Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3190 | 23 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan sakit di bagian lutut yang beresiko jatuh
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat Pagi. Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisa dan penjelasan singkat mengenai diagnosa keperawatan, serta penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang Anda paparkan, yaitu pasien mengeluhkan sakit di bagian lutut yang berisiko jatuh, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Risiko Jatuh
Definisi: Kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan keluhan nyeri lutut memiliki risiko jatuh yang lebih tinggi. Nyeri lutut dapat mengganggu mobilitas dan keseimbangan pasien, meningkatkan risiko jatuh dan kemungkinan terjadinya cedera. Perawat perlu melakukan penilaian komprehensif, intervensi yang tepat, serta edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah terjadinya jatuh dan meminimalkan dampak yang mungkin timbul.
Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode Diagnosis: 00155
- Definisi: Kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera fisik.
- Faktor Risiko: Gangguan mobilitas fisik, gangguan sensorik, riwayat jatuh, penggunaan alat bantu, dll.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode Luaran: 1812
- Judul Luaran: Tingkat Risiko Jatuh
- Definisi: Tingkat kerentanan individu terhadap jatuh yang dapat menyebabkan cedera.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode Intervensi: 6490
- Judul Intervensi: Manajemen Risiko Jatuh
- Definisi: Upaya untuk mengidentifikasi, meminimalkan, dan memantau faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko jatuh pada individu.
Semoga penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan, serta penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dalam menangani kondisi pasien dengan risiko jatuh akibat nyeri lutut. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya siap membantu. Terima kasih, Wassalamualaikum. -
Article No. 3191 | 23 Oct 2024
Klinis : by. B usia 5 hari datang ke rumah sakit dengan keluhan kembung dan BAB (-) dan disertai muntah yang berwarna kehijauan. berat badan klien saat ini 2500 gr dengan berat badan lahir 2800 gr. hasil colok dubur menunjukkan bahwa rectum berakhir diatas m. puborectalis dengan fistula pada uretra. tindakan keperawatan yang paling utama untuk mengatasi kemungkinan masalah keperawatan yang timbul adalah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan adanya fistula pada uretra
2. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan hambatan dalam mengonsumsi makanan
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan adanya fistula pada uretra
- SDKI: Gangguan Eliminasi Urine
- SLKI: Integritas Eliminasi Urine
- SIKI: Manajemen Eliminasi Urine
Kondisi ini disebabkan oleh adanya fistula pada uretra, yang dapat menyebabkan kebocoran urine dan gangguan dalam eliminasi urine.
2. Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan hambatan dalam mengonsumsi makanan
- SDKI: Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Status Nutrisi
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Kondisi ini disebabkan oleh gejala muntah yang dialami oleh klien, yang dapat menghambat konsumsi makanan dan menimbulkan risiko malnutrisi.
Tindakan Keperawatan Utama:
Tindakan keperawatan yang paling utama untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul adalah:
1. Manajemen Eliminasi Urine
- Fokus pada pemantauan dan pengelolaan eliminasi urine, serta intervensi untuk mengatasi masalah fistula pada uretra.
2. Manajemen Nutrisi
- Fokus pada pemantauan status nutrisi, intervensi untuk meningkatkan asupan nutrisi, dan dukungan dalam konsumsi makanan.
Dengan tindakan keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah yang dialami oleh klien dan memulihkan kondisinya. -
Article No. 3192 | 23 Oct 2024
Klinis : muntah gelisah tidak sadarkan diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, yaitu kondisi muntah, gelisah, dan tidak sadarkan diri, maka berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Berhubungan dengan Penurunan Aliran Darah Ke Otak
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia): Gangguan dalam mekanisme pengaturan aliran darah ke otak yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien menunjukkan peningkatan perfusi otak, tanda-tanda vital dalam rentang normal, dan tingkat kesadaran membaik.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pemberian oksigen, memperbaiki posisi, dan memonitor tanda-tanda vital serta tingkat kesadaran pasien.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami gangguan perfusi jaringan serebral akibat penurunan aliran darah ke otak, sehingga menyebabkan pasien muntah, gelisah, dan tidak sadarkan diri. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan oksigen, memperbaiki posisi pasien, serta memonitor tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran secara berkala. -
Article No. 3193 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 43 tahun, dengan keluhan muntah darah, sebanyak 6 x/hari, warna merah kehitaman disertai nyeri perut dan tidak sadarkan diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perdarahan Gastrointestinal Aktif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perdarahan gastrointestinal aktif adalah keluarnya darah dari saluran pencernaan yang tidak terkendali.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tidak ada lagi perdarahan
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda hipovolemik
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pantau tanda-tanda vital secara berkala
2. Pantau jumlah dan karakteristik perdarahan
3. Lakukan tindakan henti perdarahan
4. Berikan cairan intravena sesuai indikasi
5. Kolaborasi pemberian obat-obatan antihemoragik
Pasien dengan kondisi perdarahan gastrointestinal aktif, muntah darah, nyeri perut, dan tidak sadarkan diri merupakan keadaan yang serius dan membutuhkan penanganan segera. Intervensi keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengendalikan perdarahan, mempertahankan stabilitas hemodinamik, dan mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa. -
Article No. 3194 | 23 Oct 2024
Klinis : Pasien dengan diagnosa medis tipoid dan saat ini mengalami sesak napas terbukti dari pemasangan kanul nasal dan mengeluhkan demam di malam hari dan menggigil
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memberikan ventilasi adekuat.
