Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3031 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. W berusia 72 tahun, memiliki status janda, beragama islam, suku guci, serta memiliki pendidikan terakhir SD datang ke rumah sakit bersama dengan anaknya pada tanggal 27 Februari 2022 pada pukul 16.00 WIB dengan kondisi tampak lemas. Ny. W mengeluh tidak bisa menahan BAK sehingga keluar secara tidak sadar sebelum ia sampai di toilet. Anak Ny. W mengatakan mulai mengalami hal ini sekitar 10 tahun yang lalu. Anak Ny.W juga mengatakan urinenya keluar sedikit-sedikit tetapi sering dengan frekuensi 13-15x/hari urine yang keluar sedikit tapi sering dan berwarna kuning jernih. dan sering terjadi di malam hari. Ny.W mengatakan pada saat awal mula ia mengalami hal ini, ia merasakan sakit di daerah ari-arinya ketika ia buang air kecil. Anak Ny. W juga mengatakan beberapa bulan lalu klien sempat mengkonsumsi obat- obatan yang diberikan oleh dokter tempat klien berobat, tetapi efek samping yang dirasakan klien ialah buang air kecilnya semakin tidak tertahankan dan keluar tanpa disadari dan membuat klien menjadi pelupa. Ny. W tidak mampu untuk berdiri dan berjalan lama-lama, sehingga jika untuk ke toilet kadang dibantu oleh anaknya, tetapi jika anaknya sedang sibuk, ia berjalan sendiri dengan perlahan-lahan menuju toilet. Anak Ny. W mengatakan saat ini Ny. W memakai pempers, namun ia mengatakan tidak nyaman memakai pempers, karena membuat kulitnya terasa gatal. Ny. W mengatakan ia tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat, binatang, maupun lingkungan. Keluarga klien mengatakan dahulu klien sempat memiliki riwayat jatuh dari motor juga mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Ny. W makan 2x sehari dengan nasi, sayur dan lauk, nafsu makannya menurun. Ia dulu memiliki kebiasaan minum kopi sebelum makan, tetapi sekarang tidak lagi. Ny. W mengatakan ia menyukai makanan yang bersantan dan asinan, minum 7-8 gelas/hari, memiliki berat badan 49 kg dengan tinggi 150 cm. Ny. W mengatakan ia tidur 6-7 jam/hari. Ny. W mengatakan ia selalu bangun setiap jam 3 pagi untuk melaksanakan shalat tahajud, dan tidur kembali sampai jam 05.00 WIB untuk melaksanakan shalat subuh. Ny. W mengatakan ia tidur siang sekitar 1,5 jam sehari. Ny. W mengatakan dengan pergerakan tubuhnya yang sekarang, ia tidak mampu untuk berolahraga ataupun beraktivitas berat. Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah 127/76 mmHg, nadi 70x/menit, pernapasan 19x/menit, suhu 36,50C. Klien memiliki TB 150 cm dan BB 49 kg. Kepala tampak bersih, rambut tumbuh uban dan tidak mudah rontok. Mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Penglihatan klien sudah mulai kabur. Hidung tampak simetris, bersih dan tidak ada gangguan penciuman. Telinga simetris, tidak memiliki gangguan pendengaran dan tidak ada serumen. Mulut klien tampak bersih, bibir tampak kering, terkadang berbicara terlalu pelan dan kurang jelas, serta gigi yang sudah tidak lengkap. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Dada dan abdomen klien normal, tidak terdapat kelainan. Ekstremitas atas simetris kiri dan kanan, CRT<2 detik, dan akral hangat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi Ny. W sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Inkontinensia Urin (00016)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengendalikan berkemih.
Faktor yang Berhubungan: penurunan kontrol otot dasar panggul, gangguan neurologis, penuaan.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
Faktor yang Berhubungan: nyeri, ketidaknyamanan, perubahan pola aktivitas.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting secara mandiri.
Faktor yang Berhubungan: penurunan fungsi muskuloskeletal dan neurologis.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin (00016)
- Karakteristik Definisi: urine keluar secara tidak disengaja, frekuensi berkemih yang meningkat, rasa tidak nyaman saat berkemih.
- Faktor Risiko: usia lanjut, penurunan kontrol sfingter, penurunan mobilitas, riwayat jatuh, penyakit kronis.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Karakteristik Definisi: keluhan sulit memulai/mempertahankan tidur, terlalu banyak tidur, kualitas tidur yang buruk.
