Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5147 | 09 Nov 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki T'n. 1, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan hatuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, hatuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan ohat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan % porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet ТКТР. ТВ: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab "yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena hatuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secara mandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang Infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak herwarna kuning. Selama di rawat passen mengatakan sudah 5 hari tidak BAR, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6-8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV TD 90/60 mmHg, S 36°C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/ul. Ht 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6.4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92% Limfosit: 20.0% Monosit: 7.7% Jumlah Eosinolil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13.0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal: 0,7-1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L. Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 (SP) (normal:-/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB: hasil probe A,B,C,D,E positif (normal: negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven pulmicor/B jam
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru, dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.02
- Deskripsi: Pemberian cairan intravena
Penjelasan:
- Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru, dengan pemeriksaan mikrobiologis atau histologis positif. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yang menunjukkan hasil positif (+3) dan hasil tes cepat Xpert MTB yang positif.
- Kode ICD-9-CM 99.02 merupakan kode untuk pemberian cairan intravena, yang sesuai dengan terapi cairan infus yang diberikan kepada pasien. -
Article No. 5148 | 09 Nov 2024
Klinis : Kasus resiko disorganisasi perilaku bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Disorganisasi Perilaku Bayi
Definisi:
Risiko terjadinya pola perilaku bayi yang tidak kohesif dan tidak terkoordinasi, yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Penyebab Potensial:
1. Kemampuan bayi yang belum matang
2. Interaksi ibu-bayi yang tidak optimal
3. Lingkungan yang tidak mendukung
Gejala dan Tanda:
1. Pola tidur yang tidak teratur
2. Kesulitan dalam mengatur fungsi fisiologis (contoh: makan, eliminasi)
3. Respons emosional yang tidak stabil
4. Ketidakmampuan bayi untuk menenangkan diri
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Observasi tanda-tanda vital dan pola tidur bayi secara berkala
2. Fasilitasi interaksi ibu-bayi yang positif
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi bayi
4. Ajarkan teknik-teknik menenangkan bayi (contoh: bouncing, swaddling)
5. Berikan dukungan dan edukasi bagi orang tua
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Bayi menunjukkan pola tidur yang teratur
2. Bayi dapat mengatur fungsi fisiologis dengan baik
3. Bayi menunjukkan respons emosional yang stabil
4. Bayi dapat menenangkan diri dengan bantuan
Dokumentasi (SDKI):
1. Pola tidur bayi
2. Kemampuan bayi dalam mengatur fungsi fisiologis
3. Respons emosional bayi
4. Kemampuan bayi dalam menenangkan diri
Penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI ini akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengelola risiko disorganisasi perilaku bayi. -
Article No. 5149 | 09 Nov 2024
Klinis : Hiperemisis gravidarum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Hiperemisis gravidarum.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berlebihan (Hiperemisis Gravidarum)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hiperemisis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, yang dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan. Kondisi ini dapat terjadi pada 0,5-2% kehamilan dan biasanya terjadi pada trimester pertama.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari pengelolaan hiperemisis gravidarum adalah:
1. Tidak terjadi dehidrasi
2. Asupan cairan dan nutrisi adekuat
3. Berat badan stabil atau meningkat
4. Tidak terjadi komplikasi, seperti gangguan elektrolit atau masalah ginjal
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Mual dan Muntah
2. Manajemen Cairan dan Elektrolit
3. Edukasi Gizi Ibu Hamil
4. Kolaborasi Pemberian Antiemetik dan Obat-obatan lain
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pendekatan holistik dalam mengelola kondisi hiperemisis gravidarum ini. Tujuan utamanya adalah mencegah komplikasi, mempertahankan status hidrasi dan nutrisi ibu, serta memberikan dukungan emosional selama masa kehamilannya. -
Article No. 5150 | 09 Nov 2024
Klinis : Ny. R datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto rujukan dari Puskesmas Jatilawang pada hari Rabu, 19 April 2017 dengan keluhan sesak napas terjadi saat melakukan aktivitas ringan maupun sedang, sesak napas bertambah apabila posisi tidur terlentang, jantung berdebar-debar, dada kadang terasa nyeri namun tidak menjalar, mudah lelah dan bengkak pada kedua kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, untuk kondisi pasien Ny. R yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosis keperawatan beserta penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan atau menyesuaikan ventilasi yang memadai, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan oksigen/karbondioksida.
