Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3438 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI-SLKI-SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Kerusakan Integritas Selaput Lendir terkait demam dan kejang
2. Nyeri Akut terkait demam dan sakit kepala
3. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral terkait kejang
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Kerusakan Integritas Selaput Lendir terkait demam dan kejang
Demam dan kejang dapat menyebabkan dehidrasi dan kerusakan pada selaput lendir, sehingga terdapat risiko terjadinya kerusakan integritas selaput lendir.
2. Nyeri Akut terkait demam dan sakit kepala
Pasien mengalami demam dan sakit kepala, yang dapat menyebabkan nyeri akut.
3. Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral terkait kejang
Kejang dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otak, sehingga terdapat risiko penurunan perfusi jaringan serebral.
Standar SDKI-SLKI-SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Risiko Kerusakan Integritas Selaput Lendir
- Nyeri Akut
- Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Integritas Selaput Lendir Terjaga
- Kontrol Nyeri
- Perfusi Jaringan Serebral Memadai
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Hipertermia
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Kejang
Dengan menggunakan standar SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. -
Article No. 3439 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI sesuai standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Resiko Kejang Berhubungan dengan Demam Tinggi
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
Penjelasan:
1. Resiko Kejang Berhubungan dengan Demam Tinggi
- SDKI: Resiko Kejang
- SLKI: Manajemen Kejang
- SIKI: Manajemen Demam
Pasien mengalami kejang berulang yang disebabkan oleh demam tinggi. Kejang merupakan kondisi darurat yang perlu penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang berbahaya.
2. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Penyakit
- SDKI: Hipertermia
- SLKI: Manajemen Hipertermia
- SIKI: Manajemen Demam
Pasien mengalami demam tinggi (39,3°C) yang merupakan tanda adanya proses penyakit. Hipertermia perlu diatasi segera untuk mencegah komplikasi yang dapat membahayakan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi diagnosis keperawatan yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi luaran keperawatan yang digunakan untuk menetapkan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah sistem klasifikasi intervensi keperawatan yang digunakan untuk merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas sesuai dengan praktik keperawatan yang berlaku di Indonesia. -
Article No. 3440 | 24 Oct 2024
Klinis : RR: 35X/Menit SPO2 94% Pola napas abnormal/cepat (Takipnea) Penggunaan otot bantu pernapasan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pola Nafas Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, pasien mengalami Pola Nafas Tidak Efektif. Hal ini ditandai dengan:
- Laju pernapasan yang cepat (35x/menit)
- Saturasi oksigen yang rendah (94%)
- Penggunaan otot bantu pernapasan
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam frekuensi, kedalaman, atau ritme pernapasan yang dapat mengganggu ventilasi efektif.
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pernapasan yang memadai untuk mendukung kebutuhan oksigenasi
- Faktor Terkait: Gangguan mekanis pada sistem pernapasan, kelelahan otot pernapasan, kecemasan
- Gejala dan Tanda: Takipnea, penggunaan otot bantu pernapasan, SPO2 menurun
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan: Pola napas efektif, Adaptasi pernapasan memadai, Bebas dari distres pernapasan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi keperawatan: Monitoring tanda-tanda vital, Pemberian oksigen, Manajemen pernapasan, Manajemen kelelahan
Sebagai perawat, saya akan memantau kondisi pasien secara ketat, memberikan oksigen, dan melakukan intervensi untuk membantu pasien mempertahankan pola napas yang efektif. -
Article No. 3441 | 24 Oct 2024
Klinis : hiperglikemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiperglikemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kadar Glukosa Darah Tinggi (Hiperglikemia)
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan kadar glukosa darah yang melebihi batas normal, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pola makan, stres, dan gangguan metabolisme.
- Karakteristik Utama: Kadar glukosa darah yang meningkat.
- Faktor Terkait: Diet tidak adekuat, stres, aktivitas fisik tidak adekuat, gangguan metabolisme.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Klien dapat mencapai kadar glukosa darah normal.
- Indikator:
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal.
b. Tidak terjadi komplikasi akibat hiperglikemia.
c. Klien dapat mengelola diet dan aktivitas fisik.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Hiperglikemia
- Pemantauan kadar glukosa darah secara teratur.