- Faktor Risiko: nyeri, kecemasan, perubahan pola aktivitas.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
- Karakteristik Definisi: ketergantungan dalam aktivitas toileting, gangguan mobilitas, gangguan kognitif.
- Faktor Risiko: penurunan fungsi muskuloskeletal, penurunan fungsi neurologis, penurunan daya ingat.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin (00016)
- Luaran: Kontrol Berkemih, Integritas Kulit, Kenyamanan.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Luaran: Pola Tidur, Istirahat, Energi.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
- Luaran: Kemampuan Perawatan Diri, Integritas Kulit, Mobilitas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Inkontinensia Urin (00016)
- Intervensi: Manajemen Inkontinensia Urin, Perawatan Kulit, Terapi Latihan.
2. Gangguan Pola Tidur (00198)
- Intervensi: Manajemen Pola Tidur, Manajemen Rasa Nyaman, Terapi Aktivitas.
3. Defisit Perawatan Diri: Toileting (00110)
- Intervensi: Perawatan Diri: Toileting, Peningkatan Mobilitas, Terapi Aktivitas.
Secara singkat, diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. W adalah inkontinensia urin, gangguan pola tidur, dan defisit perawatan diri: toileting. Penjelasan terkait SDKI, SLKI, dan SIKI juga telah saya berikan sesuai dengan masing-masing diagnosa keperawatan. -
Article No. 3032 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Penglihatan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai perubahan kemampuan visual yang mengganggu fungsi penglihatan secara normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit, cedera, atau kondisi lainnya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Penglihatan adalah:
1. Pasien melaporkan peningkatan fungsi penglihatan.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan aman.
3. Pasien dapat beradaptasi dengan perubahan penglihatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Penglihatan meliputi:
1. Pengkajian fungsi penglihatan
2. Pemberian terapi sesuai kondisi (misalnya pemberian obat tetes mata, pengaturan pencahayaan, penggunaan alat bantu penglihatan)
3. Edukasi dan konseling terkait kondisi penglihatan dan manajemen diri
4. Koordinasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti dokter spesialis mata) untuk penanganan lebih lanjut
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandarisasi untuk mengatasi Gangguan Penglihatan pada pasien. -
Article No. 3033 | 21 Oct 2024
Klinis : pola nafas tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "pola nafas tidak efektif" dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Definisi:
Pola Nafas Tidak Efektif adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk menarik atau mengeluarkan udara secara adekuat, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida.
Faktor Terkait:
- Kelelahan otot-otot pernapasan
- Hambatan jalan napas
- Perubahan mekanis dinding dada
- Gangguan neurologis
Karakteristik Definisi:
- Perubahan frekuensi, kedalaman, dan/atau irama pernapasan
- Penggunaan otot-otot bantu pernapasan
- Pernapasan cuping hidung
- Kesulitan berbicara
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian yang komprehensif. Untuk diagnosa "Pola Nafas Tidak Efektif", SDKI menyediakan definisi, faktor terkait, dan karakteristik definisi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau tujuan keperawatan yang ingin dicapai dalam proses asuhan keperawatan. Untuk kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", SLKI dapat membantu perawat dalam menetapkan luaran yang diharapkan, seperti peningkatan pola nafas, peningkatan aktivitas pernapasan, dan perbaikan pertukaran gas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan. Untuk kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", SIKI menyediakan berbagai intervensi yang dapat dilakukan, seperti pemberian oksigen, latihan pernapasan, penggunaan alat bantu pernapasan, dan manajemen jalan napas.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI secara terintegrasi dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berpusat pada pasien untuk mengatasi masalah "Pola Nafas Tidak Efektif". -
Article No. 3034 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan pasien tidak mengerti tentang penyakit
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, sesuai dengan format yang Anda berikan, berikut adalah informasi mengenai kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi pasien yang tidak mengerti tentang penyakitnya:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z71.1
- Deskripsi: Konsultasi kesehatan untuk penjelasan dan pemahaman terhadap kondisi.
Penjelasan:
Kode ICD-10 Z71.1 digunakan untuk mengindikasikan bahwa pasien membutuhkan konsultasi kesehatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi atau penyakitnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pasien memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya, sehingga dapat melakukan perawatan dan pengobatan yang sesuai.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.75
- Deskripsi: Konseling medis.
Penjelasan:
Kode ICD-9-CM 93.75 digunakan untuk mengindikasikan bahwa telah dilakukan konseling medis terhadap pasien. Konseling medis ini bertujuan untuk memberikan informasi, penjelasan, dan pemahaman yang lebih baik kepada pasien mengenai kondisi atau penyakitnya, serta langkah-langkah perawatan dan pengobatan yang perlu dilakukan.
