Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 2927 | 20 Oct 2024
Klinis : Kasus 3 Pasien Tn. N berusia 42 tahun datang ke Poliklinik THT RS X pada Jumat, 18 Oktober 2024 bersama seorang anaknya dengan keluhan nyeri pada telinga kanan skala 5 dan keluar cairan berwarna kekuningan sejak satu minggu yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat terus menerus sejak 1 hari sebelum datang ke RS, dan semakin nyeri ketika bagian telinga ditekan. Pasien juga mengeluhkan telinga kanan terasa penuh, mengalami kehilangan pendengaran secara tiba-tiba pada telinga kanan, dan mengalami distorsi sensori pendengaran. Awalnya pasien merasa gatal pada bagian dalam telinga ± 6 bulan yang lalu, kemudian pasien sering membersihkan telinga menggunakan cotton bud dan jari tangan, dan pasien mengatakan bahwa sering terlalu dalam ketika memasukkan cotton bud. Pasien pernah berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama sekitar 1 bulan lalu, diberikan obat tetes telinga dan obat oral moksifloksasin dan siprofloksasin selama satu minggu. Akan tetapi pasien tidak menyelesaikan pengobatan antibiotiknya karena nyerinya membaik. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan/minuman, maupun obat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: edema (-/-), hiperemis (-/-), nyeri tekan (+/-), otore (+/-) kental berwarna kekuningan hampir menutupi meatus akustikus eksternus (MAE) secara total, membran timpani (sulit dinilai karena tertutup otore). Setelah dilakukan pembersihan otore pada MAE, membran timpani dapat tervisualisasi dan tampak perforasi sentral dan terdapat kemerahan disekiarnya. Hasil pemeriksaan hematologi didapatkan WBC 13,2, Hb 11,2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan integritas kulit/jaringan yang berhubungan dengan infeksi telinga (otitis media)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Definisi: Kerusakan pada struktur dan fungsi kulit dan/atau jaringan yang disebabkan oleh agen infeksi.
Karakteristik Utama:
- Adanya luka/kerusakan pada kulit/jaringan
- Adanya infeksi pada kulit/jaringan
- Adanya tanda-tanda peradangan (nyeri, kemerahan, pembengkakan, panas)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan:
- Integritas kulit/jaringan membaik
- Tanda-tanda infeksi berkurang
- Nyeri berkurang
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Infeksi
- Identifikasi tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik, antifungal, atau antiviral
- Pemantauan tanda-tanda infeksi
2. Perawatan Luka
- Pembersihan luka
- Aplikasi obat topikal
- Penyediaan balutan luka yang adekuat
3. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
- Teknik nonfarmakologis (kompres hangat, massage)
Penjelasan Singkat:
Pasien Tn. N mengalami gangguan integritas kulit/jaringan yang berhubungan dengan infeksi pada telinga (otitis media). Hal ini ditandai dengan adanya nyeri, keluarnya cairan berwarna kekuningan, hiperemis, dan perforasi membran timpani. Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan adalah manajemen infeksi, perawatan luka, dan manajemen nyeri untuk membantu penyembuhan dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 2928 | 20 Oct 2024
Klinis : siki perawatan telinga
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi perawatan telinga.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori: Pendengaran
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan persepsi sensori: pendengaran adalah ketidakmampuan untuk menerima, mengolah, menginterpretasi, atau merespons stimulasi auditori secara akurat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah klien dapat mempertahankan kemampuan mendengar secara optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Sensori: Pendengaran
2. Pembelajaran: Terapi Sensori
3. Perawatan Telinga
4. Peningkatan Komunikasi: Pendengaran
Sebagai seorang pakar perawat, saya dapat menjelaskan bahwa intervensi-intervensi tersebut bertujuan untuk membantu klien mempertahankan atau meningkatkan kemampuan mendengar secara optimal. Hal ini dapat dilakukan melalui manajemen dan perawatan telinga, serta pembelajaran terkait terapi sensori dan komunikasi.
