Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2703 | 19 Oct 2024
Klinis : ibu hamil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah contoh Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi ibu hamil:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mencapai keseimbangan nutrisi yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisi individu.
2. Risiko Ketidakseimbangan Cairan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara asupan dan eliminasi cairan.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang optimal.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memantau dan mempertahankan keseimbangan cairan individu.
3. Risiko Kecemasan
- SDKI: Keadaan di mana individu mengalami kekhawatiran, ketakutan, atau keprihatinan yang tidak proporsional dengan stimulus yang ada.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk membantu individu mengatasi dan mengelola kecemasan.
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk membantu individu mengurangi atau mengatasi kecemasan.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem standar untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami oleh individu, keluarga, atau komunitas. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem standar untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem standar untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI oleh perawat dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar, komprehensif, dan berkualitas bagi ibu hamil. -
Article No. 2704 | 19 Oct 2024
Klinis : ibu hamil trimester 1
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Maternal
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi ibu hamil trimester 1, terdapat risiko ketidakseimbangan nutrisi maternal. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis selama kehamilan, seperti mual, muntah, dan selera makan yang dapat berfluktuasi. Selain itu, kebutuhan nutrisi meningkat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Risiko, dengan definisi risiko memiliki asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
2. Faktor risiko: Perubahan fisiologis (mual, muntah, selera makan berfluktuasi), peningkatan kebutuhan nutrisi, kondisi sosial ekonomi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Nutrisi
2. Pengetahuan tentang Nutrisi
3. Perilaku Pencegahan Komplikasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nutrisi
2. Edukasi Nutrisi
3. Pemantauan Nutrisi
Sebagai perawat, saya akan membantu ibu hamil trimester 1 ini untuk memantau dan memenuhi kebutuhan nutrisinya, memberikan edukasi tentang nutrisi yang tepat selama kehamilan, serta memantau perkembangan dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat ketidakseimbangan nutrisi. -
Article No. 2705 | 19 Oct 2024
Klinis : nausea berhubungan dengan kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nausea berhubungan dengan kehamilan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nausea adalah sensasi mual yang tidak enak dan dapat menyebabkan keinginan untuk muntah. Nausea yang berhubungan dengan kehamilan adalah kondisi di mana wanita hamil mengalami perasaan mual yang disebabkan oleh perubahan hormonal dan fisiologis selama kehamilan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan nausea berhubungan dengan kehamilan adalah pasien dapat mengelola nausea dengan efektif, dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat, dan mencegah komplikasi yang berkaitan dengan nausea selama kehamilan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani nausea berhubungan dengan kehamilan mencakup:
1. Manajemen Nausea: Mengidentifikasi faktor pencetus, memberikan obat anti-mual jika diperlukan, dan mengajarkan teknik pengalihan perhatian.
2. Manajemen Nutrisi: Memantau asupan nutrisi, memberikan makanan dan minuman yang dapat ditoleransi, serta memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Edukasi: Memberikan informasi mengenai penyebab, manajemen, dan komplikasi nausea selama kehamilan.
Sebagai seorang perawat pakar, saya akan menggunakan pendekatan yang komprehensif dalam menangani nausea berhubungan dengan kehamilan dengan berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 2706 | 19 Oct 2024
Klinis : nausea berhubungan dengan kehamilan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Mual (Nausea) berhubungan dengan Kehamilan
Penjelasan Singkat:
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), mual (nausea) berhubungan dengan kehamilan merupakan diagnosa keperawatan yang terjadi akibat adanya perubahan fisiologis selama masa kehamilan. Mual dan muntah pada kehamilan, yang sering disebut sebagai "morning sickness", merupakan gejala yang umum terjadi pada trimester pertama kehamilan.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyatakan bahwa luaran yang diharapkan dari penanganan mual (nausea) berhubungan dengan kehamilan adalah pasien mampu mengendalikan mual, tidak terjadi dehidrasi, dan pasien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual (nausea) berhubungan dengan kehamilan meliputi manajemen mual, manajemen nutrisi, dan edukasi. Intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk mencegah komplikasi, mempertahankan status hidrasi dan nutrisi yang adekuat, serta membantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif dalam menghadapi mual selama kehamilan.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menekankan pentingnya pemahaman dan penerapan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam praktik keperawatan, khususnya dalam menangani kondisi mual (nausea) berhubungan dengan kehamilan. Pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien sangat diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan meningkatkan outcomes pasien. -
Article No. 2707 | 19 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu, dengan skala nyeri 7 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan saat istirahat nyeri tidak berkurang. Tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi 143 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit. Kemudian dokter memberikan Nitrogliserin untuk segera diberikan ke pasien.Apakah fungsi dari pemberian Nitrogliserin pada pasien?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.0
- Deskripsi: Angina pektoris tidak stabil
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian obat secara intravena, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Fungsi dari pemberian Nitrogliserin pada pasien adalah untuk mengatasi nyeri dada (angina pektoris) yang dialaminya. Nitrogliserin adalah obat vasodilatator yang bekerja dengan cara:
1. Melebarkan pembuluh darah koroner (arteri dan vena) sehingga meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otot jantung.
