Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3270 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang anak dengan ALL telah menjalani prosedur kemoterapi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi anak setelah kemoterapi. Hasil pemeriksaan menunjukkan Hb 10 gr/dL, RBC 3.500.000/uL, leukosit 123.000/uL. Diagnosis utama dari anak tersebut yaitu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan menggunakan standar diagnosa keperawatan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi seorang anak dengan ALL yang telah menjalani kemoterapi.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Kemoterapi, perubahan status fisiologis.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, penurunan kadar hemoglobin, penurunan jumlah sel darah.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien menunjukkan perbaikan status nutrisi.
- Kriteria Hasil: Kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, dan jumlah sel darah putih dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan status nutrisi, pemberian suplemen nutrisi, edukasi tentang kebutuhan nutrisi selama perawatan.
Jadi, diagnosa keperawatan utama untuk anak dengan ALL yang telah menjalani kemoterapi dengan hasil pemeriksaan Hb 10 gr/dL, RBC 3.500.000/uL, dan leukosit 123.000/uL adalah Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh. Perawat perlu melakukan intervensi yang tepat untuk memantau dan memperbaiki status nutrisi klien. -
Article No. 3271 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang anak dengan ALL telah menjalani prosedur kemoterapi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kondisi anak setelah kemoterapi. Hasil pemeriksaan menunjukkan Hb 10 gr/dL, RBC 3.500.000/uL, leukosit 123.000/uL. Diagnosis utama dari anak tersebut yaitu Select one: a. kelemahan b. risiko cidera c. risiko infeksi d. risiko syok e. gangguan perfusi jaringan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
c. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), risiko infeksi didefinisikan sebagai "Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan." Pada anak dengan ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia) yang telah menjalani kemoterapi, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin (Hb 10 gr/dL) dan penurunan jumlah sel darah merah (RBC 3.500.000/uL), serta peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit 123.000/uL). Kondisi ini menandakan adanya penurunan sistem imun, yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada pasien.
Berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat dicapai terkait risiko infeksi antara lain mencakup status imunologi, integritas kulit, dan bebas infeksi.
Sedangkan menurut SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko infeksi pada pasien ini mencakup pemantauan tanda-tanda vital, pemantauan status imunologis, pengelolaan nutrisi, dan pencegahan infeksi. -
Article No. 3272 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien SLE datang dengan kemerahan pada wajah dan kebotakan menceritakan kepada perawat jika dia membenci bagian tubuhnya dan tidak akan pergi kemana-mana selain ke klinik kesehatan, tempat anda bekerjA. Diagnosis yang tepat pada pasien ini adalah Select one: a. Gangguan interaksi sosial bd hilangnya kemampuan sosial b. Intoleran aktifitas bd fatig dan inaktifitas c. Isolasi sosial bd tidak nyaman dengan dampak SLE d. Gangguan integritas kulit bd gatal dan kerontokan rambut e. Berduka berhubungan denga harga diri rendah karena menderita SLE
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dari kondisi yang dideskripsikan, diagnosis keperawatan yang paling tepat untuk pasien SLE dengan kemerahan pada wajah dan kebotakan adalah:
d. Gangguan integritas kulit bd gatal dan kerontokan rambut
Penjelasan:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
Gangguan integritas kulit
- Definisi: Kerusakan atau perubahan pada kulit dan membran mukosa.
- Penyebab: Salah satunya adalah penyakit sistemik seperti Lupus Eritematosus Sistemik (SLE).
- Gejala: Kemerahan pada kulit, kebotakan, dan gejala lain terkait perubahan pada kulit.
Penjelasan singkat:
Pasien SLE mengalami kemerahan pada wajah dan kebotakan, yang merupakan manifestasi dari gangguan integritas kulit akibat penyakit sistemik SLE. Oleh karena itu, diagnosis keperawatan yang paling tepat adalah "Gangguan integritas kulit bd gatal dan kerontokan rambut". -
Article No. 3273 | 23 Oct 2024
Klinis : Anak dengan diagnosis medis leukemia dapat menunjukkan beberapa manisfetasi berikut ini yaitu Select one: a. Peningkatan jumlah blast (leukosit imatur) b. Penurunan jumlah blast (leukosit imatur) c. Penurunan semua komponen darah d. Peningkatan jumlah erirosit e. Peningkatan junlah trombosit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sebutkan.
Diagnosa Keperawatan:
a. Peningkatan jumlah blast (leukosit imatur)
Penjelasan:
Pada anak dengan diagnosis medis leukemia, peningkatan jumlah blast (leukosit imatur) merupakan salah satu manifestasi yang sering terlihat. Leukemia adalah kanker darah yang ditandai dengan peningkatan produksi sel darah putih yang tidak normal (blast). Blast ini akan menggantikan sel darah normal, sehingga terjadi penurunan jumlah sel darah lainnya seperti eritrosit dan trombosit.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Risiko Penurunan Jumlah Sel Darah". Kode diagnosa ini adalah 00257. Manifestasi klinis yang dapat muncul antara lain peningkatan jumlah blast (leukosit imatur), mudah lelah, perdarahan, dan infeksi.
