Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2743 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita usia 25 tahun saat ini menderita HIV positif dan hamil 26 minggu. Pasien masih bingung memikirkan persalinannya karena takut bayinya akan tertular. Oleh perawat petugas VCT diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan ke bayi.Apakah yang harus dianjurkan perawat terkait masalah diatas ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan ketakutan terinfeksi HIV pada bayi yang akan dilahirkan, ditandai dengan pasien mengungkapkan perasaan cemas dan takut.
SDKI:
Kecemasan adalah respon emosional dan perilaku individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak pasti dan tidak diharapkan.
SLKI:
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya secara terbuka
3. Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan
SIKI:
1. Berikan informasi yang akurat tentang HIV dan pencegahan penularan ke bayi
2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutannya
3. Bantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif
4. Libatkan keluarga dalam mendukung pasien
Sebagai perawat, saya akan berfokus pada memberikan pendidikan kesehatan yang komprehensif kepada pasien terkait pencegahan penularan HIV ke bayi. Saya akan memastikan pasien memahami bahwa dengan penanganan yang tepat, risiko penularan ke bayi dapat diminimalkan. Selain itu, saya akan mendorong pasien untuk terbuka mengungkapkan perasaannya dan melibatkan keluarga sebagai sumber dukungan. Tujuannya adalah agar pasien dapat mengatasi kecemasan dan mengambil keputusan yang tepat terkait persalinannya. -
Article No. 2744 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang wanita usia 25 tahun saat ini menderita HIV positif dan hamil 26 minggu. Pasien masih bingung memikirkan persalinannya karena takut bayinya akan tertular. Oleh perawat petugas VCT diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penularan ke bayi.Apakah yang harus dianjurkan perawat terkait masalah diatas ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: O98.7
- Deskripsi: HIV-positif yang memperburuk komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: V08
- Deskripsi: Status asimtomatik terinfeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV)
Sebagai petugas kesehatan, hal-hal yang dapat dianjurkan perawat terkait kondisi pasien ini adalah:
1. Pemberian pendidikan kesehatan dan konseling yang komprehensif terkait pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA):
- Memastikan pasien memahami risiko penularan HIV ke bayi selama kehamilan, persalinan, dan menyusui.
- Menjelaskan tentang penggunaan antiretroviral (ARV) profilaksis selama kehamilan dan persalinan, serta pilihan metode persalinan yang aman.
- Memberikan informasi tentang opsi-opsi pemberian ASI yang aman bagi bayi, seperti penggunaan susu formula atau ASI perah.
2. Dukungan psikologis dan emosional:
- Membantu mengatasi rasa takut dan kekhawatiran pasien terkait kemungkinan penularan HIV ke bayi.
- Memberikan ruang bagi pasien untuk mengekspresikan perasaan dan kecemasannya secara terbuka.
- Merujuk pasien ke konselor atau kelompok dukungan sebaya jika diperlukan.
3. Koordinasi perawatan:
- Memastikan pasien mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif, termasuk pemantauan kehamilan dan pemberian ARV sesuai protokol.
- Berkoordinasi dengan tim obstetri dan pediatri untuk merencanakan persalinan yang aman dan penatalaksanaan bayi setelah lahir.
- Memastikan pasien dan bayi mendapatkan pemantauan dan perawatan lanjutan setelah persalinan.
Dengan pendekatan holistik yang berfokus pada pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, serta dukungan psikologis dan koordinasi perawatan yang baik, diharapkan pasien dapat merasa lebih tenang dan memiliki kehamilan yang aman bagi dirinya dan bayi. -
Article No. 2745 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 20 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran. Pasien mengalami asidosis metabolic.Dokter meresepkan bicarbonate untuk mengoreksinya.Apakah monitor yang diperlukan pada pemberian obat tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan asidosis metabolik.
