Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3100 | 22 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan khawatir terhadap kondisi kesehatan, pasien mengeluh sulit tidur dan tekanan darah meningkat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dalam kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap ancaman yang tidak jelas dan bersifat subjektif, yang ditandai dengan ketegangan, kekhawatiran, dan gejala fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Koping efektif
3. Istirahat dan tidur terpenuhi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Kecemasan
2. Terapi Relaksasi
3. Peningkatan Manajemen Stres
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menyarankan untuk melakukan pendekatan holistik dalam menangani kondisi pasien ini. Selain mengidentifikasi dan mengatasi faktor penyebab kecemasan, seperti kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan dan masalah tidur, perlu juga dilakukan intervensi untuk membantu pasien mengembangkan strategi koping yang efektif. Hal ini dapat mencakup teknik relaksasi, manajemen stres, dan dukungan psikologis. Dengan kolaborasi yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan, diharapkan dapat mencapai luaran yang diinginkan, yaitu penurunan tingkat kecemasan, peningkatan kemampuan koping, serta pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. -
Article No. 3101 | 22 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan khawatir terhadap kondisi kesehatan, pasien mengeluh sulit tidur dan tekanan darah meningkat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
Kecemasan
Penjelasan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui. Kecemasan yang dialami pasien ini ditandai dengan keluhan sulit tidur dan tekanan darah meningkat, serta adanya rasa khawatir terhadap kondisi kesehatan.
Penjelasan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan kecemasan ini adalah pasien dapat menunjukkan penurunan tingkat kecemasan, seperti tidur yang lebih baik, tekanan darah yang terkendali, serta kemampuan pasien dalam mengatasi rasa khawatir terhadap kondisi kesehatannya.
Penjelasan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada pasien ini antara lain:
1. Manajemen kecemasan: Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor penyebab kecemasan.
2. Terapi relaksasi: Mengajarkan dan memfasilitasi teknik-teknik relaksasi, seperti teknik pernapasan dalam, visualisasi, atau terapi musik, untuk membantu pasien menurunkan tingkat kecemasan.
3. Edukasi kesehatan: Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyebab, tanda-tanda, dan strategi penanganan kecemasan.
4. Konseling: Memberikan dukungan emosional dan bimbingan kepada pasien dalam menghadapi dan mengatasi kecemasan yang dialaminya.
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat mengelola kecemasan yang dialami, meningkatkan kualitas tidur, serta mencapai stabilitas tekanan darah, sehingga kondisi kesehatan secara keseluruhan dapat terkendali. -
Article No. 3102 | 22 Oct 2024
Klinis : Trombositopeni Demam naik turun Mual Nyeri perut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Penurunan Jumlah Trombosit pada Kasus Trombositopenia.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan jumlah trombosit yang dapat menyebabkan risiko terjadinya perdarahan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda perdarahan, mempertahankan status hemodinamik yang stabil, dan tidak terjadi komplikasi perdarahan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Pemantauan tanda-tanda vital, pemeriksaan jumlah trombosit, manajemen aktivitas, manajemen nutrisi, dan terapi farmakologis untuk meningkatkan jumlah trombosit.
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi pada Kasus Demam Naik Turun.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Peningkatan suhu tubuh di atas normal yang dapat disebabkan oleh proses infeksi.
SLKI:
- Pasien mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, tidak terjadi komplikasi akibat hipertermia, dan gejala infeksi berkurang.
SIKI:
- Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen cairan dan elektrolit, manajemen lingkungan, dan terapi farmakologis untuk mengatasi hipertermia.
3. Mual Berhubungan dengan Proses Penyakit pada Kasus Mual.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Perasaan tidak nyaman yang muncul akibat adanya rangsangan pada pusat muntah di otak.
SLKI:
- Pasien mampu mempertahankan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, tidak terjadi dehidrasi, dan gejala mual berkurang.
SIKI:
- Manajemen nutrisi, manajemen obat anti-mual, dan teknik relaksasi untuk mengatasi mual.
