Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2733 | 19 Oct 2024
Klinis : Batita perempuan berusia 2 tahun dirawat di RS dengan post operasi tumor wilm’s hari ke-dua.Perawat sedang berada di ruang perawatan bersama anak melakukan tindakan terapi bermain meniup balon. Apakah peran yang dilakukan perawat pada anak ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional yang mengikuti standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya dapat memberikan beberapa hal terkait kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan hospitalisasi, ditandai dengan ekspresi wajah cemas, gelisah, dan menolak tindakan.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Kecemasan adalah perasaan takut atau khawatir yang tidak jelas dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan individu.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah dilakukan intervensi keperawatan, diharapkan anak dapat menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan, seperti ekspresi wajah tenang, kooperatif, dan mau menerima tindakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Perawat dapat melakukan terapi bermain, seperti meniup balon, untuk memfasilitasi anak berekspresi, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan kooperatif anak dalam menerima tindakan.
Peran Perawat:
Dalam kondisi ini, perawat berperan sebagai fasilitator dan pendukung emosional bagi anak. Dengan melakukan terapi bermain meniup balon, perawat dapat:
1. Membantu anak berekspresi dan mengalihkan perhatian dari prosedur medis yang mencemaskan.
2. Menciptakan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi anak selama hospitalisasi.
3. Membangun hubungan terapeutik dengan anak untuk meningkatkan kepercayaan dan kooperatif.
4. Memantau respons anak selama intervensi terapi bermain dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
Dengan pendekatan dan intervensi yang tepat, diharapkan perawat dapat membantu menurunkan kecemasan anak serta meningkatkan partisipasi dan kooperatif anak dalam proses perawatan. -
Article No. 2734 | 19 Oct 2024
Klinis : Batita perempuan berusia 2 tahun dirawat di RS dengan post operasi tumor wilm’s hari ke-dua.Perawat sedang berada di ruang perawatan bersama anak melakukan tindakan terapi bermain meniup balon. Apakah peran yang dilakukan perawat pada anak ?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta penjelasan mengenai peran perawat dalam kondisi tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C64.9
- Deskripsi: Tumor Wilm's, tidak dinyatakan jinak atau ganas, lokasi tidak ditetapkan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 55.54
- Deskripsi: Nefrektomi parsial, termasuk ureterektomi
Peran perawat dalam kondisi ini adalah memberikan terapi bermain meniup balon kepada anak yang sedang dalam masa perawatan pasca operasi tumor Wilm's. Terapi bermain ini merupakan salah satu bentuk terapi bermain yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan anak, mengurangi stres, dan mempercepat proses pemulihan.
Beberapa poin penting mengenai peran perawat dalam kondisi ini:
- Terapi bermain meniup balon dapat membantu meningkatkan mood dan mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anak pasca operasi.
- Kegiatan meniup balon dapat melatih kemampuan motorik halus, koordinasi, dan pernapasan anak.
- Melalui kegiatan bermain, perawat dapat membangun hubungan yang positif dengan anak, sehingga anak merasa lebih nyaman dan kooperatif selama masa perawatan.
- Terapi bermain juga dapat memfasilitasi ekspresi emosi dan komunikasi anak, sehingga perawat dapat lebih memahami kebutuhan dan kondisi anak.
- Peran perawat dalam memberikan terapi bermain ini dapat berkontribusi pada proses pemulihan dan rehabilitasi anak pasca operasi tumor Wilm's. -
Article No. 2735 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 52 tahun di rawat di RS dengan diagnosis medik CKD. Hasilpengukuran didapatkan BB 68 Kg, TB 150 cm. Dan Hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai kreatinin serum 6,3 mg/dL.Berapakah hasil pengukuran GFR (Glomerulus Filtration Rate) pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) terkait dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Penjelasan Singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) adalah penurunan fungsi ginjal dalam memfiltrasi zat-zat sisa metabolisme dari darah.
