Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18425 | 11 Jun 2025
Klinis : nyeri akut
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait dengan kondisi nyeri akut, sesuai dengan format yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi nyeri akut:
Nyeri akut (acute pain) didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut, dengan onset yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat, yang berlangsung dalam waktu kurang dari 3 bulan. Nyeri akut merupakan salah satu diagnosa keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) yang sering muncul pada pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pasien melaporkan nyeri terkontrol dalam skala 1-3 (SLKI kode M0208).
2. Pasien mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif (SLKI kode M0211).
3. Pasien menunjukkan penurunan tanda-tanda fisiologis nyeri (SLKI kode M0209).
4. Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (SLKI kode M0212).
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (SIKI kode N0401).
2. Lakukan manajemen nyeri farmakologis (SIKI kode N0408).
3. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri (SIKI kode N0414).
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penanganan nyeri (SIKI kode N0419).
5. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri (SIKI kode N0420).
6. Monitor tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri (SIKI kode N0407).
7. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan (SIKI kode N0421).
Penjelasan rinci:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri. Hal ini penting untuk menentukan diagnosis dan rencana intervensi yang tepat.
2. Manajemen nyeri farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian analgesik sesuai dengan tingkat nyeri pasien, untuk meredakan nyeri secara cepat.
3. Teknik non-farmakologis seperti relaksasi, distraksi, terapi musik, dan kompres hangat/dingin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengelola nyerinya.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (dokter, fisioterapis, psikolog, dll.) diperlukan untuk mendapatkan penanganan nyeri yang komprehensif dan efektif.
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam proses penanganan nyeri.
6. Pemantauan tanda-tanda vital dan respon pasien terhadap intervensi nyeri dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan mengidentifikasi perubahan kondisi pasien.
7. Evaluasi efektivitas intervensi nyeri yang diberikan dilakukan secara berkala untuk menentukan apakah tujuan luaran telah tercapai atau perlu dilakukan penyesuaian intervensi. -
Article No. 18426 | 11 Jun 2025
Klinis : penurunan cardiac output
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi penurunan cardiac output:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi penurunan cardiac output adalah "Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak". Definisi dari diagnosa ini adalah "Pengurangan suplai oksigen ke jantung yang dapat mengakibatkan disfungsi miokard".
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada kondisi ini meliputi: nyeri dada, dispnea, perubahan tekanan darah, palpitasi, edema perifer, dan penurunan curah jantung. Faktor yang dapat menyebabkan diagnosa ini antara lain: infark miokard, penyakit katup jantung, aritmia, dan kelebihan cairan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perfusi jaringan kardiak membaik
- Indikator: Tanda-tanda vital stabil, tidak ada nyeri dada, tidak ada dispnea, tidak ada edema perifer, curah jantung normal.
2. Manajemen aktivitas efektif
- Indikator: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, tidak ada tanda-tanda intoleransi aktivitas.
3. Pengetahuan tentang kondisi penyakit meningkat
- Indikator: Pasien dapat menjelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan dari penurunan cardiac output.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Kardiovaskular
- Monitor tanda-tanda vital, irama jantung, dan perfusi perifer secara berkala
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat-obatan kardiovaskular (misalnya diuretik, ACE inhibitor, vasodilator)
- Atur aktivitas dan istirahat pasien sesuai toleransi
2. Manajemen Perfusi
- Monitor intake dan output cairan, berat badan, dan tanda-tanda kelebihan cairan
- Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
- Ajarkan pasien untuk memantau asupan cairan dan edema
3. Edukasi Kesehatan
- Jelaskan penyebab, tanda-tanda, dan penatalaksanaan penurunan cardiac output
- Ajarkan pasien dan keluarga terkait modifikasi gaya hidup (diet, aktivitas, manajemen stres)
- Fasilitasi pasien untuk berpartisipasi aktif dalam perawatannya
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat membantu mencapai luaran yang diharapkan dan memperbaiki kondisi pasien dengan penurunan cardiac output. -
Article No. 18427 | 11 Jun 2025
Klinis : intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Intoleransi Aktivitas:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi intoleransi aktivitas adalah "Intoleransi Aktivitas". Intoleransi Aktivitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
Diagnosa ini menggambarkan kondisi klien yang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari akibat adanya penurunan kapasitas fisiologis, seperti penurunan kekuatan, daya tahan, atau koordinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru, atau muskuloskeletal.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dengan intoleransi aktivitas dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat: Klien menunjukkan peningkatan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami gejala kelelahan, sesak napas, atau nyeri yang berlebihan.
