihan alat kelamin, memperhatikan teknik pemasangan kateter yang aseptik, memantau tanda-tanda infeksi secara rutin, dan melakukan perawatan kateter yang benar.
Dengan adanya standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI, perawat dapat memberikan intervensi yang komprehensif dan terpadu untuk mencegah dan mengatasi risiko infeksi saluran kemih pada pasien dengan pemasangan kateter. -
Article No. 4453 | 04 Nov 2024
Klinis : Ansietas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ansietas.
Diagnosa Keperawatan: Ansietas
Definisi: Ansietas adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disertai dengan respons autonom, perasaan tertekan, dan perilaku yang ditimbulkan sebagai respons terhadap bahaya yang mengancam.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ansietas adalah pasien dapat mendemonstrasikan strategi koping yang efektif, mampu mengendalikan rasa cemas, dan menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ansietas antara lain terapi suportif, relaksasi, distraksi, manajemen kecemasan, serta terapi kognitif dan perilaku.
Sebagai seorang perawat profesional, saya akan melakukan pendekatan yang holistik dalam menangani pasien dengan ansietas. Tujuan utamanya adalah membantu pasien untuk mengelola respons cemas secara efektif dan mencapai kondisi yang lebih tenang serta stabil. -
Article No. 4454 | 04 Nov 2024
Klinis : • Klien sakit berat • GCS Kualitatif : pasien coma • Kuantitatif M 1 V ETT E 1 • Alat bantu nafas dengan ventilator • PEEP 5 FiO2 30% • RR : 26x/menit dengan otot bantu • Pernapasan : cuping hidung • Batuk : non produktif • Perkusi : redup • Auskultasi : suara nafas : ronkhi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakefektifan Pola Napas
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Kondisi di mana individu tidak mampu membersihkan saluran napas untuk mempertahankan bebas dari sekret.
- Tanda dan gejala: Pasien menggunakan otot bantu pernapasan (cuping hidung), batuk non-produktif, suara napas ronkhi, dan perkusi redup.
- SLKI: Tujuan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang efektif. Intervensi keperawatan dapat mencakup pemberian oksigen, pengisapan lendir, dan fisioterapi dada.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi mekanis, dan manajemen oksigen.
2. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami perubahan frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi.
- Tanda dan gejala: Pasien menggunakan ventilator dengan PEEP 5 dan FiO2 30%, frekuensi napas 26x/menit dengan otot bantu pernapasan.
- SLKI: Tujuan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif. Intervensi keperawatan dapat mencakup pemantauan status pernapasan, pengaturan oksigen, dan manajemen ventilasi mekanis.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen ventilasi mekanis, manajemen oksigen, dan pemantauan kesehatan pernapasan.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Kondisi di mana individu mengalami keterbatasan dalam toleransi terhadap aktivitas fisik.
- Tanda dan gejala: Pasien dalam kondisi koma (GCS Kuantitatif M 1 V ETT E 1) dan memerlukan ventilator untuk membantu pernapasan.
- SLKI: Tujuan adalah pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. Intervensi keperawatan dapat mencakup pengaturan aktivitas, manajemen energi, dan manajemen imobilitas.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen aktivitas, manajemen energi, dan manajemen imobilitas.
Dalam menangani kasus ini, perawat harus fokus pada upaya mempertahankan jalan napas yang efektif, manajemen ventilasi mekanis, dan manajemen aktivitas pasien yang terbatas. Kolaborasi dengan tim medis lainnya juga diperlukan untuk memastikan perawatan yang komprehensif. -
Article No. 4455 | 04 Nov 2024
Klinis : • Klien sakit berat • GCS Kualitatif : pasien coma • Kuantitatif M 1 V ETT E 1 • Alat bantu nafas dengan ventilator • PEEP 5 FiO2 30% • RR : 26x/menit dengan otot bantu • Pernapasan : cuping hidung • Batuk : non produktif • Perkusi : redup • Auskultasi : suara nafas : ronkhi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), pasien menggunakan NGT Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah urine 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis turgor kulit elastis Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Pola Napas
Penjelasan:
- SDKI: Pola napas tidak efektif yang ditandai dengan pernapasan bantuan mekanik (ventilator), frekuensi napas abnormal, cuping hidung, dan suara napas tidak normal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain mempertahankan jalan napas, pemberian oksigen, pengaturan ventilator, dan pemantauan status pernapasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen ventilasi, dan pemantauan pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Curah Jantung
Penjelasan:
- SDKI: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu yang ditandai dengan tanda-tanda hemodinamik abnormal, edema, dan data laboratorium yang menunjukkan disfungsi kardiovaskular.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen cairan, manajemen obat-obatan, dan pemantauan status hemodinamik.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen sirkulasi, manajemen medikasi, dan pemantauan kardiovaskular.