Terkait SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), luaran yang dapat diterapkan adalah "Pemulihan Fungsi Hematologis" dengan kode 1705. Sedangkan untuk SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia), intervensi yang dapat dilakukan adalah "Manajemen Pemberian Obat" dengan kode 6340. -
Article No. 3274 | 23 Oct 2024
Klinis : Tekanan darah 90/70 Akral dingin
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu tekanan darah 90/70 mmHg dan akral dingin, maka berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
Penurunan Volume Cairan
2. Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Penurunan Volume Cairan didefinisikan sebagai pengurangan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular.
- Karakteristik utama: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg, akral dingin, dan penurunan turgor kulit.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang adekuat.
- Indikator: Tekanan darah dalam batas normal, akral hangat, dan turgor kulit baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
1) Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi) secara berkala.
2) Kaji status hidrasi (turgor kulit, mukosa oral, dan keadaan akral).
3) Berikan cairan intravena (jika perlu) sesuai kondisi pasien.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi penyebab penurunan volume cairan.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami penurunan volume cairan yang ditandai dengan tekanan darah rendah (90/70 mmHg) dan akral dingin. Perawat perlu segera melakukan intervensi keperawatan untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat dan mencegah komplikasi lebih lanjut. -
Article No. 3275 | 23 Oct 2024
Klinis : asfiksia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan sebagai seorang perawat profesional, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi asfiksia:
Diagnosa Keperawatan:
Pola Napas Tidak Efektif
Definisi (SDKI):
Ketidakmampuan untuk memelihara ventilasi yang adekuat untuk mempertahankan kehidupan.
Karakteristik Definisi (SDKI):
- Takipnea
- Dispnea
- Bradipnea
- Kekurangan oksigen
- Ketidakmampuan untuk batuk efektif
- Sianosis
Luaran Keperawatan (SLKI):
- Ventilasi Efektif
- Status Oksigenasi
- Perfusi Jaringan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Manajemen Jalan Napas
- Oksigenasi
- Terapi Pernapasan
Penjelasan:
Asfiksia merupakan kondisi di mana terjadi gangguan pertukaran gas di paru-paru yang menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) dan penumpukan karbon dioksida (hiperkarbia) dalam darah. Diagnosa keperawatan "Pola Napas Tidak Efektif" menggambarkan ketidakmampuan klien dalam mempertahankan ventilasi yang adekuat untuk mempertahankan kehidupan. Luaran keperawatan yang menjadi prioritas adalah memastikan ventilasi efektif, status oksigenasi yang baik, dan perfusi jaringan yang adekuat. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen jalan napas, oksigenasi, dan terapi pernapasan untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat asfiksia. -
Article No. 3276 | 23 Oct 2024
Klinis : asfiksia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah informasi yang Anda minta mengenai kondisi asfiksia:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R09.0
- Deskripsi: Asfiksia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Prosedur resusitasi, tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Penjelasan:
Asfiksia adalah kondisi medis di mana tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup, yang dapat menyebabkan kerusakan organ dan bahkan kematian jika tidak segera ditangani. Kode ICD-10 R09.0 digunakan untuk mengidentifikasi kondisi asfiksia secara umum.
Dalam situasi asfiksia, intervensi medis yang mungkin dilakukan adalah prosedur resusitasi, yang dicakup oleh kode ICD-9-CM 93.90. Prosedur ini dapat mencakup pemberian oksigen, ventilasi buatan, atau tindakan lain untuk memulihkan fungsi pernapasan dan sirkulasi.
Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengatasi asfiksia dan mencegah komplikasi yang lebih parah. Perekam medis harus memastikan bahwa diagnosis dan prosedur yang dilakukan dicatat dengan benar dalam rekam medis pasien. -
Article No. 3277 | 23 Oct 2024
Klinis : Tekanan darah 90/70 Akral dingin Lemas Pusing Keringat dingin Mual Pasien sedang HD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Volume Cairan Tubuh (Dehydration) berhubungan dengan Kehilangan Cairan melalui Hemodialisis.
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Penurunan volume cairan tubuh yang disebabkan oleh kehilangan cairan melalui proses hemodialisis.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan pemulihan volume cairan tubuh yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi terkait manajemen cairan, seperti pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan intravena, dan edukasi gaya hidup.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan Tubuh.
Penjelasan:
- SDKI: Gangguan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan perifer, yang ditandai dengan akral dingin, pucat, dan lemas.
- SLKI: Pasien menunjukkan perbaikan perfusi jaringan perifer yang adekuat.
- SIKI: Intervensi terkait manajemen sirkulasi, seperti pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan, dan tindakan untuk meningkatkan perfusi.
3. Mual berhubungan dengan Penurunan Volume Cairan Tubuh.
Penjelasan:
- SDKI: Perasaan tidak nyaman di perut yang dapat menyebabkan keinginan untuk muntah, yang disebabkan oleh penurunan volume cairan tubuh.
- SLKI: Pasien menunjukkan penurunan rasa mual.
- SIKI: Intervensi terkait manajemen mual, seperti pemberian antiemetik, pemberian cairan, dan teknik relaksasi.
