Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18381 | 09 Jun 2025
Klinis : Sdri N (17), siswa sebuah SMA, selalu tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Pasien post rawat RS 2 minggu yang lalu dengan diagnosis medis Infeksi Menular Seksual (IMS), positif HIV, dan sedang hamil 8 minggu. Pada saat dilakukan kunjungan rumah, N tampak pucat dan badannya kurus, mengalami demam dan batuk berdahak. Aktivitas mandi dan toileting dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan tidak mau sekolah lagi karena merasa malu. Keluarga mengatakan sudah dijelaskan cara merawat anaknya tetapi mereka bingung karena tidak memiliki biaya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan untuk Sdri N:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (SDKI: 13059)
Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan organisme patogen, yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Ketidakberdayaan (SDKI: 13032)
Definisi: Pengalaman ketidakmampuan untuk mengendalikan atau mengatasi situasi, yang dapat membatasi pilihan dan hasil yang diinginkan.
3. Ketidakpatuhan (SDKI: 13034)
Definisi: Perilaku tidak mengikuti rencana pengobatan yang disepakati bersama oleh pasien dan petugas kesehatan.
4. Isolasi Sosial (SDKI: 13037)
Definisi: Pengalaman subyektif terpisah dari orang lain, baik secara fisik maupun emosional.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Infeksi: Klien berisiko tinggi mengalami infeksi terkait kondisi kesehatan yang kompleks (IMS, HIV, dan kehamilan).
2. Ketidakberdayaan: Klien merasa tidak berdaya mengatasi kondisi kesehatan dan sosial yang dihadapi.
3. Ketidakpatuhan: Klien tidak patuh menjalani pengobatan dan perawatan, yang berdampak pada kondisi kesehatannya.
4. Isolasi Sosial: Klien merasa terisolasi secara sosial akibat stigma dan malu terhadap kondisi kesehatannya.
Kode dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
13059 - Risiko Infeksi
13032 - Ketidakberdayaan
13034 - Ketidakpatuhan
13037 - Isolasi Sosial
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
10011 - Pencegahan Infeksi
10032 - Pemberdayaan
10034 - Kepatuhan
10037 - Interaksi Sosial
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
6570 - Manajemen Infeksi
6532 - Fasilitasi Pemberdayaan
6534 - Promosi Kepatuhan
6537 - Terapi Aktivitas Kelompok -
Article No. 18360 | 08 Jun 2025
Klinis : tak menangis saat lahir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait kondisi "tak menangis saat lahir" dari perspektif keperawatan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi "tak menangis saat lahir" berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Asfiksi Neonatus". Asfiksi Neonatus didefinisikan sebagai kondisi bayi baru lahir yang mengalami gangguan pertukaran gas, sehingga terjadi hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis metabolik.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan bayi dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bayi menunjukkan perbaikan pola pernapasan, dengan frekuensi pernapasan normal (40-60 kali per menit) dan irama teratur.
2. Bayi menunjukkan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) hingga mencapai level normal (>95%).
3. Bayi menunjukkan peningkatan refleks menelan dan menghisap yang adekuat.
4. Bayi menunjukkan peningkatan tanda-tanda vital yang stabil, seperti suhu, denyut nadi, dan tekanan darah.
5. Bayi menunjukkan peningkatan kewaspadaan dan responsivitas terhadap stimulasi.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sebagai berikut:
1. Manajemen Jalan Napas:
- Lakukan suction untuk membersihkan jalan napas.
- Berikan oksigen melalui kanula nasal atau inkubator.
- Pantau frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Manajemen Kardiovaskular:
- Pantau tanda-tanda vital secara berkala.
- Lakukan tindakan resusitasi jika diperlukan.
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan.
3. Manajemen Nutrisi:
- Sediakan nutrisi enteral (ASI atau susu formula) secara bertahap.
- Pantau intake dan output cairan.
- Lakukan stimulasi menelan dan menghisap.
4. Manajemen Kenyamanan:
- Lakukan perawatan kulit dan pencegahan kerusakan kulit.
- Pertahankan suhu lingkungan yang optimal.
- Lakukan pijat bayi untuk meningkatkan kewaspadaan.
5. Edukasi dan Konseling:
- Berikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan bayi dengan asfiksi.