2. Menurunkan beban jantung dengan mengurangi tekanan darah dan denyut jantung, sehingga mengurangi kebutuhan oksigen oleh miokardium.
3. Mengurangi retensi cairan, sehingga membantu mengatasi gejala seperti sesak napas.
Pemberian Nitrogliserin pada pasien dengan angina pektoris tidak stabil dapat memberikan efek cepat dalam mengatasi gejala nyeri dada dan membantu menstabilkan kondisi pasien. Pemberian Nitrogliserin secara intravena dapat memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan dengan pemberian peroral. -
Article No. 2708 | 19 Oct 2024
Klinis : eorang pasien laki-laki berusia 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis stroke nonhemorrhage (SNH). Hasil pengkajian perawat ditemukan kelemahan pada ekstremitas kiri, nyeri kepala, sulit bicara, TD:170/95 mmHg, frekuensi nadi 88 x/mnt, suhu tubuh: 37°C danfrekuensi nafas 18 x/menit. Perawat menegakkan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Apakah tindakan keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: I63.9
- Deskripsi: Stroke nonhemoragik, tidak spesifik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.01
- Deskripsi: Pengukuran tekanan darah
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien laki-laki berusia 65 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnosis stroke nonhemoragik (SNH). Hasil pengkajian menunjukkan adanya kelemahan pada ekstremitas kiri, nyeri kepala, sulit bicara, tekanan darah tinggi (170/95 mmHg), denyut nadi 88 x/mnt, suhu tubuh 37°C, dan frekuensi napas 18 x/mnt. Perawat menegakkan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral.
Tindakan keperawatan yang tepat untuk kondisi ini mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara rutin, termasuk tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi napas.
2. Pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
3. Manajemen nyeri kepala dengan pemberian analgesik sesuai dengan instruksi dokter.
4. Terapi fisik dan okupasi untuk meningkatkan fungsi ekstremitas kiri yang lemah.
5. Terapi wicara untuk mengatasi kesulitan berbicara.
6. Pemberian obat-obatan antihipertensi, sesuai dengan instruksi dokter, untuk mengontrol tekanan darah.
7. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi stroke, gejala, dan manajemen perawatannya.
8. Kolaborasi dengan tim medis lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dan terapis, untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
Tujuan utama dari tindakan keperawatan ini adalah untuk memulihkan perfusi serebral yang efektif, mencegah komplikasi, dan memaksimalkan fungsi pasien. -
Article No. 2709 | 19 Oct 2024
Klinis : eorang pasien laki-laki usia 50 tahun dirawat di ICU. Pasien mengalami syok kardiogenik dan diberikan terapi oleh dokter Dopamin 10 mcg/kg/mnt melalui syringe pump. Berat badan pasien 60 kg. Sediaan obat 10 ml terdapat 200 mg dopamine. Diberikan dalam syringe 50ml.1 mg = 1000 mcg(Rumus : v = dosis x BB x 60 x Volume ) Sediaan obatBerapa volume yang diberikan setiap jam?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis pada pasien tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R57.0
- Deskripsi: Syok kardiogenik
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.07
- Deskripsi: Pemberian obat vasoaktif, seperti dopamin, melalui infus intravena
Untuk perhitungan volume pemberian dopamin per jam, dapat digunakan formula sebagai berikut:
Rumus: Volume (ml/jam) = (Dosis x Berat Badan x 60) / Konsentrasi Larutan
Diketahui:
- Dosis dopamin: 10 mcg/kg/menit
- Berat Badan Pasien: 60 kg
- Konsentrasi Larutan: 200 mg/10 ml = 20 mg/ml = 20.000 mcg/ml
Perhitungan:
Volume (ml/jam) = (10 mcg/kg/menit x 60 kg x 60 menit) / 20.000 mcg/ml
Volume (ml/jam) = 18 ml/jam
Jadi, volume dopamin yang diberikan setiap jam adalah 18 ml. -
Article No. 2710 | 19 Oct 2024
Klinis : anak laki-laki berusia 7 tahun dirawat di RS karena penyakit jantung bawaan. Pada pengkajian didapatkan: anak gelisah, sesak napas, terdapat retraksi dinding dada, frekuensi napas 40x/menit, sianosis pada bibir dan kuku, terdapat clubbing finger.Apakah masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien?