4. Nyeri Akut Berhubungan dengan Proses Penyakit pada Kasus Nyeri Perut.
Penjelasan Singkat:
SDKI:
- Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan atau potensi kerusakan jaringan di area perut.
SLKI:
- Pasien mampu mengontrol nyeri, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan tidak terjadi komplikasi akibat nyeri.
SIKI:
- Pengkajian nyeri, manajemen nyeri farmakologis dan non-farmakologis, serta edukasi manajemen nyeri.
Dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 3103 | 22 Oct 2024
Klinis : Pasien mengeluh demam sejak 2 hari yang lalu disertai batuk pilek, nyeri telan pusing
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkatnya menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses patologis penyakit akut.
Penjelasan:
- SDKI: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.
- SLKI: Tujuan dari penanganan hipertermia adalah untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen demam, manajemen cairan, dan pemantauan tanda-tanda vital.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret yang berlebihan.
Penjelasan:
- SDKI: Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret atau benda asing dari saluran napas.
- SLKI: Tujuan dari penanganan bersihan jalan napas tidak efektif adalah untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekret atau benda asing.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas, manajemen batuk, dan pengisapan lendir.
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Penjelasan:
- SDKI: Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- SLKI: Tujuan dari penanganan nyeri akut adalah untuk mempertahankan kontrol nyeri.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, pemberian analgesik, dan terapi komplementer.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat -
Article No. 3104 | 22 Oct 2024
Klinis : Benjolan di punggung sejak 6 bulan, nyeri jika telentang Rencana pembedahan besok
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan pembengkakan/benjolan di punggung
Penjelasan:
Berdasarkan gejala yang Anda sampaikan, yaitu adanya benjolan di punggung sejak 6 bulan dan nyeri saat telentang, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut (NANDA-I, 2018).
Dalam standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI), Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Terkait rencana pembedahan besok, hal ini dapat menjadi penyebab atau pemicu dari nyeri akut yang Anda alami. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terkait lokasi, karakteristik, durasi, dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri tersebut.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menyebutkan bahwa luaran yang diharapkan dari Nyeri Akut adalah Nyeri Terkontrol, dengan kriteria hasil seperti skala nyeri menurun, pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi nyeri, dan pasien dapat melakukan manajemen nyeri secara mandiri.
Selanjutnya, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyediakan intervensi-intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi dingin/panas, dan edukasi terkait nyeri serta manajemen nyeri.
Saya harap penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran awal tentang kondisi Anda dan rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan. Jangan ragu untuk bertanya lebih lanjut jika Anda membutuhkan informasi tambahan. -
Article No. 3105 | 22 Oct 2024
Klinis : pasien mengalami penurunan berat badan, nafsu makan menurun, sariawan, diare 5 x sehari ada bercak darah, mual muntah. pasien mengatakan banyak pikiran sehingga merasa stres
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Malnutrisi terkait penurunan asupan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan diare.
2. Stres psikologis terkait beban pikiran yang menyebabkan mual dan muntah.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Malnutrisi: Ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang menyebabkan penurunan berat badan, gangguan fungsi tubuh, dan peningkatan risiko komplikasi.
Stres Psikologis: Ketidakmampuan individu untuk beradaptasi dengan tuntutan lingkungan atau masalah internal yang mengancam kesejahteraan fisik dan psikologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Malnutrisi: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan berat badan ideal, asupan nutrisi yang adekuat, dan tidak terjadi komplikasi.
Stres Psikologis: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengelola stres dengan baik, menunjukkan tanda-tanda penurunan stres, dan dapat beradaptasi dengan situasi yang menekan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Malnutrisi: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian status nutrisi, pemberian edukasi nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi, dan monitoring asupan nutrisi.