Dengan adanya konseling medis, diharapkan pasien dapat memperoleh pengetahuan yang cukup tentang penyakitnya, sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pengobatan dan perawatan dirinya. -
Article No. 3035 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan pasien tidak mengerti tentang penyakit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya:
Diagnosa Keperawatan:
Kurang Pengetahuan
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Kurang Pengetahuan adalah ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang memadai terkait penyakitnya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Identifikasi tingkat pengetahuan pasien saat ini terkait penyakitnya.
2. Berikan pendidikan kesehatan dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Evaluasi pemahaman pasien setelah pemberian informasi.
4. Libatkan keluarga dalam proses edukasi agar dapat mendukung pasien.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memastikan pemahaman pasien yang komprehensif.
Tujuan akhirnya adalah agar pasien dapat memahami penyakitnya sehingga dapat terlibat aktif dalam perawatan dan pengambilan keputusan yang tepat. -
Article No. 3036 | 21 Oct 2024
Klinis : Klien mengatakan komunikaai dengan sang bapak kurang baik klien tampak stress
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Komunikasi Verbal Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Komunikasi Verbal Efektif adalah ketidakmampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan verbal secara efektif.
- Faktor yang mempengaruhi: Adanya hambatan fisik, psikologis, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Komunikasi Verbal Efektif: Kemampuan untuk menyampaikan dan/atau menerima pesan verbal secara efektif.
- Luaran yang diharapkan: Klien dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
1. Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi verbal efektif.
2. Fasilitasi komunikasi verbal efektif.
3. Kolaborasi dengan ahli terkait untuk membantu komunikasi verbal efektif.
Dalam kasus ini, klien mengalami gangguan komunikasi verbal efektif dengan sang bapak, yang menyebabkan stres pada klien. Perawat dapat melakukan assessment untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat komunikasi, memberi fasilitasi komunikasi, dan berkolaborasi dengan ahli (konselor, psikolog, dll) jika diperlukan untuk membantu klien meningkatkan komunikasi yang efektif. -
Article No. 3037 | 21 Oct 2024
Klinis : Klien mengatakan komunikaai dengan sang bapak kurang baik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan mempertimbangkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah kode ICD-10 yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z64.4
- Deskripsi: Masalah yang berkaitan dengan hubungan orang tua-anak
Dalam konteks ini, kode ICD-10 Z64.4 "Masalah yang berkaitan dengan hubungan orang tua-anak" dapat digunakan untuk mengkodekan keluhan pasien tentang komunikasi yang kurang baik dengan sang bapak. Kondisi ini dapat mencakup masalah dalam interaksi, pemahaman, atau ketegangan dalam hubungan antara pasien dan orang tuanya.
Sayangnya, tidak ada kode ICD-9-CM yang secara spesifik sesuai dengan kondisi ini, karena kode-kode tersebut lebih berfokus pada prosedur atau tindakan medis. Kondisi ini lebih terkait dengan aspek psikososial dan hubungan interpersonal, yang tidak tercakup dalam kode ICD-9-CM.
Dalam situasi ini, pendekatan yang mungkin lebih sesuai adalah melalui konseling atau terapi keluarga, untuk membantu pasien dan keluarganya mengatasi masalah komunikasi dan hubungan yang kurang baik. Namun, jika terdapat komplikasi medis atau gejala psikologis yang terkait, maka kode diagnosis tambahan mungkin diperlukan untuk menggambarkan keadaan klinis yang lebih lengkap. -
Article No. 3038 | 21 Oct 2024
Klinis : Tn. C berusia 50 tahun dirawat di ruang bedah, post pemasangan WSD hari ke-3 atas indikasi efusi pleura. Pasien mengeluh sesak nafas, nyeri di area pemasangan selang dada skla 3 dari 10. Hasil pengkajian: Tampak produk drain berwana kekuningan, undulasi (+), balutan tampak ada yang terkelupas karena keringat dan tampak kotor, jahitan kuat tidak ada yang lepas, luka tampak masih basah, luka di area insersi tampak kotor dan tidak ada ruam, tidak ada pus. Hasil pemeriksaan fisik: suara nafas meredup dikedua lapang paru, ekspansi paru tidak maksimal, TD: 120/80 mmHg, frekuensi napas 28x/menit, frekuensi nadi: 85 x/menit, suhu 37,40c. Sebutkan diagnosa nya kemudian berhubungannya dan juga di buktikannya pada kasus tersebut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Tn. C. Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Tn. C.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan efusi pleura ditandai dengan sesak napas, suara napas meredup di kedua lapang paru, dan ekspansi paru tidak maksimal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan di mana individu mengalami perubahan dalam oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiler.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pertukaran gas yang adekuat
2. Frekuensi napas dalam rentang normal
3. Oksigenasi jaringan yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pemantauan oksigenasi
3. Pemberian oksigen sesuai indikasi
4. Perawatan selang dada
2. Nyeri akut berhubungan dengan prosedur pemasangan selang dada ditandai dengan keluhan nyeri di area pemasangan selang dada skala 3 dari 10.