2. Pengetahuan tentang Aktivitas Meningkat: Klien menunjukkan pemahaman yang baik tentang aktivitas yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi kesehatannya, serta pentingnya menjaga aktivitas yang sesuai.
3. Motivasi untuk Beraktivitas Meningkat: Klien menunjukkan minat dan antusias dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta berpartisipasi aktif dalam program latihan atau rehabilitasi yang diberikan.
4. Koping terhadap Keterbatasan Aktivitas Efektif: Klien dapat menerima dan beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas yang dialami, serta dapat mengelola stres atau kecemasan yang terkait dengan kondisi tersebut.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang diperlukan:
1. Manajemen Aktivitas:
- Melakukan penilaian komprehensif terhadap kemampuan aktivitas klien.
- Menyusun rencana aktivitas yang sesuai dengan kondisi klien, mempertimbangkan kapasitas fisik dan gejala yang muncul.
- Membantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap, sesuai dengan toleransi klien.
- Memantau tanda-tanda vital dan gejala selama aktivitas untuk mendeteksi intoleransi.
- Memberikan edukasi dan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam batas kemampuannya.
2. Manajemen Energi:
- Mengidentifikasi pola aktivitas dan istirahat klien saat ini.
- Membantu klien dalam mengatur penggunaan energi dengan teknik manajemen energi (misalnya penjadwalan aktivitas, pengaturan irama, dan penggunaan alat bantu).
- Memberikan edukasi kepada klien tentang teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
- Memantau respons klien terhadap aktivitas dan istirahat untuk mengoptimalkan penggunaan energi.
3. Edukasi Kesehatan:
- Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang intoleransi aktivitas, penyebab, dan pengelolaannya.
- Mengajarkan klien dan keluarga tentang aktivitas yang sesuai, serta cara meningkatkan toleransi aktivitas secara bertahap.
- Membantu klien mengidentifikasi dan mengatasi hambatan dalam melakukan aktivitas.
- Mendorong klien untuk berpartisipasi aktif dalam program latihan atau rehabilitasi yang diberikan.
4. Dukungan Psikologis:
- Mengkaji respons psikologis klien terhadap keterbatasan aktivitas, seperti kecemasan, depresi, atau frustrasi.
- Memberikan dukungan emosional dan konseling kepada klien untuk membantu penerimaan dan adaptasi terhadap kondisi.
- Melibatkan keluarga atau significant others dalam memberikan dukungan psikologis kepada klien.
- Mengidentifikasi sumber daya dan strategi koping yang dapat membantu klien dalam menghadapi keterbatasan aktivitas.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada klien, diharapkan klien dengan intoleransi aktivitas dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu peningkatan toleransi aktivitas, pengetahuan, motivasi, dan kemampuan koping yang efektif. -
Article No. 18428 | 11 Jun 2025
Klinis : pasien sering buang air kecil terus menus dan sering haus , luka lama sembuh
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi yang Anda paparkan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E11.65
- Deskripsi: Diabetes melitus tipe 2 dengan poliuria
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.23
- Deskripsi: Pemantauan kadar glukosa darah
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu sering buang air kecil terus menerus dan sering haus, menunjukkan gejala-gejala khas dari diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi poliuria (peningkatan frekuensi berkemih). Poliuria terjadi akibat adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang menyebabkan air tertarik ke dalam urin, sehingga pasien merasa sering ingin buang air kecil.
Dalam kasus ini, kode ICD-10 yang sesuai adalah E11.65, yang menggambarkan diabetes melitus tipe 2 dengan poliuria sebagai salah satu komplikasi. Tindakan medis yang mungkin dilakukan adalah pemantauan kadar glukosa darah (kode ICD-9-CM 99.23) untuk memantau kontrol glikemik dan menentukan pengobatan yang tepat.
Selain itu, informasi tambahan yang mungkin diperlukan adalah riwayat kesehatan pasien, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus tipe 2 secara definitif. Penatalaksanaan yang sesuai, seperti pengaturan diet, aktivitas fisik, dan pemberian obat-obatan antidiabetes, juga harus dipertimbangkan. -
Article No. 18429 | 11 Jun 2025
Klinis : pasien sering buang air kecil terus menus dan sering haus , luka lama sembuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Polyuria (SDKI: 14.05)
Definisi: Peningkatan frekuensi dan volume urin yang melebihi batas normal.
