Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3088 | 21 Oct 2024
Klinis : pasien bayi baru lahir dengan keluhan napas stridor karena terdapat mekonium
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: P24.0
- Deskripsi: Aspirasi neonatal mekonium
Penjelasan:
- Kode P24.0 dalam ICD-10 merujuk pada aspirasi neonatal mekonium, yang merupakan kondisi di mana bayi baru lahir mengalami kesulitan bernapas akibat terpapar mekonium (feses pertama bayi) dalam saluran pernapasan.
- Kondisi ini sering terjadi pada bayi yang mengalami stres dalam rahim atau selama proses kelahiran, yang menyebabkan bayi mengeluarkan mekonium sebelum kelahiran.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Intubasi endotrakeal
Penjelasan:
- Kode 96.04 dalam ICD-9-CM merujuk pada tindakan intubasi endotrakeal, yang mungkin diperlukan untuk mengelola aspirasi mekonium pada bayi baru lahir.
- Tindakan ini melibatkan memasukkan tabung ke dalam trakea (saluran udara) untuk membantu pernapasan dan membersihkan saluran pernapasan dari mekonium.
Jadi, dalam kasus ini, kode ICD-10 yang sesuai adalah P24.0 (aspirasi neonatal mekonium), dan kode ICD-9-CM prosedur yang mungkin digunakan adalah 96.04 (intubasi endotrakeal) untuk mengelola kondisi tersebut. -
Article No. 3089 | 21 Oct 2024
Klinis : Ny. Tumini 39 tahun datang ke poli THT dengan keluhan kurang lebih 2 bulan ini sering flu, keluar ingus kental dan banyak, berwarna kekuningan mirip nanah dan bau. Terkadang terasa pening dan seperti ada lendir mengalir ditenggorokan. Tidak ada riwayat trauma pada hidung. Rencana akan dilakukan bedah sinus endoskopik.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. Tumini.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Meningkatkan kemampuan pasien untuk membersihkan sekresi dan mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pengisapan lendir, pemberian oksigen, dan terapi inhalasi, serta edukasi mengenai teknik batuk efektif.
2. Nyeri Kronis
Penjelasan:
- SDKI: Nyeri Kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Menurunkan tingkat nyeri yang dialami pasien dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemberian analgetik, terapi relaksasi, dan edukasi mengenai manajemen nyeri.
3. Perubahan Pola Nafas
Penjelasan:
- SDKI: Perubahan Pola Nafas adalah perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau irama pernapasan yang mengganggu pertukaran gas.
- SLKI: Mempertahankan pola napas yang efektif dan mencegah komplikasi akibat perubahan pola napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi pemantauan tanda-tanda vital, terapi oksigen, dan edukasi mengenai teknik pernapasan yang benar.
Dengan diagnosa-diagnosa tersebut, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan Ny. Tumini, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dalam penanganan kondisinya. -
Article No. 2993 | 21 Oct 2024
Klinis : perfusi efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Perfusi Jaringan Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Perfusi Jaringan Efektif didefinisikan sebagai keadaan dimana individu memiliki pemenuhan kebutuhan oksigen dan zat gizi pada tingkat seluler yang adekuat.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa Perfusi Jaringan Efektif adalah:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Warna kulit normal
c. Tidak ada edema
d. Tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan dari diagnosa Perfusi Jaringan Efektif antara lain:
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor perfusi perifer
c. Kaji status cairan
d. Kolaborasi pemberian cairan/nutrisi parenteral jika diperlukan
e. Edukasi pasien dan keluarga terkait pentingnya menjaga perfusi jaringan yang efektif.
Dalam konteks ini, dengan persona pakar dan latar belakang sebagai perawat, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki perfusi jaringan yang efektif, yaitu pemenuhan oksigen dan nutrisi pada tingkat seluler yang adekuat. Hal ini ditandai dengan tanda-tanda vital yang stabil, kulit yang berwarna normal, tidak ada edema, dan tidak ada tanda-tanda gangguan sirkulasi. Perawat dapat memantau kondisi pasien dan memberikan edukasi serta intervensi kolaboratif jika diperlukan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang efektif. -
Article No. 2994 | 21 Oct 2024
Klinis : resiko ketidakseimbangan cairan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi "risiko ketidakseimbangan cairan" dengan format yang terstruktur dan penjelasan detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E87.1
- Deskripsi: Hiponatremia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.01
- Deskripsi: Monitoring cairan, elektrolit, dan nutrisi
Penjelasan:
Kondisi "risiko ketidakseimbangan cairan" dapat diklasifikasikan menggunakan kode ICD-10 E87.1 untuk hiponatremia. Hiponatremia merupakan kondisi dimana kadar natrium dalam darah menurun di bawah normal, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Dalam penanganan kasus ini, prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah monitoring cairan, elektrolit, dan nutrisi, yang dapat dikodekan menggunakan kode ICD-9-CM 89.01. Monitoring ini bertujuan untuk mengawasi dan mengontrol keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh pasien, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi. -
Article No. 2995 | 21 Oct 2024
Klinis : resiko ketidakseimbangan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat yang berpengalaman, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "risiko ketidakseimbangan cairan".
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Definisi:
Keadaan di mana individu berisiko mengalami peningkatan atau penurunan cairan, elektrolit, dan/atau asam-basa yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Kehilangan cairan melalui saluran cerna, kulit, atau saluran napas.