3. Diagnosa Keperawatan: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Penjelasan:
- SDKI: Ketidakadekuatan aliran darah dan oksigen ke jaringan tubuh yang ditandai dengan akral dingin, kapiler refill tidak normal, dan perubahan status mental.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen sirkulasi, manajemen cairan, dan pemantauan perfusi jaringan.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen sirkulasi, manajemen cairan, dan pemantauan perfusi jaringan.
4. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Eliminasi Urin
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan dalam pengeluaran urin yang ditandai dengan volume urin berkurang, warna urin abnormal, dan kandung kemih tidak kosong.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen eliminasi urin, manajemen cairan, dan pemantauan status eliminasi urin.
- SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen eliminasi urin, manajemen cairan, dan pemantauan eliminasi urin.
Dalam mengelola kondisi klien yang kritis ini, perawat perlu melakukan kolaborasi yang erat dengan tim medis lainnya untuk memastikan perawatan yang optimal dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 4456 | 04 Nov 2024
Klinis : • Klien sakit berat • GCS Kualitatif : pasien coma • Kuantitatif M 1 V ETT E 1 • Alat bantu nafas dengan ventilator • PEEP 5 FiO2 30% • RR : 26x/menit dengan otot bantu • Pernapasan : cuping hidung • Batuk : non produktif • Perkusi : redup • Auskultasi : suara nafas : ronkhi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), pasien menggunakan NGT Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah urine 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis turgor kulit elastis Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi klien adalah:
1. Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan dengan Kegagalan Pernapasan Akut
Penjelasan:
- Klien mengalami penurunan kesadaran (coma) dengan status GCS kualitatif M1 V ETT E1, menunjukkan adanya gangguan kesadaran yang berat.
- Pasien menggunakan ventilator dengan peningkatan PEEP dan FiO2, menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas.
- Tanda-tanda klinis seperti pernapasan cuping hidung, batuk non-produktif, suara napas ronkhi, dan hasil analisis gas darah menunjukkan adanya penurunan fungsi respirasi.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak Berhubungan dengan Disfungsi Pompa Jantung
Penjelasan:
- Hasil EKG menunjukkan adanya kelainan irama jantung (takikardia sinus, depresi segmen ST, dan VES bigemini) yang mengindikasikan adanya disfungsi jantung.
- Hasil ekokardiografi menunjukkan penurunan fungsi sistolik jantung (fraksi ejeksi 29%) yang berada di bawah normal (<40%), sehingga dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
- Tanda-tanda klinis seperti akral dingin, CRT >3 detik, nadi lemah, dan edema ekstremitas menunjukkan adanya penurunan perfusi jaringan.
3. Gangguan Keseimbangan Cairan Berhubungan dengan Peningkatan Kebutuhan Cairan
Penjelasan:
- Pasien menggunakan berbagai terapi cairan parenteral, seperti D5W, dobutamin, dan cairan enteral melalui NGT, menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan cairan.
- Jumlah urin yang sedikit (20 cc) dan warna yang pekat menunjukkan adanya gangguan keseimbangan cairan.