- Faktor yang berhubungan: Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan adalah Fungsi Ginjal Membaik, dengan kriteria hasil: Nilai LFG dalam rentang normal.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Cairan, Manajemen Ginjal, Terapi Nutrisi, dan Konseling Kesehatan.
Terkait hasil pemeriksaan laboratorium yang Anda sampaikan, dapat dihitung nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) pasien dengan menggunakan rumus Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) sebagai berikut:
GFR (mL/min/1,73m2) = 175 x (Kreatinin Serum^-1.154) x (Usia^-0.203) x (0.742 jika wanita)
Dengan data yang Anda berikan:
- Kreatinin Serum: 6,3 mg/dL
- Usia: 52 tahun
- Jenis Kelamin: Laki-laki
Maka, hasil perhitungan GFR pasien adalah:
GFR = 175 x (6,3^-1.154) x (52^-0.203) = 12,15 mL/min/1,73m2
Nilai GFR yang diperoleh menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal yang signifikan, sesuai dengan diagnosa Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus terkait Gagal Ginjal Kronik. -
Article No. 2736 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 21 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri post kecelakaan lalu lintas 2 jam yang lalu.Pemeriksaan fisik diperoleh deformitas pada ekstremitas inferior dextra dengan bengkak dan kemerahan, skala nyeri 6 dan bertambah sakit saat bergerak, serta tampak merintih kesakitan. Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh TD80 mmHg, frekuensi nadi 90 x/ menit dan frekuensi napas20 x/ menit. Apakah tindakan keperawatan yang tepat ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan cedera pada ekstremitas inferior dextra ditandai dengan deformitas, bengkak, kemerahan, skala nyeri 6, bertambah sakit saat bergerak, dan pasien merintih kesakitan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Nyeri Akut adalah pasien akan melaporkan nyeri berkurang, menunjukkan ekspresi wajah yang lebih tenang, serta vital signs yang stabil.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi Nyeri Akut meliputi:
1. Manajemen Nyeri: Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberikan analgetik sesuai instruksi medis, dan mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Perawatan Cedera: Melakukan stabilisasi ekstremitas yang cedera, meminimalkan pergerakan, dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan.
3. Manajemen Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala dan laporkan jika terdapat perubahan.
Berdasarkan kondisi pasien, tindakan keperawatan yang tepat adalah:
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi nyeri.
2. Memberikan analgetik sesuai instruksi medis untuk mengurangi nyeri.
3. Melakukan stabilisasi ekstremitas inferior dextra yang cedera dengan alat bantu, seperti bidai atau perban, untuk meminimalkan pergerakan dan mengurangi rasa sakit.
4. Memberikan kompres es pada area yang bengkak dan merah untuk mengurangi pembengkakan.
5. Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala, terutama tekanan darah, nadi, dan frekuensi napas, dan laporkan jika terjadi perubahan.
6. Memberikan dukungan emosional dan non-farmakologis, seperti teknik relaksasi, untuk membantu pasien mengatasi rasa nyeri.
Perawat perlu bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter dan fisioterapis, untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan efektif bagi pasien. -
Article No. 2737 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien post Infark Miokard hari ke-3 dilakukan pemeriksaan ulang EKG dan CKMB.Manakah yang menunjukan hasil perbaikan kondisi pasien tersebut berdasarkan pemeriksaanEKG dan CKMB?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien post infark miokard hari ke-3 dengan pemeriksaan EKG dan CKMB.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat infark miokard.
Penjelasan SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Intoleransi Aktivitas adalah pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa disertai tanda-tanda ketidakstabilan hemodinamik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas antara lain:
1. Pembatasan aktivitas sesuai toleransi pasien.
2. Pemantauan tanda-tanda vital dan gejala saat aktivitas.
3. Pemberian edukasi terkait aktivitas yang aman dan strategi manajemen energi.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
Pemeriksaan EKG dan CKMB:
Pemeriksaan EKG yang menunjukkan perbaikan kondisi pasien post infark miokard adalah penurunan elevasi segmen ST dan normalisasi gelombang T. Sementara itu, penurunan kadar CKMB menunjukkan adanya perbaikan kerusakan miokard.