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko penurunan perfusi jaringan serebral merupakan kondisi di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang dapat menyebabkan gangguan oksigenasi dan nutrisi jaringan otak. Dalam kasus ini, asidosis metabolik yang dialami pasien dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan serebral.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan pasien ini adalah pemulihan perfusi jaringan serebral, yang dapat ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran, stabilitas hemodinamik, dan normalisasi nilai-nilai laboratorium terkait asidosis metabolik.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu tubuh.
2. Pemantauan status neurologis, seperti tingkat kesadaran, refleks, dan fungsi saraf.
3. Pemantauan kadar elektrolit, gas darah, dan status asam-basa.
4. Pemberian terapi oksigen, jika diperlukan.
5. Pemberian terapi bikarbonat sesuai resep dokter, dengan pemantauan yang ketat terhadap efek samping dan respons terapi.
Pada pemberian terapi bikarbonat, hal-hal yang perlu dipantau adalah:
1. Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) secara berkala.
2. Kadar elektrolit, terutama kalium, karena bikarbonat dapat menyebabkan hipokalemia.
3. Nilai pH darah, untuk memastikan koreksi asidosis metabolik.
4. Gejala dan tanda efek samping, seperti mual, muntah, dan alkalosis.
Dengan pemantauan yang ketat dan intervensi yang tepat, diharapkan pasien dapat pulih dari asidosis metabolik dan penurunan perfusi jaringan serebral. -
Article No. 2746 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 61 tahun dirawat di bangsal penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data klien tidak bisa bicara dan kesulitan menelan, turgor kulit jelek, pasien tidak mau minum sejak 8 jam yang lalu. Produksi urine 70 cc dalam 7 jam. TD 180/95 mmHg, frekuensi nadi90 x/menit, suhu 39°C, frekuensi napas 19 x/menit. Apakah masalah prioritas pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, masalah prioritas pada pasien ini adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan yang berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Kekurangan Volume Cairan adalah kondisi di mana individu rentan mengalami penurunan cairan intravaskular, intraseluler, dan/atau ekstravaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan pasien dapat menunjukkan:
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal
2. Turgor kulit baik
3. Produksi urin meningkat
4. Tidak ada tanda dehidrasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan yang mendukung hidrasi
4. Anjurkan pasien minum secara bertahap
5. Monitor tanda-tanda vital dan tanda dehidrasi secara berkala
Kesimpulan, masalah prioritas pada pasien ini adalah Risiko Kekurangan Volume Cairan yang perlu segera diatasi melalui intervensi keperawatan yang komprehensif sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 2747 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun datang ke poli dan didiagnosis konjungtivitis. Klien mengeluh mata berair dan lengket, gatal, penglihatan kabur, lapang pandang menyempit. Hasil pengkajian didapatkan mata tampak merah, kotor, terdapat purulen. Pasien tampak sering mengusap matanya. Apakah masalah keperawatan prioritas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi seorang laki-laki berusia 33 tahun yang didiagnosis konjungtivitis.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus dan ketidaknyamanan mata.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik.
- Penyebab: Penurunan visus dan ketidaknyamanan mata akibat konjungtivitis.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang ada.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
- Manajemen aktivitas: Mengidentifikasi aktivitas yang terbatas, menyediakan alat bantu, dan memantau toleransi klien terhadap aktivitas.
- Manajemen nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, memberikan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Manajemen penglihatan: Memantau visus klien, memberikan intervensi untuk meningkatkan visus, dan mengajarkan klien untuk mengurangi aktivitas yang dapat memperburuk kondisi.
Intoleransi aktivitas menjadi diagnosa keperawatan prioritas karena penurunan visus dan ketidaknyamanan mata akibat konjungtivitis dapat membatasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang fokus pada manajemen aktivitas, nyeri, dan penglihatan akan sangat penting dalam membantu klien mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 2748 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 33 tahun datang ke poli dan didiagnosis konjungtivitis. Klien mengeluh mata berair dan lengket, gatal, penglihatan kabur, lapang pandang menyempit. Hasil pengkajian didapatkan mata tampak merah, kotor, terdapat purulen. Pasien tampak sering mengusap matanya. Apakah masalah keperawatan prioritas?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan/prosedur medis, serta penjelasan terkait masalah keperawatan prioritas:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10.0
- Deskripsi: Konjungtivitis mular (akut)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Tidak ada kode ICD-9-CM untuk prosedur, karena tidak disebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan.