- Konseling untuk mendukung peran keluarga dalam perawatan bayi.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada kebutuhan bayi, diharapkan luaran yang diinginkan dapat tercapai, sehingga bayi dapat memperoleh perawatan yang optimal dan meningkatkan kesembuhannya. -
Article No. 18361 | 08 Jun 2025
Klinis : DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA UNTUK KELUARGA DENGAN HIPERTENSI TANPA DISADARI DAN MELAKUKAN HAL HAL CENDERUNG BERISIKO YAITU MAKAB MAKANAN YANG TIDAK SEHAT DAN TIDAK MENGHIRAUKAN SAKIT YANG DIDERITANYA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam menanggapi kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang relevan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.81
- Deskripsi: Konseling gizi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 I10 untuk Hipertensi esensial (primer):
- Hipertensi esensial (primer) adalah kondisi medis di mana tekanan darah tinggi tidak disebabkan oleh kondisi medis lain yang diketahui. Hal ini sering disebut sebagai "hipertensi tanpa disadari" karena pasien mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi ini.
2. Kode ICD-9-CM 93.81 untuk Konseling gizi:
- Konseling gizi dapat direkomendasikan untuk pasien dengan hipertensi yang memiliki kebiasaan makan makanan tidak sehat. Konseling gizi dapat membantu pasien mengubah pola makan menjadi lebih sehat dan mengurangi risiko komplikasi terkait hipertensi.
Dalam kasus ini, pendekatan keperawatan komunitas keluarga dapat berfokus pada edukasi kesehatan dan dukungan untuk membantu keluarga dengan hipertensi mengelola kondisi mereka secara lebih efektif, termasuk mengubah kebiasaan makan yang tidak sehat dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perawatan kesehatan yang tepat. -
Article No. 18362 | 08 Jun 2025
Klinis : DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS KELUARGA UNTUK KELUARGA DENGAN HIPERTENSI TANPA DISADARI DAN MELAKUKAN HAL HAL CENDERUNG BERISIKO YAITU MAKAB MAKANAN YANG TIDAK SEHAT DAN TIDAK MENGHIRAUKAN SAKIT YANG DIDERITANYA
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi keluarga dengan hipertensi tanpa disadari dan melakukan hal-hal cenderung berisiko yaitu makan makanan yang tidak sehat dan tidak menghiraukan sakit yang dideritanya.
Diagnosa Keperawatan Komunitas Keluarga:
1. Ketidakefektifan Pola Makan Keluarga
- SDKI: Ketidakefektifan Pola Makan
- Kode: 00122
- Definisi: Pola makan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi individu atau keluarga.
2. Ketidakpatuhan Keluarga Terhadap Rejimen Terapeutik
- SDKI: Ketidakpatuhan
- Kode: 00079
- Definisi: Perilaku individu atau keluarga yang tidak sesuai dengan rencana terapeutik yang disepakati dengan petugas kesehatan.
3. Defisit Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Hipertensi
- SDKI: Defisit Pengetahuan
- Kode: 00126
- Definisi: Kekurangan informasi kognitif yang terkait dengan topik tertentu.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Pola Makan Keluarga:
- Keluarga memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, seperti makan makanan yang tidak sehat.
- Hal ini dapat berdampak pada kesehatan dan risiko penyakit, seperti hipertensi.
2. Ketidakpatuhan Keluarga Terhadap Rejimen Terapeutik:
- Keluarga tidak mengikuti atau menjalankan rencana terapeutik yang disepakati dengan petugas kesehatan, seperti tidak menghiraukan sakit yang diderita.
- Hal ini dapat menghambat penanganan dan pemulihan kondisi kesehatan.
3. Defisit Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Hipertensi:
- Keluarga kekurangan informasi atau pemahaman yang terkait dengan penyakit hipertensi, seperti gejala, faktor risiko, dan penatalaksanaan.