Semoga penjelasan ini dapat membantu Anda memahami diagnosa keperawatan dan standar praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 2929 | 20 Oct 2024
Klinis : Klien 3 kali terbangun untuk buang air kecil di malam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni klien terbangun 3 kali di malam hari untuk buang air kecil, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Pola Eliminasi Urine Terganggu
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola eliminasi urine terganggu adalah ketidakmampuan untuk mengontrol, mengatur, atau mengosongkan kandung kemih secara memadai.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola eliminasi urine membaik
2. Frekuensi berkemih menurun
3. Kemampuan mengontrol berkemih meningkat
4. Kualitas tidur membaik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia Urin
2. Perawatan Kandung Kemih
3. Peningkatan Tidur
4. Edukasi Kesehatan
Penjelasan singkat dari masing-masing komponen:
1. SDKI menjelaskan bahwa kondisi klien mengalami pola eliminasi urine terganggu, yakni ketidakmampuan untuk mengontrol, mengatur, atau mengosongkan kandung kemih secara memadai.
2. SLKI menetapkan luaran yang diharapkan, seperti pola eliminasi urine yang membaik, frekuensi berkemih yang menurun, kemampuan mengontrol berkemih yang meningkat, serta kualitas tidur yang membaik.
3. SIKI memberikan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen inkontinensia urin, perawatan kandung kemih, peningkatan tidur, serta edukasi kesehatan.
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai standar untuk mengatasi masalah pola eliminasi urine terganggu pada klien. -
Article No. 2930 | 20 Oct 2024
Klinis : Klien mengatakan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil Klien mengatakan bangun di malam hari hingga 3x untuk buang air kecil Klien mengeluh tidak puas dengan tidurnya karena sering terbangun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pola Tidur
Penjelasan:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, klien mengalami gangguan pola tidur, yang ditandai dengan keluhan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil sebanyak 3 kali atau lebih, serta merasa tidak puas dengan kualitas tidurnya.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), gangguan pola tidur didefinisikan sebagai "Penurunan kemampuan untuk mencapai atau mempertahankan tidur yang adekuat dan restoratif".
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menjabarkan beberapa luaran yang terkait dengan gangguan pola tidur, antara lain:
1. Pemeliharaan Pola Tidur
2. Kualitas Tidur
3. Durasi Tidur
Sedangkan, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pola tidur, seperti:
1. Manajemen Tidur
2. Terapi Relaksasi
3. Edukasi Higiene Tidur
Sebagai perawat, kami dapat membantu klien mengatasi gangguan pola tidurnya melalui pendekatan holistik, mencakup aspek fisik, psikologis, dan gaya hidup. Penting untuk melakukan asesmen yang menyeluruh dan membuat rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. -
Article No. 2931 | 20 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis untuk pasien ini adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan mikrobiologi positif
Dalam kasus ini, pasien pria berusia 45 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, disertai demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, dan pemeriksaan rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Dengan gejala-gejala ini, diagnosis awal yang diberikan adalah tuberkulosis paru.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan sputum untuk bakteri Mycobacterium tuberculosis
Dalam kasus tuberkulosis paru, pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan sputum untuk deteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab infeksi. Kode ICD-9-CM 87.44 merujuk pada prosedur pemeriksaan sputum untuk diagnosis tuberkulosis.
Catatan: Kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang diberikan di atas merupakan kode-kode yang umum digunakan untuk diagnosis dan prosedur terkait dengan tuberkulosis paru. Namun, diperlukan evaluasi dan penegakan diagnosis lebih lanjut oleh dokter yang menangani pasien untuk memastikan diagnosis dan tindakan yang tepat. -
Article No. 2932 | 20 Oct 2024
Klinis : Pasien datang ke rumah sakit Nur Hidayah pada tanggal 7 Oktober 2024 karena merasakan pusing disertai demam tinggi yang tidak turun turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas 38,5°C.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal (>38,5°C) yang disebabkan oleh respons termoregulasi tubuh terhadap rangsangan.
- Penyebab: Proses infeksi, dehidrasi, cedera, penyakit kronis, dan lain-lain.
- Tanda dan Gejala: Peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, wajah kemerahan, cepat lelah, lesu, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Tujuan Keperawatan: Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
- Kriteria Hasil: Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5°C), kulit tidak kemerahan, pasien tidak cepat lelah, dan lain-lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen hipertermia, pemberian cairan, terapi antipiretik, pemantauan tanda vital, dan lain-lain.