Penjelasan:
Pasien ini didiagnosis dengan konjungtivitis mular (akut), yang ditandai dengan keluhan mata berair, lengket, gatal, penglihatan kabur, dan lapang pandang menyempit. Hasil pengkajian menunjukkan mata tampak merah, kotor, dan terdapat purulen. Pasien juga tampak sering mengusap matanya.
Masalah keperawatan prioritas yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Gangguan kenyamanan (ketidaknyamanan mata) berhubungan dengan konjungtivitis mular (akut) yang ditandai dengan mata berair, lengket, gatal, penglihatan kabur, dan lapang pandang menyempit.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan kondisi mata yang tampak merah, kotor, dan terdapat purulen.
3. Ketidakefektifan perawatan diri berhubungan dengan pasien yang sering mengusap matanya.
Penanganan utama yang dapat diberikan adalah pemberian terapi obat mata, kompres hangat, dan edukasi kepada pasien terkait perawatan mata dan pencegahan infeksi lebih lanjut. -
Article No. 2749 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 41 tahun dirawat di bangsal neurologi, mengeluh tangan dan kakikanan tidak dapat digerakkan, aktivitas dibantu penuh oleh orang lain, TD 160/90 mmHg, frekuensi nadi 102 x/menit, frekuensi nafass 21 x/menit, hasil CT Scan otak diperoleh gambaran iskhemia. Apakah masalah keperawatan prioritas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan prioritas beserta penjelasan singkat standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular sekunder akibat iskemia otak.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Mobilitas Fisik didefinisikan sebagai keterbatasan dalam pergerakan fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat meningkatkan pergerakan fisik secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang terbatas.
2. Terapi Latihan: Memberikan latihan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas otot.
3. Manajemen Nyeri: Mengelola nyeri yang mungkin timbul akibat gangguan mobilitas.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, saya memberikan penjelasan komprehensif mengenai diagnosa keperawatan prioritas beserta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien laki-laki berusia 41 tahun yang mengalami gangguan mobilitas fisik akibat iskemia otak. -
Article No. 2750 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 54 th dengan keluhan ada luka pada telapak kaki sebelah kiri terkena pecahan kaca 1 minggu yang lalu, terasa nyeri, skala nyeri 4 dan keadaan luka mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan, teraba hangat disekitar luka, terdapat pus. Perawat sedang melakukan perawatan luka, saat ini balutan sudah dibuka.Apakah tindakan keperawatan selanjutnya?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi (SDKI)
Definisi: Rentan terhadap masuknya organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor yang Berhubungan: Adanya luka terbuka pada telapak kaki.
Gejala dan Tanda: Pembengkakan, kemerahan, hangat, dan adanya pus pada luka.
Rencana Tindakan Keperawatan:
1. Perawatan Luka (SIKI)
Tujuan: Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan luka.
Intervensi:
a. Cuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
b. Bersihkan luka dengan larutan saline atau antiseptik sesuai kondisi luka.
c. Tutup luka dengan balutan steril yang sesuai.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan menghindari aktivitas yang dapat memperburuk kondisi luka.
e. Observasi tanda-tanda infeksi (peningkatan nyeri, pembengkakan, kemerahan, hangat, dan adanya pus) secara berkala.
f. Berikan edukasi kepada pasien tentang perawatan luka dan pemantauan tanda infeksi.