Berdasarkan pemeriksaan EKG dan CKMB, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami perbaikan kondisi, yang dapat ditandai dengan penurunan elevasi segmen ST, normalisasi gelombang T, dan penurunan kadar CKMB. Hal ini menunjukkan pemulihan fungsi jantung pasca infark miokard. -
Article No. 2738 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien post Infark Miokard hari ke-3 dilakukan pemeriksaan ulang EKG dan CKMB.Manakah yang menunjukan hasil perbaikan kondisi pasien tersebut berdasarkan pemeriksaanEKG dan CKMB?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan jawaban dalam format yang terstruktur seperti yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark Miokard Akut, Tidak Dinyatakan Lebih Lanjut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.52
- Deskripsi: Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
Dalam kasus pasien post Infark Miokard hari ke-3 yang dilakukan pemeriksaan ulang EKG dan CKMB, pemeriksaan EKG dan CKMB dapat memberikan informasi mengenai perbaikan kondisi pasien.
Pemeriksaan EKG dapat menunjukkan perubahan pola gelombang yang dapat mengindikasikan perbaikan kondisi jantung setelah Infark Miokard. Hal ini dapat terlihat dari:
- Penurunan elevasi segmen ST
- Normalisasi gelombang T
- Penurunan amplitudo gelombang Q
Pemeriksaan CKMB (Creatine Kinase-MB) adalah tes darah yang dapat mengukur aktivitas enzim CKMB, yang merupakan indikator kerusakan otot jantung. Penurunan kadar CKMB dapat menunjukkan adanya perbaikan kondisi pasien setelah Infark Miokard, karena aktivitas CKMB akan menurun seiring dengan perbaikan kondisi jantung.
Jadi, pemeriksaan EKG dan CKMB pada hari ke-3 post Infark Miokard dapat memberikan informasi mengenai perbaikan kondisi pasien, yang dapat terlihat dari perbaikan pola gelombang EKG dan penurunan kadar CKMB. -
Article No. 2739 | 19 Oct 2024
Klinis : Tn A (41 thn) dirawat dengan stroke haemoraghic hari pertama. Tn A mengeluh sakit kepala dengan skala 10. Hasil pemeriksan fisik: kesadaran somnolen, tekanan darah 200/130 mmHg, nadi 135 x/ menit, RR : 28 x/ menit dan suhu37oC, pupil isokor, reflek kornea positif, kekuatan otot ektremitas kiri atas 3 kiri bawah 3, reflek Babinski positif. Hasil CT scan diperoleh informasi perdarahan intraventrikuler 1, 2, 3 dan 4.Manakah tindakan keperawatan utama yang tepat pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Selamat siang, saya Nurse Asisten, seorang pakar di bidang keperawatan. Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai untuk Tn A dengan stroke hemoragik hari pertama, serta penjelasan singkat terkait standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan intraventrikuler, ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala skala 10, tekanan darah tinggi, dan penurunan kekuatan otot.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan perfusi jaringan serebral: Penurunan aliran darah ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
- Faktor yang berhubungan: Perdarahan intraventrikuler, peningkatan tekanan intrakranial.
- Karakteristik definisi: Penurunan kesadaran, nyeri kepala, perubahan tanda-tanda vital, perubahan fungsi motorik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan serebral membaik, kesadaran membaik, nyeri kepala berkurang, tanda-tanda vital stabil, fungsi motorik membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi utama: Manajemen peningkatan tekanan intrakranial, manajemen perfusi serebral, manajemen nyeri.
- Tindakan keperawatan utama yang tepat: Pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan fungsi neurologis, pemberian oksigen, pemberian obat-obatan antihipertensi dan analgesik, perawatan head-of-bed elevation, kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan perdarahan.
