Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3280 | 23 Oct 2024
Klinis : eorang bayi laki-laki lahir di RS.E dengan usia gestasi 35 minggu dan berat badan lahir 2700 gram. Ibu melahirkan dengan seksio sesarea dengan indikasi KPD (ketuban pecah dini) lebih dari 24 jam dan ibu mengalami demam. Pada saat lahir kondisi bayi menangis lemah (grunting, sesak, retraksi dinding dada dan tampak sianosis) lalu mendapat alat bantu napas CPAP. Pada saat usia perawatan 12 jam bayi menunjukkan pemburukan kondisi yaitu mengalai henti napas berulang, malam minum, kulit tampak motling dan dokter mencurigai penyebab distres napas adalah bayi mengalami sepsis. Berdasarkan kasus di atas jenis sepsis yang kemungkinan dialami oleh bayi tersebut yaitu… Select one: a. Syok sepsis b. Late onset sepsis c. Early neonatal sepsis d. Sepsis Neonatus awitan dini e. Sepsis Neonatus awitan Lambat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, bayi laki-laki tersebut kemungkinan mengalami Early Neonatal Sepsis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Gangguan Pola Napas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini: Bayi menunjukkan tanda-tanda distres napas seperti grunting, sesak, dan retraksi dinding dada yang mengindikasikan gangguan pada pola napas.
2. Intoleransi Aktivitas Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini: Bayi menunjukkan pemburukan kondisi dengan henti napas berulang dan malam minum, yang menunjukkan intoleransi terhadap aktivitas.
3. Risiko Ketidakstabilan Suhu Tubuh Berhubungan dengan Sepsis Neonatus Awitan Dini: Ibu mengalami demam selama proses persalinan, dan bayi juga berisiko mengalami ketidakstabilan suhu tubuh akibat sepsis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif
2. Toleransi Aktivitas Membaik
3. Stabilitas Suhu Tubuh Terjaga
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas
2. Manajemen Aktivitas
3. Manajemen Termoregulasi
Berdasarkan kasus tersebut, bayi diduga mengalami Early Neonatal Sepsis, yang merupakan sepsis yang terjadi pada 0-7 hari pertama kehidupan. Hal ini didasarkan pada kondisi bayi yang menunjukkan tanda-tanda distres napas dan pemburukan kondisi pada usia perawatan 12 jam. -
Article No. 3281 | 23 Oct 2024
Klinis : Bayi laki-laki lahir pada usia gestasi 28 minggu secara SC atas indikasi perdarahan karena plasenta previA. Saat lahir bayi mengalami asfiksia berat dan telah dilakukan tindakan resusitasi neonatus. Saat pengkajian bayi di rawat di ruang NICU dengan alat bantu napas CPAP (continous airway pressure) dengan setting FiO2 30% dan PEEP 6 cmH20. Saat pengkajian didapat frekuensi napas 63x/menit. Perawat menduga ada masalah pernapasan pada bayi tersebut. Data pengkajian dari pemeriksaan fisik yang perlu dilengkapi yaitu Select one: a. berat badan bayi saat ini b. penggunaan otot bantu napas c. frekuensi nadi per menit d. pemeriksaan analisis gas darah dari bayi e. pemeriksaan suara napas bayi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan data yang Anda sajikan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah "Pola Napas Tidak Efektif" yang ditandai dengan frekuensi napas 63x/menit dan kebutuhan alat bantu napas CPAP.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Jawaban yang perlu dilengkapi:
d. Pemeriksaan analisis gas darah dari bayi diperlukan untuk mengetahui kondisi oksigenasi dan ventilasi bayi secara objektif. -
Article No. 3282 | 23 Oct 2024
Klinis : Bayi perempuan berusia 2 bulan dibawa untuk kontrol. Ia dilahirkan melalui persalinan pervaginam spontan pada usia kehamilan 38 minggu dari seorang ibu dengan HIV yang memiliki perawatan pranatal kurang baik dan tidak memakai terapi antiretroviral. Bayi menerima zidovudine selama 6 minggu dan 3 dosis nevirapinE. Bayi memiliki tes DNA HIV negatif saat lahir dan negatif pada 21 hari setelah lahir. Menurut Guidelines, manakah tes yang harus dilakukan untuk bayi berusia 2 bulan pada kunjungan ini untuk mengevaluasi lebih lanjut kemungkinan diagnosis HIV pada bayi? Select one: a. Tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR) b. Tes antigen HIV p24 c. Imunosai antigen-antibodi HIV-1/2 d. Rapid test antibodi HIV e. Tes antibodi HIV enzyme immunoassay (EIA)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat dengan keahlian di bidang Diagnosa Keperawatan, saya akan memberikan rekomendasi berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi HIV
Penjelasan:
- Bayi ini memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV karena dilahirkan dari ibu yang HIV positif tanpa terapi antiretroviral yang memadai.