Karakteristik Definisi: Pasien mengeluhkan sesak napas, pemasangan kanul nasal, dan perubahan frekuensi napas.
2. Hipertermia
Definisi: Suhu tubuh di atas rentang normal akibat kegagalan mekanisme termoregulasi.
Karakteristik Definisi: Pasien mengalami demam di malam hari dan menggigil.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
SDKI merupakan panduan resmi dan sistematis dalam menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan pengkajian yang komprehensif. Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi pada kasus ini adalah Ketidakefektifan Pola Napas dan Hipertermia.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
SLKI adalah panduan dalam menentukan hasil atau luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan yang diberikan. Beberapa luaran yang dapat ditetapkan antara lain: Pemeliharaan Pola Napas, Pemulihan Suhu Tubuh, dan Kontrol Gejala.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
SIKI adalah panduan dalam menentukan tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan antara lain: Manajemen Jalan Napas, Manajemen Demam, dan Manajemen Gejala.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan sesuai dengan kondisi pasien dengan diagnosa medis tifoid yang mengalami sesak napas dan hipertermia. -
Article No. 3195 | 23 Oct 2024
Klinis : Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) d.d kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan), persepsi pada lingkungan tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya, sering menolak ajakan bermain), disfungi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku Bintang, meskipun sistem pendukung secara umum baik)
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis berdasarkan informasi yang Anda berikan, dengan penjelasan yang terstruktur.
1. Kode ICD-10:
- Kode: F63.1
- Deskripsi: Perilaku Merusak
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 94.31
- Deskripsi: Psikoterapi, individual
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah Perilaku Merusak (F63.1) dalam ICD-10. Ini mencakup kondisi yang ditandai dengan perilaku impulsif dan agresif, seperti melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan.
Selain itu, terdapat gejala lain yang berkaitan dengan kondisi ini, yaitu persepsi pada lingkungan yang tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya) serta disfungsi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku).
Untuk penatalaksanaan, salah satu tindakan yang mungkin diperlukan adalah psikoterapi individual (kode ICD-9-CM 94.31) untuk membantu mengatasi masalah perilaku dan interaksi sosial. Psikoterapi dapat membantu meningkatkan pemahaman, pengontrolan emosi, dan pengembangan keterampilan komunikasi serta interaksi sosial.
Penanganan yang komprehensif, mencakup intervensi psikologis, bimbingan orang tua, dan dukungan keluarga, dapat membantu mengelola kondisi ini secara efektif. -
Article No. 3196 | 23 Oct 2024
Klinis : Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) d.d kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan), persepsi pada lingkungan tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya, sering menolak ajakan bermain), disfungi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku Bintang, meskipun sistem pendukung secara umum baik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
Definisi:
Risiko Perilaku Kekerasan adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk menyerang diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
Faktor Risiko:
1. Kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan)
2. Persepsi pada lingkungan tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya, sering menolak ajakan bermain)
3. Disfungsi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku, meskipun sistem pendukung secara umum baik)
Intervensi Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Perilaku
2. Terapi Bermain
3. Bina Hubungan Terapeutik
4. Edukasi Keluarga
Luaran Keperawatan (SIKI):
1. Kontrol Perilaku Meningkat
2. Interaksi Sosial Membaik
3. Fungsi Keluarga Membaik
Penjelasan Singkat:
Diagnosa Risiko Perilaku Kekerasan ini menggambarkan kondisi anak yang memiliki potensi untuk berperilaku agresif secara verbal, fisik, atau psikologis. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan kontrol impuls, persepsi lingkungan yang tidak akurat, serta disfungsi sistem keluarga. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen perilaku, terapi bermain, membangun hubungan terapeutik, serta edukasi keluarga. Tujuan akhirnya adalah meningkatnya kontrol perilaku, interaksi sosial yang membaik, dan fungsi keluarga yang lebih baik. -
Article No. 3197 | 23 Oct 2024
Klinis : Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) d.d kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan), persepsi pada lingkungan tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya, sering menolak ajakan bermain), disfungi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku Bintang, meskipun sistem pendukung secara umum baik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan adalah kondisi di mana individu berada dalam risiko untuk terlibat dalam tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada diri sendiri atau orang lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Impuls: Individu dapat mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif atau merusak.