- Hal ini dapat menyebabkan keluarga tidak menyadari kondisi hipertensi yang diderita dan tidak melakukan tindakan yang tepat.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan rencana perawatan yang sesuai, dan mendukung kepatuhan terhadap rejimen terapeutik, sehingga dapat mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup keluarga. -
Article No. 18363 | 08 Jun 2025
Klinis : Pasien datang dibawa keluarga dengan kondisi kejang, sisi sebelah kanan berkedut, tangan kanan kaku, mulut mencong ke kanan, keluhan dirasakan tiba-tiba saatjam 3 malam. Sebelumnya keluarga mengataakan bahwa pasien pernah operasi tumor otak jinak tahun 2002/2003, setelah operasi pernah kejang 1x dan ini merupakan kali kedua. Riw. terjatuh (-), kepala terbentur (-), muntah (-), demam (-), mencret (-), BAK dbn. RPT : tumor otak (sudah di operasi tahun 2002/2003) RPO : tidak jelas Riwayat Penyakit Dahulutumor otak OGCS : 15 (E4V5M6) TD : 153/97 mmHg HR : 90 x/menit, kuat, teratur RR : 24 x/menit, teratur Temp : 36,4 C Spo2 : 96 room air VAS : 7 Pemeriksaan Fisik : Kepala: Mata : Pupil Isokor, RC +/+, CA -/-, SI -/- Lidah : Coated Tongue (-), Leher: KGB dbn dan tiroid dbn, TVJ : R-2 cm H2O. Thoraks: Paru-paru: Simetris, Vesikuler +/+, rhonki-/-, wheezing+/+ Jantung: S1/S2 regular, murmur (-), gallop (-) Abdomen: Simetris, Soepel, Peristaltik (+), NTE (+), Mc Burney (-),H/L ttb. Nyeri ketok CVA (-/-) Ekstremitas : Akral hangat , oedema pretibial -/- , CRT < 2 detik, sianosis (-). kekuatan motorik : 5555 /3333 5555 /2222 Genital : tdp
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut adalah:
1. Risiko Cedera Terkait Aktivitas Kejang
Definisi: Rentan mengalami cidera fisik yang disebabkan oleh aktivitas kejang.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Otak
Definisi: Penurunan aliran darah ke jaringan otak yang dapat mengancam kesehatan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Cedera Terkait Aktivitas Kejang
a. Tidak terjadi cedera selama aktivitas kejang
b. Tidak terjadi komplikasi akibat aktivitas kejang
c. Keluarga mampu mengidentifikasi tanda-tanda awal kejang
2. Gangguan Perfusi Jaringan Otak
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran
c. Tidak terjadi komplikasi akibat penurunan perfusi otak
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Cedera Terkait Aktivitas Kejang
a. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
b. Melakukan pencegahan cedera selama aktivitas kejang
c. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai tanda-tanda awal kejang dan tindakan yang harus dilakukan
d. Mengatur lingkungan yang aman untuk mencegah cedera selama aktivitas kejang
2. Gangguan Perfusi Jaringan Otak
a. Monitoring tanda-tanda vital secara berkala
b. Mempertahankan jalan napas yang efektif
c. Manajemen pemberian oksigen sesuai kebutuhan
d. Memantau tingkat kesadaran pasien
e. Memberikan intervensi untuk meningkatkan perfusi otak (misalnya, pemberian cairan, tindakan antikonvulsan, dll.)
Penjelasan rinci:
Pasien datang dengan gejala kejang, yang merupakan salah satu tanda terjadinya komplikasi dari kondisi tumor otak yang sebelumnya pernah dioperasi. Risiko Cedera Terkait Aktivitas Kejang menjadi diagnosa keperawatan yang penting karena pasien dapat mengalami cedera fisik selama aktivitas kejang. Selain itu, Gangguan Perfusi Jaringan Otak juga menjadi diagnosa keperawatan yang harus ditangani, karena kejang dapat mengindikasikan adanya penurunan aliran darah ke otak yang dapat mengancam kesehatan pasien.
Luaran/Output yang diharapkan adalah pasien tidak mengalami cedera selama aktivitas kejang, tidak terjadi komplikasi, dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda-tanda awal kejang. Selain itu, diharapkan tanda-tanda vital pasien dalam batas normal, tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran, dan tidak terjadi komplikasi akibat penurunan perfusi otak.
Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi monitoring tanda-tanda vital, pencegahan cedera selama aktivitas kejang, edukasi kepada keluarga, pengaturan lingkungan yang aman, mempertahankan jalan napas efektif, manajemen pemberian oksigen, pemantauan tingkat kesadaran, dan intervensi untuk meningkatkan perfusi otak. Semua intervensi ini bertujuan untuk mencapai luaran yang diharapkan dan mengelola kondisi pasien secara komprehensif. -
Article No. 18364 | 08 Jun 2025
Klinis : Perawatan neonatus
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk kondisi perawatan neonatus.