- Meskipun saat lahir dan 21 hari setelah lahir tes DNA HIV negatif, risiko infeksi masih ada dan perlu dievaluasi lebih lanjut.
Tes yang Direkomendasikan:
a. Tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR)
Penjelasan:
- Pada usia 2 bulan, tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR) merupakan tes yang paling akurat untuk mendeteksi infeksi HIV pada bayi.
- Tes ini dapat mendeteksi virus HIV secara langsung dan memberikan hasil positif jika bayi terinfeksi.
- Tes antigen p24, imunoassai antigen-antibodi, rapid test antibodi, dan tes antibodi EIA tidak direkomendasikan pada usia 2 bulan karena belum dapat memberikan hasil yang akurat.
Kesimpulannya, tes virologi (HIV RNA PCR atau HIV DNA PCR) merupakan pilihan yang paling tepat untuk mengevaluasi kemungkinan diagnosis HIV pada bayi berusia 2 bulan dalam kasus ini. -
Article No. 3283 | 23 Oct 2024
Klinis : Nyeri luka tangan kiri terkena pemotong
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan singkat :
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut dicirikan dengan keluhan nyeri, perubahan tanda-tanda vital, ekspresi wajah, perubahan perilaku, dan distres. Penyebabnya dapat berupa cedera, penyakit, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan relaksasi, dan dapat beraktivitas tanpa hambatan akibat nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen nyeri, pemberian analgesik, terapi modalitas nyeri, dan edukasi manajemen nyeri.
Sebagai perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif untuk mengetahui karakteristik nyeri, riwayat nyeri, dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Selanjutnya, saya akan menyusun rencana keperawatan yang berfokus pada pengelolaan nyeri, dengan melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan. Intervensi yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan memfasilitasi pemulihan yang optimal. -
Article No. 3284 | 23 Oct 2024
Klinis : Berikut ini pernyataan yang benar tentang asfiksia yaitu (1) kegagalan bayi dalam memulai dan mempertahankan perpasanan secara spontan (2) ditandai dengan adanya hipoksemia dan asidosis (3) nilai APGAR 0-3 pada menit ke 5 (4) nilai APGAR 4-6 pada menit ke 5 Select one: a. 4 saja benar b. 1 dan 3 benar c. semua benar d. 2 dan 4 benar e. 1, 2, 3 benar
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi asfiksia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
2. Pertukaran Gas Terganggu
3. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas tidak efektif adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk bernapas dengan ritme, kedalaman, dan/atau frekuensi yang mendukung ventilasi adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau pola napas, memberikan oksigen, melakukan suction, dan memposisikan pasien yang tepat.
- SIKI: Tujuannya adalah untuk mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.
2. Pertukaran Gas Terganggu
- SDKI: Pertukaran gas terganggu adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan pertukaran gas yang optimal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau oksigenasi, memberikan oksigen, dan memantau status asam-basa.
- SIKI: Tujuannya adalah untuk mempertahankan oksigenasi dan ventilasi yang adekuat.
3. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Intoleransi aktivitas adalah kondisi di mana individu mengalami ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, membatasi aktivitas, dan memberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
Berdasarkan pernyataan yang diberikan, pernyataan yang benar adalah (e) 1, 2, 3 benar. Asfiksia ditandai dengan kegagalan bayi dalam memulai dan mempertahankan pernapasan secara spontan, ditandai dengan hipoksemia dan asidosis, serta nilai APGAR 0-3 pada menit ke-5. -
Article No. 3285 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang bayi perempuan usia 6 hari dirawat di RS.G dengan diagnosis medis NKB-SMK (neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan), RDS (respiratory distress syndrome) dan SNAD (sepsis neonatus awitan dini). Bayi lahir pada UG 29 minggu dengan BBL 1500 gram. Saat lahir bayi mengalami distres napas dengan AS (APGAR Score) 5/6. Saat ini bayi mendapat alat bantu napas menggunakan nasal canul 2L/menit. Nutrisi enteral yang didapat adalah susu formula BBLR 8x20 ml (OGT), dan nutrisi parenteral yaitu PG2 (1,5 gram) 2,7 ml/jam, reflek hisap belum adA. BB bayi saat ini 1630 gram. TTV: nadi: 137x/mnt, RR 58x/menit, suhu 37,5oC, Sa O2 92%, dan terdapat retraksi ringan pada intercostal. Bayi mengalami riwayat instabilitas suhu (peningkatan suhu 3x maksimal 37,3 oC - 38,1oC). Hasil pemeriksaan laboratorium: trombosit 12000µ/L (150-400x103), Hb: 8,4gr/dL (10,5-14), Albumin:2,8 (2,8-4,4) gr/dL, CRP: 19,5 (<5), leukosit: 5,6x103µ/l(6-14x103), I:T rasio: 0,48. Berdasarkan uraian kasus di atas, diagnosis utama pada bayi tersebut yaitu… Select one: a. Defisit nutrisi b. Risiko syok c. Risiko perdarahan d. Pola napas tidak efektif e. Termoregulasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan uraian kasus di atas, diagnosis keperawatan utama pada bayi tersebut adalah:
e. Termoregulasi tidak efektif
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, bayi mengalami riwayat instabilitas suhu dengan peningkatan suhu hingga 38,1°C. Selain itu, bayi juga memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 1500 gram dan saat ini beratnya hanya 1630 gram. Kondisi BBLR dan ketidakstabilan suhu menunjukkan bahwa bayi mengalami masalah dalam mempertahankan suhu tubuhnya, atau termoregulasi yang tidak efektif.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang tepat untuk kondisi ini adalah "Termoregulasi tidak efektif". Diagnosis ini didefinisikan sebagai "Ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal".
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, karakteristik diagnosis, klasifikasi diagnosis, dan faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, kriteria hasil, dan klasifikasi luaran keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, aktivitas, dan klasifikasi intervensi keperawatan.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan ketiga standar tersebut sebagai acuan praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3286 | 23 Oct 2024
Klinis : Mahasiswa keperawatan sedang mempelajari terkait dampak HIV terhadap tubuh penderita bersama sejawat. ANSWER: mahasiswa mana yang benar Select one: a. Selalu dikarakteristikkan dengan High Viral Load b. 5-10% adults memiliki CD4 counts stabil dan tanpa gejala setelah 9 tahun c. Median time dari infeksi HIV ke penyakit simtomatis di dewasa 7 tahun d. High viral load = less rapid progression e. 10% adults progress ke AIDS dalam 2-3 tahun pertama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Jawaban yang paling tepat adalah:
c. Median time dari infeksi HIV ke penyakit simtomatis di dewasa 7 tahun
Penjelasan:
Berdasarkan standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, kondisi berikut dapat dijelaskan:
1. Selalu dikarakteristikkan dengan High Viral Load (Salah)
- Tidak semua orang dengan HIV memiliki high viral load, ada variasi individual dalam jumlah virus di dalam tubuh.
2. 5-10% adults memiliki CD4 counts stabil dan tanpa gejala setelah 9 tahun (Salah)
- Menurut data, sekitar 5-10% orang dengan HIV dapat tetap asimptomatik selama 10 tahun atau lebih setelah infeksi.
3. Median time dari infeksi HIV ke penyakit simtomatis di dewasa 7 tahun (Benar)
- Waktu median dari infeksi HIV ke penyakit simptomatik pada orang dewasa adalah sekitar 7-10 tahun.
4. High viral load = less rapid progression (Salah)
- High viral load umumnya terkait dengan progresivitas penyakit yang lebih cepat, bukan sebaliknya.
5. 10% adults progress ke AIDS dalam 2-3 tahun pertama (Benar)
- Sekitar 10% orang dengan HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam 2-3 tahun pertama setelah infeksi.