Stres Psikologis: Intervensi yang dapat dilakukan adalah pengkajian stres, pemberian teknik relaksasi, konseling, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan mental.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, dan mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berpedoman pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk membantu pasien mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 3106 | 22 Oct 2024
Klinis : pasien mengalami penurunan berat badan, nafsu makan menurun, sariawan, diare 5 x sehari ada bercak darah, mual muntah. pasien mengatakan banyak pikiran sehingga merasa stres
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan gastrointestinal yang disertai dengan stres psikologis. Berikut adalah kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R63.4
- Deskripsi: Penurunan berat badan tidak dapat dijelaskan
2. Kode ICD-10:
- Kode: R63.0
- Deskripsi: Anoreksia
3. Kode ICD-10:
- Kode: K12.0
- Deskripsi: Stomatitis aftosa (sariawan)
4. Kode ICD-10:
- Kode: K52.9
- Deskripsi: Gastroenteritis dan kolitis tidak spesifik
5. Kode ICD-10:
- Kode: R11.0
- Deskripsi: Mual
6. Kode ICD-10:
- Kode: R11.2
- Deskripsi: Muntah, tidak diklasifikasikan di tempat lain
7. Kode ICD-10:
- Kode: R45.0
- Deskripsi: Nervositas
Tidak terdapat kode ICD-9-CM untuk tindakan medis yang spesifik berdasarkan gejala yang dilaporkan. Penanganan yang mungkin dilakukan adalah:
- Evaluasi diagnostik, termasuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pencitraan (jika diperlukan) untuk mengetahui penyebab gejala-gejala yang dialami.
- Pemberian terapi simptomatik, seperti antiemetik (untuk mual-muntah), antidiare (untuk diare), dan obat analgesik (jika diperlukan).
- Konseling dan terapi psikologis untuk mengatasi stres dan gangguan psikologis yang mungkin mendasari kondisi pasien.
Catatan: Diagnosis dan penanganan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional berdasarkan evaluasi menyeluruh atas kondisi pasien. -
Article No. 3107 | 22 Oct 2024
Klinis : Ny. R berusia 40 tahun, BB 54 kg, dirawat dengan GEA. Hasil pengkajian didapatkan muntah setiap kali makan dan minum sejak 2 hari yang lalu, buang air besar cair 5-6 kali sehari. Mata cekung, bibir kering, mukosa mulut kering, dan pasien mengeluh haus. Tekanan 90/60 mmHg, Nadi 120x/mnt, Temperatur: 37,8°C. Pasien mendapat Instruksi Loading Cairan RL 1 Liter dalam 1 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. R yang disajikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Berkurangnya cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Faktor yang Berhubungan: Peningkatan kehilangan cairan melalui saluran cerna.
- Gejala dan Tanda: Muntah, diare, mata cekung, bibir dan mukosa mulut kering, turgor kulit buruk, tekanan darah rendah, nadi cepat.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Cairan
- Tujuan: Pasien menunjukkan kecukupan volume cairan yang adekuat.
- Intervensi: Pantau intake dan output cairan, pantau tanda-tanda dehidrasi, kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai instruksi.
Luaran Asuhan Keperawatan (SIKI):
1. Keseimbangan Cairan
- Definisi: Kemampuan tubuh untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan yang adekuat.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik, seperti mukosa mulut lembab, turgor kulit baik, dan tekanan darah normal.
Penjelasan Singkat:
Ny. R mengalami gejala-gejala defisit volume cairan akibat muntah dan diare yang terjadi sejak 2 hari yang lalu. Hal ini menyebabkan berkurangnya cairan di dalam tubuh, sehingga perlu dilakukan manajemen cairan untuk mengembalikan keseimbangan cairan yang adekuat. Intervensi utama adalah memantau intake dan output cairan, serta kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai instruksi medis. Tujuannya adalah agar pasien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang baik, seperti mukosa mulut lembab, turgor kulit baik, dan tekanan darah normal. -
Article No. 3108 | 22 Oct 2024
Klinis : Ny. R berusia 40 tahun, BB 54 kg, dirawat dengan GEA. Hasil pengkajian didapatkan muntah setiap kali makan dan minum sejak 2 hari yang lalu, buang air besar cair 5-6 kali sehari. Mata cekung, bibir kering, mukosa mulut kering, dan pasien mengeluh haus. Tekanan 90/60 mmHg, Nadi 120x/mnt, Temperatur: 37,8°C. Pasien mendapat Instruksi Loading Cairan RL 1 Liter dalam 1 jam.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Ny. R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif yang ditandai dengan muntah, diare, mata cekung, bibir kering, mukosa mulut kering, dan pasien mengeluh haus.
