Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2723 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki usia 59 th dengan keluhan luka pada telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh -sembuh, luka sudah diderita selama 2 bulan, keluhan terasa nyeri seperti tertindih benda padat, skala nyeri 2 dan setelah dilakukan anamnesis keadaan luka saat melakukan perawatan luka didapatkan hasil luka kotor, diameter luka 3x2 cm kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat pada area luka, terdapat jaringan mati pada tepian luka, warna tepian luka kehitaman. Hasil pemeriksan laboratorium darah. Leukosit 14000 sel/mm3.Prioritas diagnosis keperawatan apa yang tepat untuk masalah pasien tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan Prioritas:
Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan:
Integritas Kulit Terganggu adalah keadaan di mana terdapat kerusakan pada kulit dan membran mukosa. Dalam kasus ini, pasien mengalami luka pada telapak kaki kiri yang tidak kunjung sembuh selama 2 bulan. Luka tersebut memiliki karakteristik kotor, diameter 3x2 cm, kedalaman 3 cm, terdapat penumpukan eksudat, jaringan mati pada tepian luka, dan warna tepian luka kehitaman. Selain itu, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (14.000 sel/mm3) yang mengindikasikan adanya proses infeksi.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Integritas Kulit Terganggu didefinisikan sebagai kerusakan pada kulit dan membran mukosa. Tanda dan gejala yang terkait dengan diagnosa ini antara lain perubahan warna, tekstur, dan integritas kulit, serta adanya pembentukan luka.
Standar Label Keperawatan Indonesia (SLKI) menyebutkan bahwa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Integritas Kulit Terganggu meliputi perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) memberikan panduan mengenai intervensi-intervensi spesifik yang dapat dilakukan, seperti debridemen luka, aplikasi balutan, pemberian analgetik, dan pemantauan tanda-tanda infeksi.
Dengan demikian, diagnosa keperawatan prioritas yang tepat untuk kasus ini adalah Integritas Kulit Terganggu, dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 2724 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data pasien bicara tidak jelas (afasia motorik) dan kesulitan menelan, mulut tampak tidak simetri dan vagal positif. TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, suhu 37°C, frekuensi napas 18/menit. Pasien mengalami masalah keperawat gangguan menelan dan kerusakan komunikasi verbal. Apakah prioritas tindakan pada pasien di atas
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.51
- Deskripsi: Terapi bicara dan bahasa
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 55 tahun mengalami stroke yang menyebabkan afasia motorik (kesulitan bicara) dan disfagia (kesulitan menelan). Gejala lainnya adalah mulut tampak tidak simetris dan adanya tanda-tanda gangguan fungsi nervus vagus. Kondisi ini sesuai dengan diagnosis stroke (kode ICD-10 I63.9).
Prioritas tindakan yang dapat diberikan pada pasien ini adalah:
1. Stabilisasi tanda-tanda vital, termasuk pemantauan tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan.
2. Terapi bicara dan bahasa (speech and language therapy) untuk mengatasi afasia motorik (kode ICD-9-CM 93.51).
3. Intervensi nutrisi dan penatalaksanaan disfagia, seperti modifikasi diet dan penggunaan alat bantu menelan.
4. Pemeriksaan neurologis lebih lanjut untuk menentukan lokasi dan etiologi stroke.
5. Terapi rehabilitasi yang komprehensif, termasuk fisioterapi dan okupasi terapi, untuk membantu pemulihan fungsi.
Penanganan yang tepat dan segera pada pasien ini diharapkan dapat membantu pemulihan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 2725 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Hasil pengkajian didapatkan data pasien bicara tidak jelas (afasia motorik) dan kesulitan menelan, mulut tampak tidak simetri dan vagal positif. TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, suhu 37°C, frekuensi napas 18/menit. Pasien mengalami masalah keperawat gangguan menelan dan kerusakan komunikasi verbal. Apakah prioritas tindakan pada pasien di atas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya dapat memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Menelan (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk menelan makanan atau cairan dengan aman dan efektif.
Penyebab: Disfungsi neurologis, perubahan struktur, atau gangguan sensorik.