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 07.02)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
3. Gangguan Penyembuhan Luka (SDKI: 13.03)
Definisi: Keadaan dimana luka tidak menunjukkan kemajuan yang diharapkan dalam penyembuhan.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi diagnosis keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI.
- Merupakan acuan baku dalam menentukan diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode dan definisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- Berfungsi sebagai panduan dalam menyusun rencana asuhan keperawatan.
Penerapan dalam kasus ini:
1. Polyuria (SDKI: 14.05)
- SLKI: Keseimbangan Cairan Terpelihara (18.01)
- SIKI: Manajemen Cairan (N-0602)
2. Intoleransi Aktivitas (SDKI: 07.02)
- SLKI: Aktivitas Fisik Meningkat (07.01)
- SIKI: Manajemen Aktivitas (N-0200)
3. Gangguan Penyembuhan Luka (SDKI: 13.03)
- SLKI: Luka Sembuh (13.01)
- SIKI: Perawatan Luka (N-1102)
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan panduan yang terstruktur dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 18430 | 11 Jun 2025
Klinis : pasien sering buang air kecil terus menus dan sering haus , luka lama sembuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kondisi pasien berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit (SDKI: B.3.1)**
*Definisi:* Ketidakmampuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh yang dapat mengganggu homeostasis.
*Faktor yang Berhubungan:*
- Poliuria (sering buang air kecil)
- Polidipsia (sering haus)
- Gangguan metabolik (misalnya hiperglikemia pada diabetes melitus)
**Luaran (SLKI)**
- **Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Meningkat (SLKI: L.0401)**
- Kriteria:
- Asupan cairan adekuat
- Produksi urine dalam batas normal
- Tidak menunjukkan tanda dehidrasi
**Intervensi (SIKI)**
- **Manajemen Cairan (SIKI: I.0901)**
- Monitor tanda vital (TD, nadi, suhu)
- Observasi intake-output cairan
- Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Integritas Jaringan (SDKI: B.1.5)**
*Definisi:* Kerusakan jaringan yang mengganggu proses penyembuhan luka.
*Faktor yang Berhubungan:*
- Luka lama sembuh (kemungkinan gangguan perfusi atau hiperglikemia)
- Gangguan nutrisi/metabolik
**Luaran (SLKI)**
- **Penyembuhan Luka Meningkat (SLKI: L.1301)**
- Kriteria:
- Luka menunjukkan granulasi jaringan
- Tidak ada tanda infeksi
- Ukuran luka mengecil
**Intervensi (SIKI)**
- **Perawatan Luka (SIKI: I.1101)**
- Lakukan perawatan luka steril
- Monitor tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik jika diperlukan
---
### **Catatan Tambahan**
Kondisi pasien menunjukkan gejala klasik **Diabetes Melitus (poliuria, polidipsia, penyembuhan luka lambat)**. Jika hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hiperglikemia, dapat ditambahkan:
**Diagnosa Keperawatan:**
**Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI: B.3.2)**
**Intervensi:**
- **Edukasi Manajemen Diabetes (SIKI: I.1502)**
- **Pemantauan Glukosa Darah (SIKI: I.0903)**
---
### **Format Akademik & Persona Pakar**
Penulisan di atas mengikuti standar PPNI dengan pendekatan **evidence-based nursing**. Kode SDKI/SLKI/SIKI dirujuk dari *Buku Standar Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Indonesia (2023)*. Rekomendasi intervensi bersifat holistik (fisik, edukasi, dan kolaborasi).
Jika diperlukan penjabaran lebih mendalam atau penyesuaian dengan data tambahan (misalnya hasil lab), informasikan untuk analisis lebih lanjut.
---
*Ditulis oleh: [Nama Perawat/Praktisi]*
*Sumber Referensi: PPNI (2023), Buku SDKI-SLKI-SIKI Edisi Revisi.* -
Article No. 18431 | 11 Jun 2025
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (00132)
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
- SLKI: Intervensi untuk memantau, mengurangi, dan menghilangkan nyeri.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengurangi nyeri yang dialami pasien.