- Palpasi menunjukkan bahwa vesika urinaria tidak kosong, menandakan adanya gangguan pengaturan dan pengeluaran cairan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) merupakan panduan yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Penggunaan standar tersebut dapat membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat sesuai dengan kondisi klien. -
Article No. 4457 | 04 Nov 2024
Klinis : • Klien sakit berat • GCS Kualitatif : pasien coma • Kuantitatif M 1 V ETT E 1 • Alat bantu nafas dengan ventilator • PEEP 5 FiO2 30% Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg • RR : 26x/menit dengan otot bantu • Pernapasan : cuping hidung • Batuk : non produktif • Perkusi : redup • Auskultasi : suara nafas : ronkhi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), pasien menggunakan NGT Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah urine 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis turgor kulit elastis Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas (00030)
SDKI: Ventilasi tidak adekuat yang menyebabkan ketidakseimbangan antara oksigen dan karbondioksida dalam darah dan jaringan.
SLKI: Perbaikan Fungsi Respirasi
SIKI: Manajemen Ventilasi Mekanis
Penjelasan:
Pasien mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS 3 (M1V1E1), menggunakan ventilator dengan PEEP 5 dan FiO2 30%, serta memiliki pernapasan cuping hidung dengan ronki pada auskultasi. Hal ini menunjukkan adanya gangguan dalam pertukaran gas, sehingga dibutuhkan intervensi untuk memperbaiki fungsi respirasi dan manajemen ventilasi mekanis.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00030)
SDKI: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium.
SLKI: Stabilisasi Hemodinamik
SIKI: Manajemen Kardiovaskular
Penjelasan:
Pasien memiliki tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik, seperti takikardi, hipotensi, edema ekstremitas, dan gambaran EKG menunjukkan adanya VES dan depresi ST. Hasil ekokardiografi juga menunjukkan penurunan fungsi pompa jantung (EF 29%). Hal ini mengindikasikan adanya ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak, sehingga diperlukan intervensi untuk menstabilkan kondisi kardiovaskular pasien.
3. Intoleransi Aktivitas (00092)
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan, disebabkan oleh keterbatasan fisik.
SLKI: Peningkatan Toleransi Aktivitas
SIKI: Manajemen Aktivitas
Penjelasan:
Pasien dalam kondisi kritis dengan gangguan ventilasi dan perfusi jantung, sehingga membutuhkan bantuan peralatan medis dan tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Hal ini menunjukkan adanya intoleransi aktivitas, yang memerlukan intervensi untuk meningkatkan toleransi aktivitas dan manajemen aktivitas pasien.
4. Risiko Infeksi (00004)
SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Pencegahan Infeksi
SIKI: Manajemen Infeksi
Penjelasan:
Pasien dalam kondisi kritis dengan penggunaan alat-alat medis invasif seperti ventilator, kateter urin, dan NGT, serta mendapatkan terapi antibiotik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi, sehingga diperlukan intervensi untuk mencegah dan mengelola infeksi yang mungkin terjadi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memastikan kualitas dan keselamatan pasien. -
Article No. 4458 | 04 Nov 2024
Klinis : Klien tampak sakit berat GCS Kualitatif : pasien coma Kuantitatif M 1 V ETT E 1 Tanda – tanda Vital : Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg Alat Bantu napas ventilator PEEP 5 FiO2 30% Inspeksi: Frekuensi: 26 x/menit dengan Otot Bantu pernapasan : cuping hidung Perkusi: redup Auskultasi: ronchi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis IV. TERAPI 1. D5W + 250 mg Dobutamin 2. furosemid 5 mg/jam 3. NTG 5 mcg/menit 4. Bfluid 500 mg/24 jam 5. NaCl 0.9% + Norages 500 mg/24 jam 6. combivent, pulmicort 3x/hari (untuk nebulizer) 7. stesolid 1 amp (b/kejang, boleh diulang 3x) 8. omeprazole 2x40 mg 9. ondancentron 3x8 mg 10. sucralfat 4x20 ml 11. levofloxacin 1x750 mg 12. paracetamol 4x1 gr Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Jantung (SLKI) / Risiko Penurunan Perfusi Jantung (SIKI)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jantung yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jantung.