Penjelasan Singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia): Defisit Volume Cairan didefinisikan sebagai keadaan di mana individu mengalami kekurangan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi Defisit Volume Cairan adalah pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti turgor kulit baik, membran mukosa lembab, produksi urin normal, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Defisit Volume Cairan meliputi pemberian cairan intravena, pemantauan status hidrasi, pembatasan asupan cairan, dan edukasi tentang manajemen kehilangan cairan.
Dalam kasus Ny. R, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian cairan intravena RL 1 Liter dalam 1 jam sesuai instruksi dokter, pemantauan tanda-tanda vital dan status hidrasi, serta edukasi tentang manajemen diare dan muntah. -
Article No. 3109 | 22 Oct 2024
Klinis : Kasus IV Seorang wanita pascamenopause berusia 52 tahun datang ke unit gawat darurat pada Februari 2023 dengan gejala sakit kepala berat dan kebingungan. Pasien tidak menunjukkan tanda atau gejala positif lainnya. Karena pasien aktif dan dapat melakukan aktivitas perawatan diri > 50%, status kinerjanya skala 2 menurut skala performa Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG). Pasien awalnya datang dengan benjolan di kuadran luar atas payudara kanan setahun yang lalu. Pada saat itu, pasien tidak memiliki penyakit penyerta atau gejala lain. Biopsi dengan panduan ultrasound dari lesi payudara mengonfirmasi keganasan, dan pemeriksaan imunohistokimia selanjutnya menunjukkan ekspresi negatif dari reseptor estrogen (Er), progesteron (Pr), dan human epidermal growth factor 2 (HER2/neu). Pasien menjalani pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemindaian tulang dan CT seluruh tubuh, yang melaporkan bahwa terdapat tumor terbatas pada payudara dan aksila kanan. Pasien didiagnosis dengan tumor stadium 3 menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC edisi ke-8). Pasien memulai terapi sistemik neo-adjuvant dengan empat siklus doxorubicin, siklofosfamid, dan pembrolizumab, diikuti oleh empat siklus paklitaksel, karboplatin, dan pembrolizumab. Pasien menjalani mastektomi parsial dengan diseksi kelenjar getah bening aksila lengkap, dan laporan patologi menunjukkan tidak adanya penyakit sisa. Enam minggu setelah operasi, pasien mengalami sakit kepala berat, mual, dan muntah. Beberapa pemeriksaan MRI otak dan tulang belakang tidak menunjukkan kelainan spesifik, sementara analisis dan mikroskopi cairan serebrospinal (CSF) melaporkan keberadaan sel-sel ganas, yang mengonfirmasi adanya karcinomatosis leptomeningeal. Pasien menjalani terapi metotreksat intratekal dan menyelesaikan 12 siklus mingguan sebelum kembali ke unit gawat darurat rumah sakit dengan keluhan sakit kepala berat dan kebingungan pada Februari 2023. Pemindaian CT ulang otak menunjukkan tidak adanya lesi massa definitif (Gambar 1), sementara analisis dan mikroskopi ulang cairan kraniospinal (CSF) mengungkapkan sel-sel ganas dalam cairan (Gambar 2–3), yang mengonfirmasi keberlanjutan karcinomatosis leptomeningeal. Hal ini dianggap sebagai perkembangan dari kanker payudara triple-negatif yang sudah ada sebelumnya, yang awalnya didiagnosis pada Januari 2022. Seperti yang disebutkan sebelumnya, kanker payudara triple-negatif pasien pertama kali teridentifikasi sebagai benjolan berukuran 8 cm × 5 cm di payudara kanan. Studi pencitraan, termasuk CT dada (Gambar 4) dan MRI payudara (Gambar 5), mengonfirmasi keberadaan massa dan kelenjar getah bening aksila ipsilateral. Karena kondisi pasien semakin memburuk