Diagnosa Keperawatan SDKI untuk Perawatan Neonatus:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi perawatan neonatus adalah:
1. Risiko Infeksi (Code: 00004): Rentan terhadap serangan organisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit, sebagaimana ditunjukkan oleh gejala dan tanda-tanda baik lokal maupun sistemik.
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan neonatus untuk mencegah invasi dan replikasi organisme patogen.
Faktor Risiko: Prosedur invasif, kulit yang terbuka, penurunan sistem imun, pajanan lingkungan yang tidak steril.
2. Termoregulasi Tidak Efektif (Code: 00008): Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal.
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan neonatus untuk mengatur suhu tubuh.
Faktor Risiko: Lingkungan yang tidak sesuai, kehilangan panas, peningkatan metabolisme.
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Code: 00002): Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Karakteristik Definisi: Ketidakmampuan neonatus untuk menerima dan/atau mencerna makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Faktor Risiko: Ketidakmampuan menyusu, gangguan sistem pencernaan, penyakit kronis.
Luaran/Output yang Diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Risiko Infeksi (Code: 00004):
- Luaran: Kontrol Infeksi (Code: 1902)
- Kriteria Hasil:
- Bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik
- Bebas dari tanda-tanda infeksi lokal
- Mempertahankan integritas kulit
2. Termoregulasi Tidak Efektif (Code: 00008):
- Luaran: Termoregulasi (Code: 0800)
- Kriteria Hasil:
- Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
- Tidak terjadi peningkatan atau penurunan suhu tubuh yang signifikan
- Tidak terjadi hipotermia atau hipertermia
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Code: 00002):
- Luaran: Keseimbangan Cairan (Code: 0601)
- Kriteria Hasil:
- Mempertahankan berat badan yang sesuai dengan usia
- Tidak terjadi dehidrasi atau kelebihan cairan
- Tidak terjadi malnutrisi
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Risiko Infeksi (Code: 00004):
- Intervensi: Kontrol Infeksi (Code: 6540)
- Aktivitas Keperawatan:
- Mempertahankan teknik aseptik saat merawat neonatus
- Memantau tanda-tanda infeksi secara teratur
- Menjaga kebersihan dan integritas kulit neonatus
- Memberikan perawatan luka yang tepat
2. Termoregulasi Tidak Efektif (Code: 00008):
- Intervensi: Manajemen Suhu (Code: 3900)
- Aktivitas Keperawatan:
- Mempertahankan lingkungan yang nyaman dan sesuai suhu tubuh neonatus
- Memantau suhu tubuh neonatus secara teratur
- Memberikan tindakan untuk mencegah kehilangan panas atau peningkatan suhu tubuh
- Menggunakan inkubator atau alat pemanas sesuai kebutuhan
3. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Code: 00002):
- Intervensi: Manajemen Nutrisi (Code: 1100)
- Aktivitas Keperawatan:
- Memantau asupan dan output cairan neonatus
- Memastikan pemberian nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan
- Mengevaluasi toleransi neonatus terhadap asupan nutrisi
- Memberikan perawatan enteral atau parenteral jika diperlukan
Dalam merawat neonatus, perawat harus memahami dengan baik Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan, dan Intervensi Keperawatan yang tepat untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas dan meningkatkan kesejahteraan neonatus. -
Article No. 18365 | 08 Jun 2025
Klinis : Melena, drip norepinefrin, pucat, hb 5
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut: Melena, drip norepinefrin, pucat, hb 5
Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu melena, drip norepinefrin, pucat, dan hemoglobin (Hb) 5, diagnosa keperawatan yang sesuai berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Penurunan Volume Cairan Terkait Perdarahan Gastrointestinal
Definisi: Pengurangan cairan intravasal dan ekstravasal yang disebabkan oleh kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
Karakteristik Definisi: Melena, hematokrit menurun, nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pucat, lelah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI)
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Perfusi Jaringan Membaik
Kriteria Hasil:
a. Tekanan darah sistolik dan diastolik dalam batas normal
b. Nadi perifer teraba kuat dan teratur
c. Warna kulit membaik (tidak pucat)
d. Kadar hemoglobin (Hb) meningkat
e. Tidak ada tanda-tanda syok hipovolemik
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI)