- Pemberian insulin atau obat antihiperglikemik sesuai indikasi.
- Pengaturan pola makan dan aktivitas fisik.
b. Edukasi Kesehatan
- Edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan pencegahan hiperglikemia.
- Edukasi tentang pengelolaan diet, aktivitas fisik, dan penggunaan obat.
c. Manajemen Stres
- Identifikasi sumber stres.
- Penggunaan teknik relaksasi dan manajemen stres.
Sebagai pakar keperawatan, saya harap penjelasan singkat ini dapat membantu Anda memahami standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang diterapkan di Indonesia untuk menangani kondisi hiperglikemia. -
Article No. 3442 | 24 Oct 2024
Klinis : Ibu klien mengatakan demam An. D hilang timbul sejak pagi Do: Suhu: 39,3°C Suhu tubuh diatas nilai normal Kejang Takipnea Kulit klien teraba hangat
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi yang Anda berikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C yang disebabkan oleh respon fisiologis tubuh terhadap infeksi atau proses peradangan.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari perawatan hipertermia adalah: Suhu tubuh kembali normal, Tanda-tanda vital dalam batas normal, Tidak terjadi komplikasi, Klien dan keluarga memahami penanganan hipertermia.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk hipertermia meliputi:
a. Identifikasi penyebab hipertermia
b. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
c. Pemberian obat penurun demam (antipiretik) sesuai indikasi
d. Menjaga suhu tubuh tetap normal dengan menggunakan kompres hangat/dingin
e. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan
f. Edukasi kepada klien dan keluarga terkait penanganan hipertermia
Dalam kondisi yang Anda berikan, yaitu Ibu klien mengatakan demam An. D hilang timbul sejak pagi, suhu tubuh 39,3°C, kejang, takipnea, dan kulit klien teraba hangat, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, pemberian obat penurun demam, kompres hangat/dingin, dan edukasi kepada klien serta keluarga. -
Article No. 3443 | 24 Oct 2024
Klinis : hiperglikemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai dokter atau perekam medis, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 dan ICD-9-CM untuk kondisi hiperglikemia sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E87.0
- Deskripsi: Hiperglikemia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur khusus untuk hiperglikemia. Prosedur yang mungkin terkait dapat meliputi:
- 99.15 - Pemantauan glukosa darah
- 99.23 - Pemberian insulin
- 99.27 - Pemberian obat antidiabetes oral
Hiperglikemia merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan diabetes melitus, stres fisiologis, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Penanganan hiperglikemia umumnya meliputi pemantauan kadar glukosa darah, pemberian insulin atau obat antidiabetes oral, serta pengaturan diet dan aktivitas fisik. -
Article No. 3444 | 24 Oct 2024
Klinis : Hiperglikemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi hiperglikemia, dengan penjelasan yang terstruktur dan rinci.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E87.0
- Deskripsi: Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah kondisi medis di mana kadar glukosa dalam darah melebihi nilai normal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk diabetes mellitus, stres, infeksi, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Pasien dengan hiperglikemia dapat mengalami gejala seperti sering haus, sering kencing, dan kelelahan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.15
- Deskripsi: Pemberian insulin intravena
Dalam penanganan hiperglikemia, pemberian insulin intravena dapat dilakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah secara cepat. Prosedur ini biasanya dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang memiliki peralatan dan tenaga medis yang memadai untuk memantau kondisi pasien dengan cermat.
Kode ICD-9-CM 99.15 mencakup pemberian insulin intravena, baik untuk mengatasi hiperglikemia maupun kondisi lain yang memerlukan pengendalian kadar glukosa darah secara segera. -
Article No. 3445 | 24 Oct 2024
Klinis : Hiperglikemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiperglikemia.
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan Peningkatan Kadar Glukosa Darah.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh didefinisikan sebagai kondisi di mana asupan nutrisi melebihi kebutuhan metabolisme tubuh, yang dapat menyebabkan berbagai dampak negatif pada kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Kadar Glukosa Darah Terkendali, dengan kriteria hasil seperti kadar glukosa darah berada dalam rentang normal, tidak ada gejala hiperglikemia, dan tidak ada komplikasi akibat hiperglikemia.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen Hiperglikemia: Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara teratur, pemberian insulin sesuai kebutuhan, dan edukasi terkait pengelolaan diet dan gaya hidup.