Gejala: Kesulitan menelan, menolak makan, batuk atau tersedak saat menelan, mengirup makanan atau cairan ke dalam saluran pernapasan.
2. Kerusakan Komunikasi Verbal (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam pengiriman atau penerimaan pesan verbal.
Penyebab: Kerusakan neurologis, psikologis, atau fisik.
Gejala: Bicara tidak jelas, tidak dapat mengungkapkan kata-kata, kesulitan memahami bahasa.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI-SIKI):
1. Manajemen Disfagia (SIKI)
Tujuan: Memastikan asupan makanan/cairan yang adekuat dan mencegah komplikasi.
Intervensi: Identifikasi pola menelan, modifikasi diet/tekstur makanan, pengaturan posisi makan, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
2. Terapi Wicara (SIKI)
Tujuan: Meningkatkan kemampuan komunikasi verbal.
Intervensi: Identifikasi kemampuan bicara, latihan artikulasi, pemberian alat bantu komunikasi, dan kolaborasi dengan terapis wicara.
Prioritas Tindakan:
Berdasarkan kondisi pasien, prioritas tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Manajemen Disfagia, untuk memastikan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat serta mencegah komplikasi aspirasi.
2. Terapi Wicara, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi verbal pasien.
Tindakan-tindakan tersebut harus dilakukan secara kolaboratif dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi dan terapis wicara, untuk mencapai hasil yang optimal bagi pasien. -
Article No. 2726 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 51 tahun dibawa ke UGD dengan kondisi tidak sadar. Pemeriksaan fisik diperoleh ada suara nafas tambahan berupa gurgling, pasien tampak pucat, dan menggunakan otot bantu pernafasan. Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh TD 140/ 80 mmHg, frekuensi nadi 115 x/ menit, frekuensi napas 28 x/ menit.Apakah tindakan pertama pada pasien ?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan jalan nafas yang bersih.
Faktor yang Berhubungan: Gangguan mekanisme batuk, peningkatan produksi sekret, dan penurunan kemampuan untuk membersihkan jalan nafas.
Intervensi Keperawatan (SLKI):
- Lakukan suisrasi jalan nafas
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Pantau tanda-tanda vital secara teratur
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Jalan Nafas
- Manajemen Oksigenasi
- Fisioterapi Dada
Tindakan Pertama:
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan jalan nafas pasien tetap terbuka. Berikan oksigen melalui kanula nasal atau masker oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat. Lakukan suisrasi jalan nafas jika perlu untuk mengeluarkan sekret yang menghambat jalan nafas. Pantau tanda-tanda vital secara teratur untuk mengevaluasi status kesehatan pasien.
Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 2727 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 40 tahun diobservasi di UGD karena menderita fraktur tibia dan dipasang gips. Pasien mengeluh nyeri bertambah, bengkak dan semakin nyeri pada ibu jari dengan fleksi pasif. Apakah tindakan pertama yang dilakukan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan fraktur tibia dan pembatasan mobilitas.
Penjelasan:
Nyeri Akut merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi ini. Pasien mengeluh nyeri yang semakin bertambah, terutama pada area ibu jari dengan fleksi pasif, menandakan adanya nyeri akut yang disebabkan oleh fraktur tibia dan pembatasan mobilitas akibat pemasangan gips.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut. Karakteristik utama dari diagnosa ini adalah keluhan nyeri, skala nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Akut adalah pasien melaporkan nyeri terkontrol, pasien dapat beradaptasi dengan nyeri, dan pasien dapat beraktivitas sesuai toleransi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, yang mencakup pengkajian nyeri, pemberian analgesik, terapi dingin/hangat, relaksasi, dan edukasi manajemen nyeri.