dan karcinomatosis leptomeningeal terus berlanjut, tim onkologi medis merujuk pasien ke perawatan paliatif. Tim perawatan paliatif memulai manajemen medis untuk mengendalikan gejala pasien, yang meliputi penggunaan analgesik opioid, kortikosteroid, antiemetik, dan laksatif. Dexamethasone 4 mg secara intravena, 3x1, bersama dengan pantoprazole 40 mg intravena, mulai diberikan. Kodein-parasetamo-l mengendalikan nyeri dengan baik, dan polyethylene glycol digunakan untuk mencegah konstipasi yang disebabkan oleh opioid. Ondansetron 8 mg intravena 1x1 dan Metoclopramide 10 mg intravena diberikan saat diperlukan diberikan untuk mengendalikan mual dan muntah. Pasien dan keluarganya diberikan informasi terperinci tentang penyakit, prognosis, dan pentingnya rencana perawatan lanjutan. Tim perawatan paliatif memastikan bahwa preferensi pasien menjadi prioritas utama dan berkomitmen untuk mencapai kontrol gejala yang lengkap serta kualitas hidup yang optimal bagi pasien dan keluarganya. Within 24 hours of meeting with the palliative care team, the patient's symptoms were controlled, and the patient reported minimal pain (2/10) according to the numerical pain scale [11]. The patient and her husband expressed a desire to return to their home country for further management and to be closer to their family. The patient was discharged and travelled to her home country without any complications or symptoms. Dalam waktu 24 jam setelah bertemu dengan tim perawatan paliatif, gejala pasien berhasil dikendalikan, dan pasien melaporkan nyeri minimal (2/10) menurut skala nyeri numerik. Pasien dan suaminya menyatakan keinginan untuk kembali ke negara asal mereka untuk perawatan lebih lanjut dan untuk lebih dekat dengan keluarga mereka. Pasien dipulangkan dan melakukan perjalanan ke negara asalnya tanpa komplikasi atau gejala.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat diterapkan untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan karsinomatosis leptomeningeal (SDKI: Gangguan Perfusi Serebral)
2. Mual dan muntah berhubungan dengan efek samping terapi (SDKI: Mual Muntah)
3. Nyeri akut berhubungan dengan karsinomatosis leptomeningeal (SDKI: Nyeri Akut)
4. Risiko ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan (SLKI: Manajemen Kesehatan)
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Perfusi Serebral: Karsinomatosis leptomeningeal menyebabkan gangguan pada perfusi serebral, yang dapat menimbulkan gejala sakit kepala berat dan kebingungan pada pasien.
2. Mual Muntah: Efek samping terapi sistemik, seperti kemoterapi, dapat menyebabkan mual dan muntah pada pasien.
3. Nyeri Akut: Karsinomatosis leptomeningeal dapat menyebabkan nyeri kepala berat pada pasien.
4. Manajemen Kesehatan: Pasien mengalami perubahan kondisi kesehatan yang signifikan, sehingga memerlukan manajemen kesehatan yang efektif.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Perfusi Serebral: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik, dan intervensi keperawatan.
- Mual Muntah: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik, dan intervensi keperawatan.
- Nyeri Akut: Definisi, faktor yang berhubungan, karakteristik, dan intervensi keperawatan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Kesehatan: Definisi, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang sesuai untuk mengatasi gangguan perfusi serebral, mual muntah, nyeri akut, dan manajemen kesehatan.
Dengan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien, serta membantu mencapai kontrol gejala yang optimal dan kualitas hidup yang baik bagi pasien dan keluarganya.