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang tepat untuk pasien anak laki-laki berusia 7 tahun dengan penyakit jantung bawaan adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Q21.9
- Deskripsi: Celah jantung bawaan, tidak diklasifikasikan di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.61
- Deskripsi: Perbaikan celah jantung bawaan
Penjelasan detail:
Kode ICD-10 Q21.9 menggambarkan kondisi celah jantung bawaan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Pada kasus ini, pasien anak laki-laki berusia 7 tahun menunjukkan gejala-gejala yang khas dengan penyakit jantung bawaan, seperti sesak napas, retraksi dinding dada, dan sianosis pada bibir dan kuku, serta ditemukan tanda-tanda clubbing finger.
Kode ICD-9-CM 39.61 adalah untuk prosedur perbaikan celah jantung bawaan, yang mungkin diperlukan dalam penanganan kondisi pasien ini. Namun, tindakan lebih lanjut akan bergantung pada hasil pemeriksaan dan evaluasi yang lebih komprehensif oleh dokter spesialis.
Masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien adalah gangguan ventilasi dan oksigenasi, yang ditandai dengan gejala sesak napas, retraksi dinding dada, dan sianosis. Hal ini membutuhkan intervensi keperawatan yang tepat untuk mempertahankan status oksigenasi yang optimal dan mencegah komplikasi. -
Article No. 2711 | 19 Oct 2024
Klinis : anak laki-laki berusia 7 tahun dirawat di RS karena penyakit jantung bawaan. Pada pengkajian didapatkan: anak gelisah, sesak napas, terdapat retraksi dinding dada, frekuensi napas 40x/menit, sianosis pada bibir dan kuku, terdapat clubbing finger.Apakah masalah keperawatan utama yang terjadi pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan Utama:
Pola Napas Tidak Efektif (SDKI)
Penjelasan:
Pola Napas Tidak Efektif merupakan diagnosa keperawatan yang tepat untuk kondisi pasien anak laki-laki usia 7 tahun dengan penyakit jantung bawaan. Berdasarkan data pengkajian, pasien mengalami gejala-gejala seperti sesak napas, retraksi dinding dada, peningkatan frekuensi napas, dan sianosis pada bibir dan kuku. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada pola napas yang tidak efektif.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk bernapas dengan lancar yang dapat mengakibatkan ketidakadekuatan ventilasi dan oksigenasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk diagnosa ini adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif sesuai kebutuhan oksigenasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital (Frekuensi napas, irama, kedalaman, dan usaha napas)
2. Berikan oksigen sesuai indikasi
3. Ajarkan teknik napas dalam dan batuk efektif
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan penyakit jantung bawaan
Dengan penerapan standar SDKI - SLKI - SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar untuk mengatasi masalah pola napas tidak efektif pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan. -
Article No. 2712 | 19 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk kondisi pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode-kode yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Biopsi paru atau bronkus, jarum terbuka
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan konfirmasi mikrobiologis atau histologis) sesuai dengan diagnosis awal tuberkulosis paru yang disarankan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan pasien. Kode ini digunakan untuk mewakili tuberkulosis paru yang telah dikonfirmasi secara mikrobiologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Biopsi paru atau bronkus, jarum terbuka) dapat digunakan jika dokter mempertimbangkan untuk melakukan prosedur pengambilan sampel jaringan paru atau bronkus untuk konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan histologis. Prosedur ini dapat membantu dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru.
Dokumentasi yang lengkap dan akurat dari kode-kode ini dalam rekam medis pasien akan membantu dalam proses perawatan, manajemen kasus, dan pengkodean yang tepat.