Faktor Risiko: Disfungsi jantung, penyakit arteri koroner, hipotensi, edema paru.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI) / Risiko Perubahan Pola Napas (SIKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk memelihara pembersihan sekresi atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan fungsi paru-paru yang optimal.
Faktor Risiko: Sekret berlebihan, kelemahan otot pernapasan, kelelahan.
3. Kekurangan Volume Cairan (SDKI) / Risiko Ketidakseimbangan Cairan (SIKI)
Definisi: Pengurangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.
Faktor Risiko: Penurunan asupan cairan, kehilangan cairan berlebihan, gangguan fungsi ginjal.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar luaran keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar intervensi keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Standar-standar ini memberikan kerangka kerja yang konsisten dan terstruktur untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien. -
Article No. 4459 | 04 Nov 2024
Klinis : Klien tampak sakit berat GCS Kualitatif : pasien coma Kuantitatif M 1 V ETT E 1 Tanda – tanda Vital : Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg Alat Bantu napas ventilator PEEP 5 FiO2 30% Inspeksi: Frekuensi: 26 x/menit dengan Otot Bantu pernapasan : cuping hidung Perkusi: redup Auskultasi: ronchi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis IV. TERAPI 1. D5W + 250 mg Dobutamin 2. furosemid 5 mg/jam 3. NTG 5 mcg/menit 4. Bfluid 500 mg/24 jam 5. NaCl 0.9% + Norages 500 mg/24 jam 6. combivent, pulmicort 3x/hari (untuk nebulizer) 7. stesolid 1 amp (b/kejang, boleh diulang 3x) 8. omeprazole 2x40 mg 9. ondancentron 3x8 mg 10. sucralfat 4x20 ml 11. levofloxacin 1x750 mg 12. paracetamol 4x1 gr Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang Anda gambarkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakefektifan Pola Napas, ditandai dengan Perubahan Frekuensi Napas, Penggunaan Otot Bantu Pernapasan, dan Sianosis.
Penjelasan SDKI:
Gangguan Pertukaran Gas didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang dapat menyebabkan penurunan oksigenasi dan/atau peningkatan kadar CO2 dalam darah.
Penjelasan SLKI:
Ketidakefektifan Pola Napas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang efektif untuk mendukung kebutuhan oksigen dan eliminasi CO2.
Penjelasan SIKI:
Perubahan Frekuensi Napas, Penggunaan Otot Bantu Pernapasan, dan Sianosis merupakan tanda-tanda klinis yang dapat menunjukkan adanya gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Gangguan Kontraktilitas Miokard, ditandai dengan Takikardia, Edema Ekstremitas, dan Penurunan Tekanan Darah.
Penjelasan SDKI:
Penurunan Curah Jantung didefinisikan sebagai keadaan di mana volume darah yang dipompa oleh jantung per menit menurun, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Penjelasan SLKI:
Gangguan Kontraktilitas Miokard didefinisikan sebagai keadaan di mana terjadi penurunan kemampuan otot jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Penjelasan SIKI:
Takikardia, Edema Ekstremitas, dan Penurunan Tekanan Darah merupakan tanda-tanda klinis yang dapat menunjukkan adanya penurunan curah jantung.
Diagnosa Keperawatan:
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Ketidakseimbangan Intake dan Output, ditandai dengan Oliguria dan Penurunan Berat Badan.
Penjelasan SDKI:
Kekurangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana terjadi penurunan volume cairan total dalam tubuh.
Penjelasan SLKI:
Ketidakseimbangan Intake dan Output didefinisikan sebagai keadaan di mana intake dan output cairan tubuh tidak seimbang.