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, diperlukan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), antara lain:
1. Manajemen Perdarahan
a. Identifikasi sumber dan jumlah perdarahan
b. Lakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan, misalnya kompresi, pemberian obat-obatan hemostatik
c. Pantau tanda-tanda vital dan output urin secara berkala
d. Berikan cairan infus dan/atau darah sesuai indikasi
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan dan intervensi medis lainnya
2. Manajemen Cairan
a. Kaji status cairan dan elektrolit pasien
b. Berikan cairan infus dan elektrolit sesuai kebutuhan
c. Pantau asupan dan output cairan secara ketat
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengaturan cairan dan elektrolit
3. Manajemen Nutrisi
a. Kaji status nutrisi pasien
b. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan, baik enteral maupun parenteral
c. Pantau intake dan output nutrisi
4. Manajemen Nyeri
a. Kaji intensitas dan karakteristik nyeri
b. Berikan analgesik sesuai indikasi
c. Gunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi yang baik dengan tim medis, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu perfusi jaringan yang membaik. -
Article No. 18366 | 08 Jun 2025
Klinis : Peningkatan kesiapan peran menjadi orang tua
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi "Peningkatan kesiapan peran menjadi orang tua" dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat:
Diagnosa Keperawatan:
Peningkatan kesiapan peran menjadi orang tua (00208)
Definisi:
Kemampuan individu untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua, yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengasuh anak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00208
Judul: Peningkatan kesiapan peran menjadi orang tua
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 1814
Judul: Kesiapan peran menjadi orang tua
Definisi:
Kemampuan individu untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua, yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengasuh anak.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6350
Judul: Persiapan menjadi orang tua
Definisi:
Membantu individu atau pasangan untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua, termasuk memberikan informasi, dukungan, dan pelatihan yang dibutuhkan.
Dengan diagnosa keperawatan "Peningkatan kesiapan peran menjadi orang tua", perawat dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai untuk membantu individu atau pasangan dalam mempersiapkan diri menjadi orang tua, seperti memberikan informasi, dukungan, dan pelatihan yang dibutuhkan. -
Article No. 18367 | 08 Jun 2025
Klinis : Kesiapan peningkatan menjadi orang tua
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah respons akademis dengan format RTF yang Anda minta:
{\rtf1\ansi\ansicpg1252\deff0{\fonttbl{\f0\fnil\fcharset0 Calibri;}}
{\colortbl;\red0\green0\blue0;\red0\green0\blue255;}
\viewkind4\uc1\pard\sa200\sl276\slmult1\f0\fs22\lang1057
**Diagnosa Keperawatan untuk "Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua"**
\par
**Kode SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): 00062**
**Judul:** *Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua*
\par
**Definisi (SDKI):**
Kondisi di mana individu atau pasangan menunjukkan kemampuan psikologis, emosional, dan pengetahuan untuk mengasuh anak secara adekuat, ditandai dengan kesiapan menerima peran baru serta adaptasi terhadap perubahan kehidupan.
\par
**Indikator Kunci (SDKI):**
1. Mengekspresikan keinginan untuk mempelajari peran sebagai orang tua.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan tentang perawatan bayi (misalnya: nutrisi, higiene, stimulasi).
3. Menunjukkan keterlibatan dalam perencanaan persiapan kelahiran (fisik, finansial, lingkungan).
4. Mengidentifikasi sumber dukungan sosial (keluarga, tenaga kesehatan, komunitas).
\par
**SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Kode 1602**
**Judul:** *Kesiapan Menjadi Orang Tua*
\par
**Kriteria Luaran (SLKI):**
1. **Pengetahuan tentang Pengasuhan Anak (160201):** Skala 4 (menguasai seluruhnya).
2. **Keterampilan Merawat Bayi (160202):** Skala 3 (sebagian besar terampil).
3. **Koping Adaptif (160203):** Skala 4 (selalu efektif).
\par
**SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Kode 1610**
**Judul:** *Edukasi Persiapan Menjadi Orang Tua*
\par
**Intervensi Utama (SIKI):**
1. **Pendidikan Kesehatan (161001):** Memberikan informasi tentang perkembangan bayi, nutrisi, dan imunisasi.