2. Manajemen Nutrisi: Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien, merencanakan diet yang sesuai, dan memantau asupan nutrisi.
3. Manajemen Aktivitas: Merencanakan aktivitas fisik yang sesuai untuk menurunkan kadar glukosa darah.
Sebagai perawat, saya akan bekerja sama dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan dan memastikan pasien dapat mengelola kondisi hiperglikemianya dengan baik. -
Article No. 3446 | 24 Oct 2024
Klinis : Hiperglikemia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis hiperglikemia dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: E87.0
- Deskripsi: Hiperglikemia
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 75.62
- Deskripsi: Pemantauan kadar glukosa darah, kontinyu
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E87.0 untuk Hiperglikemia:
- Hiperglikemia adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dari normal.
- Kode E87.0 dalam Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah-Masalah Terkait Kesehatan, Revisi Kesepuluh (ICD-10) digunakan untuk mengkodekan kondisi hiperglikemia.
- Hiperglikemia dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus, kondisi stres, atau kondisi medis lainnya yang memengaruhi regulasi kadar gula darah.
2. Kode ICD-9-CM 75.62 untuk Pemantauan Kadar Glukosa Darah, Kontinyu:
- Pemantauan kadar glukosa darah secara kontinyu merupakan prosedur atau tindakan medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan hiperglikemia.
- Kode ICD-9-CM 75.62 digunakan untuk mengkodekan prosedur pemantauan kadar glukosa darah secara kontinyu, yang dapat dilakukan menggunakan perangkat pemantauan glukosa darah yang terpasang pada tubuh pasien.
- Pemantauan kadar glukosa darah secara kontinyu dapat membantu dokter dalam memantau dan mengelola kondisi hiperglikemia pada pasien. -
Article No. 3447 | 24 Oct 2024
Klinis : bahwa anak mereka semakin sering mengalami sesak napas dan jarang beraktivitas karena mudah lelah.Pasien didiagnosis thalassemia mayor sejak usia 2 tahun dan sejak saat itu menjalani transfusi darah rutin setiap 4 minggu. Saat ini, pasien datang dengan keluhan kelelahan berat meskipun baru menjalani transfusi 3 minggu yang lalu, serta perut terasa penuh akibat pembesaran limpa. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan tampak lebih pucat dibandingkan biasanya.Pasien sering mengalami anemia sejak bayi. Saat usia 2 tahun, dilakukan pemeriksaan darah lengkap yang menunjukkan thalassemia mayor. Sejak itu, pasien rutin menjalani transfusi darah.Orang tua pasien tidak memiliki riwayat thalassemia, tetapi hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kedua orang tua adalah pembawa sifat (carrier) thalassemia.Pasien menjalani transfusi darah setiap 3-4 minggu dan telah menerima terapi kelasi besi untuk mengurangi penumpukan zat besi akibat transfusi berulang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda deskripsikan dengan nada akademis dan persona sebagai pakar atau perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskuler dan respirasi akibat anemia thalassemia mayor.
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan pembesaran organ akibat penumpukan zat besi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Penjelasan Singkat:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi kardiovaskuler dan respirasi akibat anemia thalassemia mayor:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik.
- SLKI: Aktivitas Fisik
- SIKI: Manajemen Intoleransi Aktivitas
2. Nyeri Kronis berhubungan dengan pembesaran organ akibat penumpukan zat besi:
- SDKI: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah tersebut.
- SLKI: Pengendalian Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan:
- SDKI: Asupan nutrisi tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Pemenuhan Kebutuhan Dasar
- SIKI: Manajemen Nutrisi
Secara keseluruhan, masalah kesehatan yang dialami pasien terkait dengan komplikasi anemia thalassemia mayor, seperti intoleransi aktivitas, nyeri kronis, dan malnutrisi. Intervensi keperawatan yang sesuai akan berfokus pada manajemen gejala, pengendalian komplikasi, dan upaya mempertahankan status kesehatan pasien secara optimal.