Penjelasan SIKI:
Oliguria dan Penurunan Berat Badan merupakan tanda-tanda klinis yang dapat menunjukkan adanya kekurangan volume cairan. -
Article No. 4460 | 04 Nov 2024
Klinis : Klien tampak sakit berat GCS Kualitatif : pasien coma Kuantitatif M 1 V ETT E 1 Tanda – tanda Vital : Suhu: 36,40C, Nadi dan HR : 110 x/ menit, P : 23x/ menit, TD : 167/62 mmHg. MAP: 97 mmHg Alat Bantu napas ventilator PEEP 5 FiO2 30% Inspeksi: Frekuensi: 26 x/menit dengan Otot Bantu pernapasan : cuping hidung Perkusi: redup Auskultasi: ronchi akral dingin, CRT <3 detik, nadi lemah, BJ 1-2 reguler, murmur (-), gallop (-), gambar EKG mont ST ada VES 1-1, edema ekstermitas atas bawah (+), Inspeksi : menggunakan kateter Jumlah 20 cc warna : kuning pekat Balance Cairan : masuk parenatal PCT 1 gr 100 D5W + 500 mg Dobutamin 40 NGT : susu 50cc infus 100cc AP : 50 cc IV : 135 Palpasi: vesika urinaria: tidak kosong kulit sianosis IV. TERAPI 1. D5W + 250 mg Dobutamin 2. furosemid 5 mg/jam 3. NTG 5 mcg/menit 4. Bfluid 500 mg/24 jam 5. NaCl 0.9% + Norages 500 mg/24 jam 6. combivent, pulmicort 3x/hari (untuk nebulizer) 7. stesolid 1 amp (b/kejang, boleh diulang 3x) 8. omeprazole 2x40 mg 9. ondancentron 3x8 mg 10. sucralfat 4x20 ml 11. levofloxacin 1x750 mg 12. paracetamol 4x1 gr Interpretasi EKG : hasil EKG : Mont ST ada VES 1-1, VES bigemini EKG 12 lead : sinus takikardi, (HR 126, ST depresi V6, T inverted lead II, III, aVF) hasil USG Echocardiography : Aorta : Root diameter (ED) : 28 (20-37 mm) Fract - Shortening : 13.8 (>25%) Ejection Fraction : 29% Final conclusion : pumpisel 2x1 amp IV loading aspilet 320 mg dan brilinta 180 mg brilinta 2x90 mg aspilet 1x80 mg CAG Stabdby 2 stent 3 balon tgl. 16/09/2023 jam 12.00 >70% : high function 55% - 70% : normal 40% - 55% : low function <40% : possible heart failure Analisa Gas Darah : pH 7.46 pCO2 24.6 pO2 129 HCO3 17.4 CO2 18 Base Exess -4.10 SpO2 99 Sfd HCO3 21
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Perfusi Jaringan Kardiak (SDKI)
Penjelasan: Kondisi klien menunjukkan adanya gangguan pada fungsi jantung, ditandai dengan penurunan ejection fraction, sinus takikardi, dan VES yang terlihat pada hasil EKG. Hal ini mengindikasikan penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI)
Penjelasan: Klien menggunakan ventilator dan memiliki frekuensi pernapasan yang tinggi dengan adanya penggunaan otot bantu pernapasan. Temuan auskultasi juga menunjukkan adanya ronki, mengindikasikan penurunan kemampuan untuk membersihkan jalan napas secara efektif.
3. Kerusakan Integritas Kulit (SDKI)
Penjelasan: Klien mengalami edema, sianosis, dan kulit yang dingin, menunjukkan adanya gangguan pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit.
4. Gangguan Keseimbangan Cairan (SDKI)
Penjelasan: Klien menerima terapi cairan parenteral, produksi urin yang menurun, dan adanya edema pada ekstremitas, mengindikasikan ketidakseimbangan cairan yang terjadi.
Standar Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Perfusi Jaringan: Kardiak
2. Bersihan Jalan Napas
3. Integritas Kulit
4. Keseimbangan Cairan
Standar Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Perfusi Jaringan: Kardiak
2. Manajemen Jalan Napas
3. Perawatan Luka
4. Manajemen Cairan
Dalam penanganan kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memaksimalkan outcome klien. Hal ini meliputi pemantauan tanda-tanda vital, optimalisasi fungsi jantung, manajemen ventilasi, perawatan kulit, dan pengaturan cairan yang adekuat.