SDKI:
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
SLKI:
1. Ekspresi nyeri yang terkontrol
2. Pengetahuan pasien tentang manajemen nyeri yang adekuat
3. Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan nyeri
SIKI:
1. Manajemen nyeri
2. Pemberian analgetik sesuai indikasi
3. Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan selang dada ditandai dengan balutan yang terkelupas akibat keringat, tampak kotor, dan insersi selang dada yang kotor.
SDKI:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap infeksi yang disebabkan oleh organisme patogen.
SLKI:
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
2. Kemampuan pasien untuk merawat area insersi selang dada
3. Tidak ada komplikasi infeksi terkait pemasangan selang dada
SIKI:
1. Perawatan luka
2. Perawatan selang dada
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang perawatan luka dan selang dada
Semoga penjelasan ini dapat membantu Tn. C dalam proses penyembuhannya. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya. Terima kasih. -
Article No. 3039 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. B berusia 48 tahun dirawat di ruang bedah setelah dilakukan operasi pembuatan trakeostomi hari ke -3. Hasil pemeriksaan menunjukan balutan tampak kotor, hasil pemeriksaan fisik: TD 128/80 mmHg, frekuensi napas 30x/menit, frekuensi nadi: 79 x/menit, suhu 37,60c. Sebutkan diagnosa, berhubungannya, dan buktikannya dari kasus tersebut dengan lengkap
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kasus Ny. B berdasarkan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Invasif
- Bukti: Balutan tampak kotor, menunjukkan adanya potensi kontaminasi atau infeksi pada luka operasi.
2. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Pembedahan Trakeostomi
- Bukti: Frekuensi napas 30x/menit, menunjukkan adanya perubahan pada pola napas.
3. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Kelemahan Fisik Akibat Pembedahan
- Bukti: Kondisi Ny. B yang baru menjalani operasi trakeostomi, sehingga memiliki keterbatasan dalam aktivitas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Kesimpulan:
Berdasarkan kondisi Ny. B, terdapat tiga diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi, yaitu risiko infeksi, gangguan pola napas, dan intoleransi aktivitas. Masing-masing diagnosa didukung oleh bukti dari data yang diperoleh. Penggunaan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas. -
Article No. 3040 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. R berusia 40 tahun dirawat dengan GEA. Hasil pengkajian didapatkan muntah setiap kali makan dan minum sejak 2 hari yang lalu, buang air besar cair 5-6 kali sehari. Mata cekung, bibir kering, mukosa mulut kering, dan pasien mengeluh haus. Tekanan 90/60 mmHg, Nadi 120x/mnt, Temperatur: 37,8°C. Pasien mendapat Instruksi Loading Cairan RL 1 Liter dalam 1 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang telah Anda deskripsikan, maka dapat disimpulkan bahwa Ny. R mengalami Diare Akut Gastroenteritis (GEA). Berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare akut.
Penjelasan Singkat:
Ny. R mengalami gejala-gejala seperti muntah, buang air besar cair yang berulang, mata cekung, bibir kering, dan mukosa mulut kering, yang menunjukkan adanya defisit volume cairan akibat diare akut. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kode: 00027
Judul: Defisit Volume Cairan
Definisi: Kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi intake, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 01601
Judul: Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh yang diperlukan untuk fungsi fisiologis yang optimal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 6680
Judul: Manajemen Cairan
Definisi: Pemberian, pemantauan, dan penyesuaian cairan dan elektrolit untuk mempertahankan atau mencapai keseimbangan cairan yang optimal.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Monitor intake dan output cairan
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi
3. Berikan cairan IV sesuai instruksi (RL 1 L dalam 1 jam)
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya rehidrasi dan pencegahan kehilangan cairan lebih lanjut.