2. Interaksi Sosial: Individu dapat berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
3. Fungsi Keluarga: Keluarga dapat berfungsi secara optimal dalam memenuhi kebutuhan anggotanya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Perilaku: Intervensi untuk membantu individu mengembangkan strategi yang efektif dalam mengelola perilakunya.
2. Terapi Bermain: Intervensi untuk memfasilitasi perkembangan dan ekspresi emosi anak melalui aktivitas bermain.
3. Dukungan Keluarga: Intervensi untuk membantu keluarga dalam mendukung anggotanya yang mengalami masalah kesehatan.
Dalam kasus ini, Bintang menunjukkan risiko perilaku kekerasan, dengan gejala kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman), persepsi pada lingkungan yang tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya), serta disfungsi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku Bintang). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen perilaku, terapi bermain, dan dukungan keluarga untuk membantu Bintang dalam mengembangkan kontrol impuls yang baik, meningkatkan interaksi sosial yang efektif, serta mendukung fungsi keluarga yang optimal. -
Article No. 3198 | 23 Oct 2024
Klinis : Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) d.d kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan), persepsi pada lingkungan tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya, sering menolak ajakan bermain), disfungi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku Bintang, meskipun sistem pendukung secara umum baik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) pada Bintang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) adalah kondisi di mana individu berisiko mengalami perilaku mengancam atau menyakiti diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara fisik, emosional, atau verbal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan untuk kasus ini adalah Kontrol Perilaku (L.0024), di mana individu dapat mengendalikan dorongan untuk berperilaku agresif dan dapat berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Perilaku (I.0062), untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor yang memicu perilaku kekerasan.
2. Terapi Perilaku (I.0163), untuk membantu individu mengembangkan strategi yang lebih adaptif dalam mengekspresikan emosi dan mengatasi stres.
3. Terapi Permainan (I.0170), untuk memfasilitasi ekspresi emosi dan interaksi sosial yang lebih positif.
4. Edukasi Keluarga (I.0044), untuk memberikan panduan kepada orang tua dalam menangani perubahan perilaku anak.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan Bintang dapat meningkatkan kontrol perilakunya, mengelola emosi dengan lebih baik, dan berinteraksi secara efektif dengan teman sebaya. -
Article No. 3199 | 23 Oct 2024
Klinis : Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146) d.d kerusakan kontrol impuls (perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan), persepsi pada lingkungan tidak akurat (kesulitan memahami dan berinteraksi dengan teman sebaya, sering menolak ajakan bermain), disfungi sistem keluarga (kemungkinan kurangnya panduan orang tua dalam menghadapi perubahan perilaku Bintang, meskipun sistem pendukung secara umum baik)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perilaku Kekerasan (D.0146)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perilaku Kekerasan merupakan kondisi di mana individu berisiko mengalami atau menunjukkan perilaku yang dapat mencederai diri sendiri atau orang lain secara fisik, verbal, atau psikologis. Dalam kasus ini, terdapat kerusakan kontrol impuls yang menyebabkan perilaku melempar barang dan menggigit teman saat berebut mainan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah penurunan risiko perilaku kekerasan, peningkatan kontrol impuls, dan peningkatan kemampuan interaksi sosial. Hal ini dapat dicapai melalui intervensi keperawatan yang berfokus pada manajemen perilaku, terapi kognitif-perilaku, dan pengembangan keterampilan komunikasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diterapkan meliputi: Manajemen Perilaku, Terapi Bermain, Pengaturan Lingkungan, Pelatihan Keterampilan Sosial, dan Konseling Keluarga. Tujuannya adalah untuk membantu klien dalam mengembangkan kontrol impuls, memperbaiki persepsi terhadap lingkungan, dan meningkatkan fungsi keluarga dalam menangani perubahan perilaku.
Dalam kasus ini, kolaborasi dengan tim multidisipliner seperti psikolog anak dan terapis okupasi dapat memberikan pendekatan yang komprehensif untuk mengatasi risiko perilaku kekerasan pada anak.