- Karakteristik Utama: Sesak napas saat melakukan aktivitas, bertambah saat posisi terlentang, dan adanya perubahan ritme napas.
2. Penurunan Curah Jantung (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Karakteristik Utama: Palpitasi, nyeri dada, dan edema perifer.
3. Kelelahan (SDKI)
- Definisi: Pengalaman subjektif dan objektif akan kurangnya energi dan kemampuan untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Karakteristik Utama: Mudah lelah saat melakukan aktivitas.
Penjelasan Singkat Berdasarkan Standar SLKI dan SIKI:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (SDKI)
- Luaran Keperawatan (SLKI): Pemulihan Pola Napas
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan pola napas
- Manajemen jalan napas
- Oksigenasi
2. Penurunan Curah Jantung (SDKI)
- Luaran Keperawatan (SLKI): Pemulihan Fungsi Kardiovaskular
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan tanda-tanda vital
- Manajemen cairan
- Terapi titrasi obat
3. Kelelahan (SDKI)
- Luaran Keperawatan (SLKI): Peningkatan Energi
- Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen aktivitas
- Terapi istirahat
- Edukasi manajemen energi
Harap diingat bahwa diagnosis keperawatan dan intervensi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi klinis pasien dan hasil pengkajian yang lebih lengkap. -
Article No. 5151 | 09 Nov 2024
Klinis : Terapi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah contoh diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Terapi Aktivitas:
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Mobilitas Fisik
Definisi:
Keterbatasan dalam gerak fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penurunan kemampuan dalam melakukan gerakan yang terkoordinasi
- Nyeri saat bergerak
- Penurunan rentang gerak sendi
- Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Peningkatan kemampuan mobilisasi
- Peningkatan rentang gerak
- Peningkatan kekuatan otot
- Peningkatan toleransi aktivitas
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Aktivitas
- Latihan Rentang Gerak
- Latihan Kekuatan Otot
- Manajemen Nyeri
Penjelasan Singkat:
Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik menggambarkan kondisi keterbatasan gerak fisik yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, ketahanan, atau fleksibilitas otot. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan termasuk Terapi Aktivitas, Latihan Rentang Gerak, Latihan Kekuatan Otot, dan Manajemen Nyeri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan mobilisasi, rentang gerak, kekuatan otot, dan toleransi aktivitas pasien. -
Article No. 5152 | 09 Nov 2024
Klinis : luks herpes kemerahan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan Integritas Kulit
Penjelasan:
Kerusakan Integritas Kulit adalah kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan yang lebih dalam. Kondisi luka herpes kemerahan menunjukkan adanya kerusakan pada lapisan kulit, sehingga diagnosa ini sesuai.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan yang lebih dalam.
- Faktor Risiko: Infeksi, gangguan sirkulasi, malnutrisi, imobilitas.
- Gejala dan Tanda: Kulit merah, luka, bengkak, nyeri.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit membaik, luka sembuh.
- Indikator: Luka membaik, tidak ada tanda infeksi, nyeri berkurang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Perawatan luka, penatalaksanaan infeksi, manajemen nyeri.
- Aktivitas: Membersihkan luka, mengaplikasikan obat topikal, memantau tanda infeksi.
Sebagai seorang pakar perawat, saya menyarankan agar Anda segera mendapatkan perawatan medis yang sesuai untuk menangani kondisi luka herpes Anda. Penanganan yang cepat dan tepat akan membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 5153 | 09 Nov 2024
Klinis : sesak napas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Pola Napas Tidak Efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi yang adekuat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perubahan mekanis pada sistem pernapasan, gangguan neurologis, atau ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan kemampuan pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi Pola Napas Tidak Efektif adalah Perbaikan Pola Napas, yang ditandai dengan adanya frekuensi pernapasan yang normal, penggunaan otot pernapasan yang efektif, serta oksigenasi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Pola Napas Tidak Efektif antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital, terutama frekuensi pernapasan dan oksigenasi.