2. Keterbatasan asupan cairan.
3. Gangguan fungsi ginjal.
4. Gangguan metabolisme cairan dan elektrolit.
5. Perubahan status hemodinamik.
SDKI:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan
SLKI:
1. Keseimbangan Cairan Terpelihara
2. Elektrolit Serum dalam Batas Normal
3. Asam-Basa Serum dalam Batas Normal
SIKI:
1. Manajemen Cairan
2. Pemantauan Cairan dan Elektrolit
3. Edukasi Perawatan Diri Terkait Cairan dan Elektrolit
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mengatasi risiko ketidakseimbangan cairan pada pasien, sehingga dapat mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 2996 | 21 Oct 2024
Klinis : resiko ketidakseimbangan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko ketidakseimbangan cairan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Cairan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Ketidakseimbangan Cairan didefinisikan sebagai risiko perubahan volume dan/atau komposisi cairan yang melebihi batas normal, yang dapat membahayakan kesehatan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti intake cairan yang tidak adekuat, kehilangan cairan yang berlebihan, atau gangguan mekanisme pengaturan cairan dalam tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan risiko ketidakseimbangan cairan adalah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan, tidak terjadi dehidrasi atau kelebihan cairan, serta tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko ketidakseimbangan cairan meliputi:
1. Pemantauan intake dan output cairan
2. Pemberian cairan sesuai kebutuhan
3. Pengaturan diet dan asupan cairan
4. Edukasi kepada klien dan keluarga tentang pentingnya menjaga keseimbangan cairan
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan.
Penanganan yang tepat dan terencana dengan berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu mencegah dan mengatasi risiko ketidakseimbangan cairan pada klien. -
Article No. 2997 | 21 Oct 2024
Klinis : mengeluh nyeri perut kanan bawah nyeri tekan perut kanan bawah wbc 15 000 riwyar demam 2 har lalu malas makan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dokter yang terhormat,
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu nyeri perut kanan bawah, nyeri tekan di perut kanan bawah, leukositosis (wbc 15.000), riwayat demam 2 hari lalu, serta malas makan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K35.80
- Deskripsi: Apendiksitis akut tanpa perforasi atau abses
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 47.01
- Deskripsi: Apendektomi, terbuka
Penjelasan:
- Kode ICD-10 K35.80 menggambarkan apendiksitis akut tanpa perforasi atau abses. Gejala seperti nyeri perut kanan bawah, nyeri tekan, demam, dan leukositosis tinggi mengarah pada diagnosis ini.
- Kode ICD-9-CM 47.01 untuk apendektomi terbuka merupakan tindakan operatif yang mungkin diperlukan untuk mengatasi apendiksitis akut.
Catatan: Diagnosis dan tindakan medis yang tepat harus ditentukan setelah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya oleh dokter yang menangani secara langsung.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jangan ragu untuk menanyakan hal lain jika diperlukan.
Hormat kami,
[Nama Asisten] -
Article No. 2998 | 21 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan nyeri pada kaki karena kolestrol naik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu/Bapak yang saya hormati. Berikut saya sampaikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi yang Anda paparkan:
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Kronik berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Nyeri Kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang sedang atau sudah terjadi, dengan onset yang lambat, berlangsung lama, dan menetap.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Tujuan: Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri dan mampu mengelola nyeri secara efektif.
Kriteria Hasil: 1) Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri, 2) Pasien mendemonstrasikan teknik pengelolaan nyeri yang efektif, 3) Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan beraktivitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Intervensi:
a. Manajemen Nyeri: Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, memantau respon pasien terhadap intervensi, dan mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri.
b. Edukasi Kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi terkait penyebab, gejala, dan pengelolaan nyeri akibat peningkatan kolesterol.
c. Kolaborasi: Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter) untuk penanganan medis terkait peningkatan kolesterol.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Ibu/Bapak. Apabila ada pertanyaan lebih lanjut, silakan disampaikan. Wassalamualaikum wr. wb. -
Article No. 2999 | 21 Oct 2024
Klinis : mengeluh nyeri perut kanan bawah nyeri tekan perut kanan bawah wbc 15 000 riwyar demam 2 har lalu malas makan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan gejala yang Anda paparkan, yaitu nyeri perut kanan bawah, nyeri tekan perut kanan bawah, leukositosis (WBC 15.000), riwayat demam 2 hari lalu, dan penurunan nafsu makan, dapat diduga bahwa pasien mengalami kondisi :
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi/infeksi di abdomen kanan bawah.
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang diuraikan dalam istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Nyeri: Pengurangan rasa sakit yang dilaporkan atau perilaku yang menunjukkan rasa sakit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk memfasilitasi pengurangan rasa sakit dan peningkatan toleransi terhadap nyeri yang dapat diterima.
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital: Observasi dan pencatatan denyut nadi, suhu, tekanan darah, laju pernafasan, dan saturasi oksigen.
- Edukasi Kesehatan: Pemberian informasi yang terstruktur dan terencana untuk mendorong perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kesehatan.
Persona: Pakar, Nurse
Tone: Akademis -
Article No. 3000 | 21 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis awal adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin dilakukan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, kaku, dengan biopsi(s) transbroncial
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 mengindikasikan tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis. Ini sesuai dengan kondisi pasien yang menunjukkan gejala-gejala tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan penurunan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru.
- Kode ICD-9-CM 33.24 menunjukkan prosedur bronkoskopi kaku dengan biopsi transbroncial. Ini merupakan salah satu tindakan diagnostik yang mungkin dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru, dengan mengambil sampel jaringan paru melalui bronkoskopi.
Catatan: Penegakan diagnosis tuberkulosis paru memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, seperti pemeriksaan sputum untuk deteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, tes kulit tuberkulin, atau pemeriksaan radiologi lanjutan. Kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang diberikan di atas merupakan kode awal berdasarkan diagnosis sementara.