2. Gangguan pola napas (00032)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- SLKI: Intervensi untuk memantau, memfasilitasi, dan mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi pernapasan yang optimal.
3. Intoleransi aktivitas (00092)
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Intervensi untuk memantau, memfasilitasi, dan mempertahankan kemampuan melakukan aktivitas.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk memantau dan meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas.
4. Risiko perfusi jaringan kardiak tidak efektif (00200)
- SDKI: Berisiko mengalami pengurangan suplai darah ke jantung, yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Intervensi untuk memantau, mencegah, dan mengelola perubahan perfusi jaringan kardiak.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk memantau dan mempertahankan perfusi jaringan kardiak yang optimal.
5. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)
- SDKI: Berisiko mengalami perubahan kadar glukosa darah di luar rentang normal, yang dapat mengancam kesehatan.
- SLKI: Intervensi untuk memantau, mencegah, dan mengelola perubahan kadar glukosa darah.
- SIKI: Tindakan yang dilakukan untuk memantau dan mempertahankan kadar glukosa darah yang stabil.
Dengan diagnosa keperawatan tersebut, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien, serta memantau dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien secara berkelanjutan. -
Article No. 18382 | 10 Jun 2025
Klinis : lemas , nyeri uluhati
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai perawat profesional, saya akan memberikan analisis komprehensif untuk kondisi yang Anda gambarkan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- Karakteristik Definisi: Lemas, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Nyeri Kronis
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik Definisi: Nyeri pada ulu hati yang berkelanjutan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Peningkatan Toleransi Aktivitas
- Definisi: Peningkatan kemampuan individu untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- Indikator:
- Melaporkan peningkatan energi/kekuatan saat melakukan aktivitas
- Menunjukkan peningkatan durasi aktivitas
- Melaporkan penurunan kelelahan saat beraktivitas
2. Nyeri Kronis
- Manajemen Nyeri
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengontrol rasa sakit.
- Indikator:
- Melaporkan penurunan intensitas nyeri
- Menunjukkan ekspresi wajah yang lebih rileks
- Mendemonstrasikan penggunaan teknik manajemen nyeri
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Energi
- Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatur penggunaan sumber daya fisik, mental, dan sosial individu.
- Aktivitas:
- Identifikasi pola aktivitas dan istirahat individu
- Bantu penyusunan jadwal aktivitas yang seimbang
- Anjurkan latihan fisik ringan secara bertahap
- Ajarkan teknik manajemen kelelahan
2. Nyeri Kronis
- Manajemen Nyeri
- Definisi: Upaya untuk membantu individu mengendalikan nyeri.
- Aktivitas:
- Evaluasi riwayat dan karakteristik nyeri
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis manajemen nyeri
- Monitor efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri
Penjelasan rinci:
Kondisi lemas dan nyeri ulu hati mengarah pada dua diagnosa keperawatan utama, yaitu Intoleransi Aktivitas dan Nyeri Kronis. Intoleransi Aktivitas terkait dengan penurunan toleransi dan kekuatan untuk melakukan aktivitas rutin, sedangkan Nyeri Kronis berhubungan dengan pengalaman nyeri yang berkelanjutan di ulu hati.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah peningkatan toleransi aktivitas dan manajemen nyeri yang efektif. Peningkatan toleransi aktivitas ditandai dengan peningkatan energi/kekuatan, durasi aktivitas, dan penurunan kelelahan. Manajemen nyeri yang efektif dicirikan dengan penurunan intensitas nyeri, ekspresi wajah yang lebih rileks, dan penggunaan teknik manajemen nyeri yang tepat.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Energi dan Manajemen Nyeri. Manajemen Energi bertujuan untuk membantu individu mengatur penggunaan sumber daya fisik, mental, dan sosial secara optimal, sedangkan Manajemen Nyeri bertujuan untuk membantu individu mengendalikan nyeri yang dirasakan melalui intervensi farmakologis dan nonfarmakologis.
Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi yang sesuai, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terencana dan terstruktur untuk mengatasi kondisi lemas dan nyeri ulu hati pada pasien. -
Article No. 18383 | 10 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif: 1) Pasien mengatakan jarang beraktivitas fisik (olahraga) karena sibuk bekerja 2) Pasien mengatakan tahu tentang makanan yang harus dihindari pada penderita asam urat, tetapi kadang-kadang lupa. Data Objektif: 1) Pasien tidak mampu menjalankan perilaku sehat 2) Hasil pemeriksaan asam urat 9mg/dL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (SDKI Code: 00099)**
**Penjelasan Singkat:**
Berdasarkan data subjektif dan objektif, pasien mengalami ketidakmampuan dalam mempertahankan perilaku hidup sehat terkait manajemen asam urat, yang ditandai oleh:
- Kurangnya aktivitas fisik (olahraga) akibat kesibukan kerja.
- Ketidakkonsistenan dalam menghindari makanan pemicu asam urat meskipun memiliki pengetahuan.
- Kadar asam urat tinggi (9 mg/dL), melebihi nilai normal (3,4–7,0 mg/dL untuk pria dewasa).
**Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):**
- **Kode 00099: Gangguan Pemeliharaan Kesehatan**
*Definisi:* Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mempertahankan perilaku sehat secara mandiri.
**Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):**
- **Kode L.08012: Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Meningkat**
*Kriteria Evaluasi:*
1. Pasien mampu menyusun jadwal aktivitas fisik secara teratur.
2. Pasien konsisten menghindari makanan tinggi purin.
3. Kadar asam urat dalam batas normal (?7 mg/dL).
**Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):**
- **Kode I.11020: Edukasi Kesehatan**
*Tindakan:*
1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya olahraga rutin (minimal 30 menit/hari).
2. Melatih pasien membuat daftar makanan pantangan asam urat (contoh: jeroan, seafood).
3. Memantau kadar asam urat secara berkala.
- **Kode I.11060: Manajemen Diet**
*Tindakan:*
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet rendah purin.
2. Anjurkan konsumsi air putih ?2 liter/hari untuk ekskresi asam urat.
**Catatan Akademis:**
Diagnosa ini relevan dengan *NANDA-I Domain 1 (Health Promotion)* dan didukung oleh bukti klinis (asam urat >7 mg/dL). Intervensi difokuskan pada *health literacy* dan *self-management* untuk mencegah komplikasi (artritis gout/tofi).
---
*Referensi:*
1. PPNI (2019). *Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)*.
2. PPNI (2019). *Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)*.
3. PPNI (2019). *Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)*.
Format RTF dapat disesuaikan dengan kebutuhan dokumentasi klinis. -
Article No. 18384 | 10 Jun 2025
Klinis : Data Subjektif: 1) Pasien megatakan suka sekali jeroan, kacang”an, dan ikan asin. Data Objektif: 1) Pasien tidak mengikuti anjuran dokter untuk melakukan pemeriksaan rutin. 2) Aktifitas hidup pasien sehari-hari tidak memenuhi tujuan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI**
**Diagnosa Keperawatan:**
**Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (SDKI Code: 00099)**
**Penjelasan Singkat:**
1. **SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) – Code: 00099**
*Definisi:* Ketidakmampuan individu dalam mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatannya.
*Faktor yang Berhubungan:*
- Pola makan tinggi purin (konsumsi jeroan, kacang-kacangan, dan ikan asin).
- Ketidakpatuhan terhadap anjuran pemeriksaan kesehatan rutin.
- Gaya hidup yang tidak mendukung tujuan kesehatan.
2. **SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) – Code: 1801**
*Luaran yang Diharapkan:* **Kepatuhan terhadap Program Terapeutik**
- Pasien mampu memahami pentingnya pemeriksaan rutin.
- Pasien mengurangi konsumsi makanan tinggi purin.
- Pasien mengadopsi perilaku hidup sehat sesuai anjuran.
3. **SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) – Code: 4420**
*Intervensi Keperawatan:* **Manajemen Pemeliharaan Kesehatan**
- Edukasi tentang diet rendah purin dan dampaknya terhadap kesehatan.
- Memotivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
- Membantu pasien menyusun rencana aktivitas harian yang mendukung kesehatan.
**Kesimpulan:**
Pasien menunjukkan risiko gangguan pemeliharaan kesehatan akibat pola makan tidak seimbang dan ketidakpatuhan terhadap anjuran medis. Perlu intervensi edukasi dan pendampingan untuk meningkatkan kesadaran serta perubahan perilaku.
*(Sumber: Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi Terkini – PPNI)*
---
*Catatan: Format ini disusun secara akademis dengan pendekatan berbasis bukti (evidence-based practice) sesuai standar PPNI.*