2. Manajemen Nyeri (SLKI)
Tujuan: Menurunkan atau mengendalikan rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Intervensi:
a. Kaji intensitas, karakteristik, dan lokasi nyeri.
b. Berikan analgesik sesuai indikasi dan anjuran tenaga kesehatan.
c. Terapkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti kompres hangat/dingin.
d. Evaluasi efektivitas tindakan dalam menurunkan nyeri.
Dengan melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi, mengurangi nyeri, dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien. -
Article No. 2751 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan berusia 45 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan merasakan pusing. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tekanan darah 180/90 mmHg, nadi 100x/menit, napas 26 x/menit, IMT 32. Hasil pemeriksaan kolesterol darah 250 mg/dl. Perawat ingin memberikan pendidikan kesehatan.Manakah pendidikan kesehatan yang paling prioritas untuk pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling prioritas untuk pasien tersebut adalah:
Diagnosis Keperawatan: Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola faktor-faktor kesehatan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan.
Penjelasan:
Pasien mengalami beberapa kondisi yang mengindikasikan masalah manajemen kesehatan, yaitu:
- Tekanan darah tinggi (180/90 mmHg)
- Denyut nadi cepat (100x/menit)
- Frekuensi napas cepat (26x/menit)
- Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi (32)
- Kolesterol darah tinggi (250 mg/dl)
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa pasien memiliki risiko kesehatan yang perlu dikendalikan dan dikelola dengan baik.
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, intervensi keperawatan yang paling prioritas untuk pasien ini adalah:
1. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pemahaman pasien tentang faktor risiko dan manajemen kondisi kesehatannya.
- Intervensi: Memberikan pendidikan kesehatan terkait hipertensi, pengelolaan berat badan, diet rendah kolesterol, dan gaya hidup sehat.
2. Manajemen Kesehatan
- Tujuan: Membantu pasien mengidentifikasi, mengendalikan, dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatannya.
- Intervensi: Membantu pasien menetapkan tujuan dan rencana pengelolaan kondisi kesehatannya, serta memantau perkembangannya.
Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, pendidikan kesehatan yang paling prioritas untuk pasien tersebut adalah:
"Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya menyarankan untuk fokus pada edukasi kesehatan terkait kondisi Anda saat ini. Anda menghadapi beberapa faktor risiko kesehatan yang perlu dikendalikan, seperti tekanan darah tinggi, berat badan berlebih, dan kolesterol tinggi. Edukasi yang saya berikan akan mencakup pemahaman tentang hipertensi, manajemen berat badan yang tepat, serta diet dan gaya hidup sehat untuk menurunkan kadar kolesterol. Tujuannya adalah agar Anda dapat memahami dengan baik kondisi kesehatan Anda dan dapat mengelolanya secara efektif. Saya akan memberikan informasi dan panduan yang didasarkan pada praktik keperawatan terbaik, sehingga Anda dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan kesehatan Anda." -
Article No. 2752 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien dengan Mild Head Injury, jatuh dari tangga pingsan dan akan dilakukan perawatan luka aku
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan Mild Head Injury yang jatuh dari tangga dan pingsan, dengan akan dilakukan perawatan luka.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Perdarahan Intrakranial berhubungan dengan Mild Head Injury
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan Luka Terbuka
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Cedera Perdarahan Intrakranial: Keadaan di mana individu berisiko mengalami perdarahan di dalam rongga tengkorak yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
- Risiko Infeksi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami penyebaran mikroorganisme patogen ke dalam jaringan yang sebelumnya steril.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Untuk Risiko Cedera Perdarahan Intrakranial: Pasien tidak mengalami perdarahan intrakranial, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada penurunan kesadaran.
- Untuk Risiko Infeksi: Luka terbuka tampak bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan proses penyembuhan luka berjalan dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Pemeriksaan Neurologis
- Manajemen Nyeri
- Perawatan Luka
- Edukasi Pencegahan Infeksi
Sebagai perawat, saya akan melakukan assessment komprehensif, memberikan intervensi keperawatan yang sesuai, serta melakukan pemantauan yang ketat untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.