Dengan memperhatikan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan keperawatan utama yang tepat untuk Tn A adalah pemantauan ketat tanda-tanda vital, fungsi neurologis, serta pemberian intervensi yang tepat untuk mengatasi peningkatan tekanan intrakranial, mempertahankan perfusi serebral, dan manajemen nyeri yang dialami. -
Article No. 2740 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi pasien tersebut.
Diagnosa Keperawatan :
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk prioritas adalah:
1. Integritas Kulit Terganggu
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Faktor yang Berhubungan: Ketidakmampuan untuk merawat luka, imobilisasi, dan infeksi.
Karakteristik Mayor: Luka pada telapak kaki, eksudat pada luka, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman.
Penjelasan Singkat:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Integritas Kulit Terganggu merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang termasuk dalam domain Fisiologis Kompleks dan kelas Integritas Kulit & Jaringan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Beberapa luaran yang diharapkan adalah Luka Sembuh, Kerusakan Jaringan Minimal, dan Tidak Terjadi Infeksi.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, dan Pencegahan Infeksi.
Dalam kasus ini, prioritas diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah Integritas Kulit Terganggu. Hal ini didasarkan pada adanya luka pada telapak kaki yang tidak sembuh-sembuh, disertai dengan kondisi luka yang tidak baik, seperti eksudat, jaringan mati, dan warna tepian luka yang kehitaman. Selain itu, hasil laboratorium juga menunjukkan peningkatan kadar leukosit, yang mengindikasikan adanya proses infeksi.
Perawat perlu segera menangani masalah integritas kulit yang terganggu pada pasien ini melalui intervensi yang tepat, seperti perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi, untuk membantu proses penyembuhan luka dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 2741 | 19 Oct 2024
Klinis : TSeorang perempuan berusia 55 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 2 jam yang lalu, dengan skala nyeri 7 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan tidak berkurang saat beristirahat. Tanda-tanda vital diperoleh TD155/ 95 mmHg, frekuensi nadi 143 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit. Anda akan melakukan pengambilan sample darah untuk mengetahui nilai dari Troponin I.Apakah fungsi pemeriksaan Troponin pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI sesuai dengan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut terkait iskemia miokard, ditandai dengan nyeri dada kiri, skala nyeri 7, dan kualitas seperti tertindih beban berat.
Penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Diagnosa keperawatan "Nyeri akut" mengacu pada kode SDKI 00132, yang didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan dari diagnosa "Nyeri akut" adalah pasien melaporkan nyeri terkendali (SLKI 00132).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, relaksasi, dan lain-lain (SIKI 00132).
Fungsi pemeriksaan Troponin I pada pasien:
Troponin I adalah biomarker spesifik untuk kerusakan otot jantung (miokard). Pemeriksaan Troponin I dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis sindrom koroner akut, seperti infark miokard. Hasil Troponin I yang meningkat menunjukkan adanya nekrosis (kerusakan) sel-sel jantung, sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana yang tepat bagi pasien. -
Article No. 2742 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta prioritas diagnosis keperawatan untuk kondisi pasien tersebut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: L97.409
- Deskripsi: Ulkus tungkai bawah, tidak diklasifikasikan di tempat lain, tanpa komplikasi lainnya, bagian tidak ditentukan
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 86.22
- Deskripsi: Debridemen luka, jaringan mati
Berdasarkan informasi yang diberikan, prioritas diagnosis keperawatan yang tepat untuk masalah pasien tersebut adalah:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pada telapak kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh, dengan karakteristik luka kotor, diameter 3x2 cm, kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman.
Penjelasan:
- Pasien mengalami luka pada telapak kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh selama 2 bulan, dengan karakteristik luka yang menunjukkan adanya infeksi.
- Luka memiliki diameter 3x2 cm dengan kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman, yang mengindikasikan adanya kerusakan integritas kulit.
- Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (14.000 sel/mm3), yang juga mendukung diagnosis kerusakan integritas kulit akibat infeksi.
Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang paling sesuai adalah "Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pada telapak kaki kiri yang tidak sembuh-sembuh."