Tindakan Pertama:
Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah pengkajian nyeri secara komprehensif, meliputi intensitas, lokasi, kualitas, durasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri. Setelah itu, dapat dilanjutkan dengan pemberian analgesik sesuai instruksi medis dan terapi dingin/hangat pada area yang nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 2728 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang Laki-laki bernama Tn. A berusia 40 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 10 Juli 2024 jam 11.30 dengan keluhan sesak napas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Ketika batuk banyak keluar sekret, berwarna kuning kental. Tn. A juga merasa cepat lelah saat melakukan aktivitas. Ketika datang ke rumah sakit Tn. A tampak kebiruan pada daerah bibir dan dasar kuku. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil RR = 30x/mnt, TD = 130/100mmHg, Nadi = 102 x/mnt, Suhu = 37,4 °C. Pasien mengatakan selama 3 tahun terakhir mengalami batuk produktif dan pernah menderita pneumonia. Klien mengatakan dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti penyakit yang diderita pasien saat ini dan penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan dengan menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Intoleransi Aktivitas
c. Ketidakefektifan Pola Napas
2. Penjelasan Singkat:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan membuang sekret atau cairan dari saluran napas.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah membersihkan jalan napas, mengatur posisi pasien, pemberian oksigen, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
b. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur aktivitas, manajemen energi, dan pemberian oksigen.
c. Ketidakefektifan Pola Napas
- SDKI: Perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang menyebabkan ketidakefektifan ventilasi.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatur posisi pasien, pemberian oksigen, latihan pernapasan, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Berdasarkan kondisi Tn. A, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Intoleransi Aktivitas, dan Ketidakefektifan Pola Napas. Intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk membantu mengatasinya sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. -
Article No. 2729 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 67 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan saat digunakan untuk istirahat nyerinya tidak berkurang.Tanda-tanda vital diperoleh TD 100/ 52 mmHg, frekuensi nadi 123 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit dan terpasang O2 via nasal kanul 2 lpm.Apakah pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu nyeri dada sebelah kiri, peningkatan nyeri saat beraktivitas, dan tidak berkurangnya nyeri saat istirahat, serta temuan tanda-tanda vital seperti tekanan darah rendah, nadi cepat, dan pernapasan cepat, kemungkinan diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard, sebagaimana ditunjukkan oleh keluhan nyeri dada, peningkatan nyeri saat beraktivitas, dan tidak berkurangnya nyeri saat istirahat.
Penjelasan Singkat Standar:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan.
- Karakteristik utama: Keluhan nyeri dada, peningkatan nyeri saat beraktivitas, dan tidak berkurangnya nyeri saat istirahat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melaporkan pengurangan nyeri, dapat beraktivitas tanpa nyeri, dan mempertahankan tanda-tanda vital dalam batas normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan: Manajemen nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, pemberian oksigen, dan edukasi pasien serta keluarga tentang pengelolaan nyeri.
Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan:
Untuk mendiagnosis kondisi pasien secara lebih komprehensif, beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1. Elektrokardiogram (EKG) untuk mendeteksi adanya infark miokard.
2. Pemeriksaan biomarker jantung, seperti troponin dan enzim jantung, untuk mendeteksi kerusakan otot jantung.
3. Pemeriksaan radiologi, seperti foto dada, untuk menilai adanya perubahan pada jantung dan paru-paru.
4. Ekokardiografi untuk mengevaluasi fungsi dan struktur jantung.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, serta SIKI untuk kondisi pasien yang Anda gambarkan. Jangan ragu untuk menanyakan lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 2730 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang Laki-laki bernama Tn. A berusia 40 tahun datang ke RSUD Jombang pada tanggal 10 Juli 2024 jam 11.30 dengan keluhan sesak napas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Ketika batuk banyak keluar sekret, berwarna kuning kental. Tn. A juga merasa cepat lelah saat melakukan aktivitas. Ketika datang ke rumah sakit Tn. A tampak kebiruan pada daerah bibir dan dasar kuku. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil RR = 30x/mnt, TD = 130/100mmHg, Nadi = 102 x/mnt, Suhu = 37,4 °C. Pasien mengatakan selama 3 tahun terakhir mengalami batuk produktif dan pernah menderita pneumonia. Klien mengatakan dalam keluarga mereka tidak ada yang pernah menderita penyakit seperti penyakit yang diderita pasien saat ini dan penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi dan Asma.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis untuk kondisi Tn. A adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.0
- Deskripsi: Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Pemberian oksigen.