2. **Pelatihan Keterampilan (161002):** Simulasi perawatan bayi (memandikan, mengganti popok, pijat bayi).
3. **Dukungan Emosional (161003):** Fasilitasi diskusi tentang kecemasan/ekspektasi peran baru.
4. **Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain (161004):** Rujuk ke konselor laktasi atau psikolog jika diperlukan.
\par
**Catatan Akademis:**
Diagnosa ini relevan untuk fase antenatal hingga postpartum awal. Perawat perlu mengevaluasi kesenjangan pengetahuan dan respons emosional pasien/keluarga menggunakan instrumen validasi seperti *Parenting Preparedness Scale*. Intervensi harus disesuaikan dengan nilai budaya dan preferensi pasien (evidence-based practice: Cochrane Review, 2022).
\par
\b Referensi:\b0
1. PPNI. (2019). \i Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 5.\i0
2. PPNI. (2019). \i Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 5.\i0
3. PPNI. (2019). \i Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 5.\i0
\par
}
**Catatan RTF:** Dokumen ini telah diformat untuk kompatibilitas dengan perangkat lunak pengolah kata. Kode dan terminologi mengacu pada standar PPNI terkini. -
Article No. 18368 | 08 Jun 2025
Klinis : Pasien usia gestasi 30 minggu dan usia koreksi 39 minggu, dengan kondisi terpasang oksigen nasal kanul 0,5%, saturasi oksigen 99%, pasien didiagnosa pneumonia komunitas, pasien sempat dirawat di rumah sakit sebelumnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu usia gestasi 30 minggu, usia koreksi 39 minggu, terpasang oksigen nasal kanul 0,5%, saturasi oksigen 99%, dan didiagnosis pneumonia komunitas, diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Kekuatan otot pernapasan yang terganggu, sekresi jalan napas yang berlebihan, dan obstruksi jalan napas.
b. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan selular.
Penyebab: Prosedur invasif, sistem kekebalan tubuh yang terganggu, dan paparan lingkungan yang buruk.
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif dipilih karena pasien memiliki kondisi pneumonia komunitas, yang dapat menyebabkan sekret atau obstruksi di saluran napas. Selain itu, pasien juga memiliki usia gestasi yang prematur, sehingga dapat menyebabkan kekuatan otot pernapasan yang terganggu.
Diagnosa keperawatan Risiko Infeksi dipilih karena pasien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas
Kriteria Hasil:
1) Bebas dari sumbatan jalan napas
2) Irama napas teratur
3) Tidak ada tanda-tanda retraksi dinding dada
4) Saturasi oksigen dalam batas normal
5) Tidak ada suara napas abnormal
b. Kontrol Infeksi
Kriteria Hasil:
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Suhu tubuh dalam batas normal
3) Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal
4) Tidak ada peningkatan jumlah leukosit
5) Tidak ada peningkatan tanda-tanda inflamasi
Penjelasan:
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah untuk memastikan bersihan jalan napas yang efektif dan mencegah terjadinya infeksi pada pasien. Kriteria hasil yang ditetapkan mencakup penilaian secara komprehensif terkait status pernapasan dan tanda-tanda infeksi pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Pantau status pernapasan pasien (frekuensi, irama, kedalaman, dan usaha bernapas)
2) Auskultasi suara napas dan identifikasi adanya suara napas abnormal
3) Berikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
4) Lakukan fisioterapi dada dan latihan pernapasan
5) Berikan obat-obatan sesuai resep untuk membantu bersihan jalan napas
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, dll.) untuk penatalaksanaan pneumonia
b. Risiko Infeksi
1) Lakukan cuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2) Gunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai saat merawat pasien
3) Pantau tanda-tanda infeksi (suhu, denyut nadi, leukosit, dll.)
4) Berikan obat-obatan sesuai resep untuk mencegah dan mengatasi infeksi
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, apoteker, dll.) untuk penatalaksanaan infeksi
6) Edukasi pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi
Penjelasan:
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai luaran yang diharapkan mencakup berbagai tindakan untuk memantau status pernapasan, memfasilitasi bersihan jalan napas, serta mencegah dan mengatasi infeksi pada pasien. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dan edukasi pada pasien dan keluarga juga merupakan bagian penting dari intervensi keperawatan.