Jadi, jawaban yang paling tepat adalah opsi c. -
Article No. 3287 | 23 Oct 2024
Klinis : Andi, anak laki-laki berusia 5 tahun datang dengan kecurigaan mengarah ke SLE. Perawat sedang melakukan pengkajian kepada Andi untuk melakukan assessment menyeluruh. Untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat, tanda apa yang perlu dilihat? Select one: a. Bintik-bintik biru pada muka b. Adanya protein pada urin c. Kulit kering dan gatal d. Adanya darah pada urin e. Kelemahan setelah berolahraga berat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bapak/Ibu. Sebagai perawat, saya akan memberikan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda uraikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, gejala yang mungkin muncul pada kasus Andi adalah adanya kecurigaan mengarah ke Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Oleh karena itu, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat SLE.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat SLE.
3. Nyeri kronis berhubungan dengan manifestasi muskuloskeletal akibat SLE.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang juga dikembangkan oleh PPNI. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI.
Tanda yang perlu dilihat untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih tepat pada kasus Andi adalah:
b. Adanya protein pada urin
Hal ini karena salah satu manifestasi klinis SLE adalah adanya gangguan ginjal, yang dapat ditandai dengan proteinuria.
Jadi, dalam melakukan pengkajian kepada Andi, perawat perlu memperhatikan adanya proteinuria sebagai salah satu tanda penting untuk membantu menegakkan diagnosis yang lebih akurat.
Semoga informasi ini bermanfaat. Bila ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya. Terima kasih.
Wassalamualaikum. -
Article No. 3288 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Sdr Y umur 18 th, di rawat di ruang Flamboyan dengan diagnosis meningitis. Suspek meningitis tuberkulosa. Kesadaran pasien compos mentis, mengeluh pusing sekali, ekspresi kesakitan, dan sulit tidur. Hasil pengkajian pasien memiliki Riwayat otitis media telinga kiri, pasien juga memiliki riwayat pengobatan TB selama 6 bulan. Keluhan nyeri skala 6 (rentan 0-10). Semua aktivitas pasien dibantu penuh. Pasien tidak mau makan karena pusing terus menerus disertai dengan mual. Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 39°C, nadi 100x/menit, RR 24x/mnt hasil pemeriksaan fisik kernig sign +, tanda Brudzinski positif, terdapat kaku kuduk. Pasien dipasang kateter no 16, mendapat terapi oksigen 3 lt/mnt, infus RL 20 tpm. Terapi ceftriaxone 2x1 gr intravena, paracetamol 3x500 mg.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri Akut
2. Penjelasan Singkat:
a. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain).
- SLKI: Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi atau mengelola nyeri secara efektif.
- SIKI: Tindakan mengatasi nyeri akut yang dirasakan pasien.
Pasien mengeluhkan nyeri dengan skala 6 (rentan 0-10) serta ekspresi kesakitan. Hal ini menunjukkan adanya nyeri akut yang perlu segera ditangani. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, termasuk pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan pemantauan respons pasien terhadap terapi.
Selain itu, diagnosa keperawatan lain yang mungkin terkait dengan kondisi pasien adalah:
- Risiko infeksi
- Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan pola tidur
- Mobilitas fisik terbatas
Catatan:
- Tone = akademis
- Persona = pakar, perawat -
Article No. 3289 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis awal pasien adalah tuberkulosis paru. Berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis dan histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.21
- Deskripsi: Bronkoskopi, menggunakan fiber-optic bronkoskop (FOB) untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dan mengevaluasi lesi di paru.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 merupakan kode untuk tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis dan histologis positif. Hal ini sesuai dengan gejala klinis yang dialami pasien, yaitu batuk berdahak, demam, sesak napas, dan ditemukan lesi di paru pada hasil rontgen.
2. Kode ICD-9-CM 33.21 merupakan kode untuk tindakan bronkoskopi menggunakan fiber-optic bronkoskop (FOB). Tindakan ini dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru dan mengevaluasi lebih lanjut lesi yang ditemukan di paru.
Berdasarkan informasi tersebut, dokter dapat melakukan tindakan bronkoskopi untuk mengambil sampel jaringan atau sekret dari lesi di paru untuk pemeriksaan bakteriologis dan histologis, serta mengevaluasi kondisi paru pasien secara lebih rinci.