Dalam konteks pasien yang sedang menjalani hemodialisis, diagnosa keperawatan yang diidentifikasi di atas dapat terjadi dan memerlukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3278 | 23 Oct 2024
Klinis : Bayi perempuan pada usia gestasi 28 minggu secara SC atas indikasi pre-eklamsia berat, berat badan lahir 1850 gram. Saat pengkajian bayi di rawat di ruang NICU dengan diagnosis medis HMD grade 2 alat bantu napas NIV (non-invasive ventilation) dengan setting FiO2 32%, RR setting 60x/menit, dan PIP 6 cmH20. Saat pengkajian didapat frekuensi napas 63x/menit, nadi 132x/menit, suhu bayi 36,3 celsius, retraksi intercostae, saturasi oksigen 89% dan hasil BGA menunjukkan asidosis respiratorik. Berat badan saat ini 1700 gram dan reflek menghisap belum adA. Diagnosis keperawatan utama pada bayi tersebut yaitu Select one: a. Gangguan pertukaran gas bd perbahan membran alveolar dd PCO2meningkat, pH arteri menurun, PO2 menurun b. Defisit nutrisi bd ketidakmampuan menelan dd penurunan berat badan c. Risiko defisit nutrisi dd ketidakmampuan menelan d. Pola napas tidak efektif bd imaturitas neurologis dd pola napas abnormal e. Pola napas tidak efektif bd hambatan upaya napas dd retraksi intercostae
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diuraikan, diagnosis keperawatan utama yang tepat untuk bayi perempuan usia gestasi 28 minggu dengan kondisi HMD (Hyaline Membrane Disease) grade 2 dan alat bantu napas NIV (Non-Invasive Ventilation) adalah:
e. Pola napas tidak efektif bd hambatan upaya napas dd retraksi intercostae
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan kondisi bayi yang mengalami retraksi intercostae, menunjukkan adanya hambatan upaya napas, sehingga mengakibatkan pola napas tidak efektif. Retraksi intercostae merupakan tanda klinis dari HMD grade 2, yang menunjukkan adanya peningkatan usaha untuk bernapas.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Standar-standar tersebut disusun oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menjamin keseragaman praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3279 | 23 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien pria berusia 30 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan episode kejang. Kejang tersebut bersifat generalisasi dan berlangsung selama 2 menit. Pasien memiliki riwayat kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, disertai dengan sakit kepala ringan selama 9 bulan, setelah itu pasien didiagnosis mengidap jenis kanker langka yang disebut Anaplastik Oligodendroglioma di NIMHANS. Pasien telah menjalani operasi dengan craniotomi dekompresi frontotemporal kanan 8,5 bulan yang lalu. Pasien juga merupakan kasus gangguan kejang yang sudah menjalani pengobatan selama 8 tahun. Selain itu, pasien memiliki riwayat fraktur pada kedua tungkai bawah akibat kecelakaan lalu lintas 8 tahun yang lalu.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera (SDKI): Pasien berisiko mengalami cedera akibat kejang yang bersifat generalisasi dan berlangsung selama 2 menit.
2. Defisit Mobilitas Fisik (SDKI): Pasien mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, serta riwayat fraktur pada kedua tungkai bawah, yang dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
3. Nyeri Kronik (SDKI): Pasien mengalami sakit kepala ringan selama 9 bulan, yang dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas pasien.
4. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI): Pasien memiliki riwayat gangguan kejang yang telah berlangsung selama 8 tahun, serta kondisi Anaplastik Oligodendroglioma yang membutuhkan penanganan komprehensif.
Penjelasan singkat:
1. Risiko Cedera (SDKI): Pasien dengan riwayat kejang berisiko mengalami cedera, terutama saat terjadi episode kejang yang bersifat generalisasi. Perawat perlu memantau tanda-tanda vital, menjaga keselamatan pasien, dan memberikan intervensi yang tepat saat episode kejang terjadi.
2. Defisit Mobilitas Fisik (SDKI): Kelemahan pada lengan dan tungkai kiri, serta riwayat fraktur pada kedua tungkai bawah, dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari pasien. Perawat perlu melakukan penilaian kemampuan fungsional pasien, memberikan perawatan fisik yang sesuai, dan melibatkan tim profesional lain (fisioterapis, okupasi terapis) untuk memaksimalkan kemampuan mobilitas pasien.
3. Nyeri Kronik (SDKI): Sakit kepala ringan yang dialami pasien selama 9 bulan dapat mengganggu kenyamanan dan aktivitas pasien. Perawat perlu melakukan penilaian nyeri, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi, dan memberikan intervensi manajemen nyeri yang sesuai.
4. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (SDKI): Pasien dengan riwayat gangguan kejang dan kondisi Anaplastik Oligodendroglioma membutuhkan penanganan komprehensif. Perawat perlu melakukan asesmen komprehensif, mengembangkan rencana perawatan yang sesuai, dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lain untuk memastikan manajemen kesehatan yang efektif.
Dalam memberikan perawatan, perawat juga perlu mempertimbangkan standar SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang relevan dengan kebutuhan pasien.