- Tindakan Keperawatan: Mengukur suhu tubuh, memberikan kompres hangat/dingin, memfasilitasi istirahat, menganjurkan minum air hangat/dingin, dan lain-lain.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan disampaikan. -
Article No. 2933 | 20 Oct 2024
Klinis : Pasien datang ke rumah sakit Nur Hidayah pada tanggal 7 Oktober 2024 karena merasakan pusing disertai demam tinggi yang tidak turun turun
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien datang ke rumah sakit Nur Hidayah pada tanggal 7 Oktober 2024 dengan keluhan pusing disertai demam tinggi yang tidak turun-turun. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R51
- Deskripsi: Pusing (Vertigo)
2. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tak terspesifikasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 R51 (Pusing) sesuai dengan keluhan pusing yang dialami oleh pasien. Sementara itu, kode ICD-10 R50.9 (Demam, tak terspesifikasi) sesuai dengan keluhan demam tinggi yang tidak turun-turun yang dialami oleh pasien.
Dalam kasus ini, tidak ada prosedur atau tindakan medis yang dapat dikodekan menggunakan ICD-9-CM, karena informasi tidak menyebutkan adanya tindakan medis yang dilakukan. Pemeriksaan dan pengobatan yang diberikan akan tergantung pada hasil pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter dan perkembangan kondisi pasien. -
Article No. 2934 | 20 Oct 2024
Klinis : tekanan darah 94 pada lansia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi tekanan darah 94 pada lansia, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Perfusi Perifer
Penjelasan:
Risiko Gangguan Perfusi Perifer merupakan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien lansia dengan tekanan darah 94. Kondisi ini menunjukkan adanya potensi gangguan pada aliran darah dan oksigenasi ke jaringan perifer, yang dapat mengakibatkan komplikasi seperti iskemia, gangren, atau bahkan nekrosis.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Perfusi Perifer didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan aliran darah ke jaringan perifer.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko gangguan perfusi perifer adalah:
1. Perfusi perifer membaik
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Pasien/keluarga dapat mengidentifikasi faktor risiko gangguan perfusi perifer
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Observasi tanda-tanda vital, terutama tekanan darah
2. Peningkatan aliran darah ke jaringan perifer
3. Manajemen nyeri terkait penurunan perfusi
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen risiko gangguan perfusi perifer
Dengan demikian, diagnosa keperawatan, standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi pasien lansia dengan tekanan darah 94 adalah Risiko Gangguan Perfusi Perifer. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mencegah komplikasi dan memulihkan kondisi pasien. -
Article No. 2935 | 20 Oct 2024
Klinis : keletihan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi keletihan.
Diagnosa Keperawatan:
Keletihan (Fatigue)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Keletihan didefinisikan sebagai sensasi lelah dan/atau kurangnya energi untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang dilaporkan oleh pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan keletihan adalah pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi, melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, dan dapat beristirahat secukupnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keletihan antara lain:
1. Manajemen Energi: Membantu pasien mengatur pola aktivitas dan istirahat untuk mengoptimalkan penggunaan energi.
2. Terapi Relaksasi: Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan fisik dan mental yang dapat menyebabkan keletihan.
3. Edukasi Manajemen Keletihan: Memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab, gejala, dan cara mengelola keletihan.
4. Evaluasi Faktor Risiko: Mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk keletihan, seperti nutrisi, aktivitas, dan pola tidur.
Sebagai perawat, saya dapat membantu pasien dalam mengelola keletihan melalui intervensi-intervensi tersebut, serta memantau dan mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan. -
Article No. 2936 | 20 Oct 2024
Klinis : keletihan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medik, berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi keletihan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R53.8
- Deskripsi: Keletihan lainnya
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R53.8 digunakan untuk mengkodekan kondisi keletihan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
- Kode ini mencakup gejala seperti astenia, kelemahan, dan keletihan yang tidak spesifik.
- Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit, gangguan mental, atau stres.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk keletihan.
- Deskripsi: Keletihan umumnya merupakan gejala dan bukan prosedur atau tindakan medis yang dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada kode ICD-9-CM yang secara khusus ditujukan untuk mengkodekan keletihan.
Dalam kasus ini, keletihan akan dikaitkan dengan kode diagnosis yang sesuai, dan pengelolaan klinisnya akan ditentukan berdasarkan penyebab yang mendasarinya.