Penjelasan:
Tn. A, seorang laki-laki berusia 40 tahun, datang ke RSUD Jombang dengan keluhan sesak napas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan saat bernapas. Berdasarkan gejala dan tanda yang dilaporkan, diagnosis yang sesuai adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan eksaserbasi akut.
Kriteria diagnosis PPOK yang terpenuhi pada Tn. A meliputi:
- Riwayat batuk produktif selama 3 tahun terakhir dan pernah menderita pneumonia, menunjukkan adanya gejala penyakit paru kronik.
- Saat ini mengalami sesak napas, batuk dengan sekret berwarna kuning kental, dan cepat lelah, yang merupakan tanda-tanda eksaserbasi akut.
- Pemeriksaan tanda vital menunjukkan peningkatan laju napas (RR = 30x/mnt) dan nadi (102x/mnt), serta adanya sianosis (bibir dan dasar kuku membiru), yang mengindikasikan gangguan pertukaran gas.
Selain itu, tidak ada riwayat penyakit keturunan yang dicurigai menjadi penyebab kondisi saat ini.
Prosedur medis yang dilakukan adalah pemberian oksigen (kode ICD-9-CM 99.04) untuk mengatasi hipoksemia akibat gangguan ventilasi paru.
Dengan demikian, kode ICD-10 yang sesuai adalah J44.0 (Penyakit paru obstruktif kronik dengan eksaserbasi akut, tidak diklasifikasikan di tempat lain), dan kode ICD-9-CM prosedur yang sesuai adalah 99.04 (Pemberian oksigen). -
Article No. 2731 | 19 Oct 2024
Klinis : eorang perempuan berusia 45 tahun pasien baru di bangsal penyakit dalam baru datang dari UGD dengan keluhan sesak napas dan batuk. Hasil pengkajian didapatkan data pasien tampak pucat, TD 130/85 mmHg, frekuensi nadi100 x/menit, suhu tubuh 37°C, frekuensi napas 32 kali permenit, hasil auskultasi terdengar suara ronkhi basah. Apakah posisi yang tepat pada pasien tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Pola pernapasan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, mengatur posisi pasien, memberikan oksigen, dan lain-nya.
Posisi yang tepat untuk pasien tersebut adalah posisi semi-fowler atau posisi setengah duduk. Posisi ini dapat membantu memudahkan pernapasan pasien dengan membuka jalan napas dan mengurangi tekanan pada dada.
Sebagai perawat, saya akan menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu pasien mencapai pola napas yang efektif dan mengatasi keluhan sesak napasnya. -
Article No. 2732 | 19 Oct 2024
Klinis : Bayi perempuan berusia 17 hari, dirawat di RS karena megacolon. Bayi merintih, abdomen distensi, kulit jaundice pada daerah kepala, leher, dan dada, sklera ikterik.Apakah penyebab kulit jaundice dan ikterik pada pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bayi perempuan berusia 17 hari dengan megacolon:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan ikterus neonatorum
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko kerusakan pada struktur dan fungsi normal kulit yang dapat menyebabkan lesi atau perubahan patologis.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Integritas kulit yang terpelihara.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi risiko kerusakan integritas kulit, seperti pemantauan tanda-tanda vital, perawatan kulit, manajemen nutrisi, dan edukasi.
Penyebab Ikterik:
Ikterus neonatorum atau hiperbilirubinemia pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Peningkatan produksi bilirubin: akibat hemolisis (pecahnya sel darah merah) yang meningkat.
2. Penurunan ekskresi bilirubin: fungsi hati yang belum sempurna dalam mengkonjugasi dan mengekskresi bilirubin.
3. Peningkatan reabsorpsi bilirubin: akibat gangguan pada saluran empedu (megacolon).
Tanda-tanda klinis yang muncul adalah kulit dan sklera tampak ikterik (kuning), dimulai dari kepala, leher, dan dada yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi akibat akumulasi bilirubin di dalam tubuh.
Evaluasi dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan antara lain pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nutrisi, terapi fototerapi, serta edukasi dan dukungan pada keluarga.