2. Pemberian oksigen, jika diperlukan, untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
3. Pengaturan posisi yang dapat memfasilitasi ekspansi dada, seperti posisi semifowler atau side-lying.
4. Latihan pernapasan yang dapat meningkatkan efektivitas pernapasan.
5. Edukasi pasien dan keluarga mengenai manajemen gejala dan proses penyakit.
Dengan menggunakan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah Pola Napas Tidak Efektif pada pasien. -
Article No. 5154 | 09 Nov 2024
Klinis : sputum
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi sputum.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Definisi:
Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret/kotoran dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
Faktor Terkait:
- Produksi sekret yang berlebihan
- Kelemahan otot-otot pernapasan
- Penyakit paru-paru kronis
Gejala dan Tanda Mayor:
- Sputum yang berlebihan
- Suara napas tambahan (crackles, wheezing)
- Batuk tidak efektif
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00031
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret/kotoran dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang bebas.
- Faktor Terkait: Produksi sekret yang berlebihan, Kelemahan otot-otot pernapasan, Penyakit paru-paru kronis.
- Gejala dan Tanda Mayor: Sputum yang berlebihan, Suara napas tambahan (crackles, wheezing), Batuk tidak efektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 0410
- Judul Luaran: Bersihan Jalan Napas
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan jalan napas yang bebas dari sekresi atau obstruksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 3140
- Judul Intervensi: Manajemen Jalan Napas
- Definisi: Mempertahankan atau memulihkan jalan napas yang bebas dari obstruksi.
- Aktivitas Utama: Auskultasi suara napas, Lakukan suction jika perlu, Berikan oksigen, Lakukan latihan batuk dan ekspektorasi.
Dalam konteks ini, perawat akan melakukan penilaian terhadap kondisi jalan napas pasien, memantau produksi sputum, dan melakukan intervensi keperawatan seperti suction, pemberian oksigen, serta latihan batuk dan ekspektorasi untuk mempertahankan jalan napas yang bebas. -
Article No. 5086 | 09 Nov 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Tidak mampu untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
- Tanda dan Gejala: Batuk berdahak, suara napas bronkial, sesak napas.
- Faktor Terkait: Penyakit paru (tuberkulosis paru).
2. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Tanda dan Gejala: Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.
- Faktor Terkait: Penyakit kronis (tuberkulosis paru).
3. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Tidak dapat bertoleransi terhadap aktivitas fisik.
- Tanda dan Gejala: Kelelahan, sesak napas saat beraktivitas.
- Faktor Terkait: Penyakit paru (tuberkulosis paru), ketidakseimbangan nutrisi.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh PPNI, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien ini adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh, dan Intoleransi Aktivitas. Diagnosa-diagnosa ini mencakup masalah utama yang dialami pasien dan menjadi fokus intervensi keperawatan. -
Article No. 5087 | 09 Nov 2024
Klinis : Pola Nafas Tidak Efektif
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang [perekam medis/dokter], saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R06.0
- Deskripsi: Dispnea (sesak napas)
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Ventilasi mekanis, tidak spesifik lainnya
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R06.0 (Dispnea) digunakan untuk menggambarkan kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", yang merupakan gangguan pernapasan yang ditandai dengan kesulitan bernapas atau sesak napas. Kode ini mencakup berbagai jenis dispnea, termasuk dispnea paroksismal nokturnal, dispnea orthopnea, dispnea saat istirahat, dan dispnea saat beraktivitas.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Ventilasi mekanis, tidak spesifik lainnya) dapat digunakan untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan untuk menangani kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif". Ini dapat mencakup penggunaan ventilasi mekanis, seperti penggunaan alat bantu pernapasan, untuk membantu pasien bernapas secara efektif.
Dalam penanganan kondisi "Pola Nafas Tidak Efektif", tindakan medis yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemberian oksigen tambahan
- Penggunaan ventilasi mekanis, seperti ventilator atau CPAP
- Penanganan penyebab dasar, seperti penyakit paru, kegagalan jantung, atau gangguan neurologis
- Tindakan fisioterapi untuk meningkatkan fungsi pernapasan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen penyakit dan teknik pernapasan