Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3427 | 24 Oct 2024
Klinis : Ny. B datang ke IGD RS tanggal 2 oktober 2024 pukul 15.00 dengan keluhan mengalami flek sampai mengeluarkan darah merah sejak kemarin 1 oktober 2024 pukul 02.00, pasien mengeluh lelah saat beraktivitas. Kulit pasien teraba kering, wajah tampak pucat Usia kehamilan Ny. B 8 minggu. Diagnosa medis pasien abortus imminens, Setelah dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bagian bawah, nyeri seperi ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 nyeri berlangsung selama 30 detik, nyeri hilang timbul. . Pasien tampak meringis, dan sulit tidur karena nyeri, pasien tampak gelisah. Pasien merasa khawatir dengan kondisi janinnya sekarang dan mengatakan sulit tidur. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg. Nadi: 71x/ menit, suhu 37,1 RR: 20x/ menit. Hb 10,7 g/dL, Leukosit 10, 6 ribu, trombosit: 374 ribu. HbsAg: negatif. Pasien dirawat di rumah sakit dan dianjurkan oleh dokter untuk bedrest.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ny. B:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan abortus imminens
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Kontrol Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
2. Risiko Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kehamilan
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Konseling Kecemasan
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Uterus berhubungan dengan perdarahan
- SDKI: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Optimalisasi Perfusi Jaringan
- SIKI: Manajemen Perdarahan
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Abortus Imminens:
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bawah yang terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 4.
- Nyeri berlangsung selama 30 detik dan hilang timbul.
- Pasien tampak meringis dan sulit tidur karena nyeri.
2. Risiko Kecemasan berhubungan dengan Ancaman Terhadap Kehamilan:
- Pasien merasa khawatir dengan kondisi janin dan mengatakan sulit tidur.
- Pasien tampak gelisah.
3. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Uterus berhubungan dengan Perdarahan:
- Pasien mengalami perdarahan berupa flek sampai mengeluarkan darah merah sejak sehari sebelum datang ke IGD.
- Pasien tampak pucat dan kulit teraba kering, yang dapat mengindikasikan adanya ketidakefektifan perfusi jaringan uterus.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan diagnosa di atas antara lain:
- Manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat, dan teknik relaksasi.
- Konseling untuk mengurangi kecemasan, seperti penyampaian informasi, dukungan emosional, dan latihan teknik relaksasi.
- Pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan, dan perfusi jaringan uterus, serta kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan abortus imminens. -
Article No. 3428 | 24 Oct 2024
Klinis : Ny. B datang ke IGD RS tanggal 2 oktober 2024 pukul 15.00 dengan keluhan mengalami flek sampai mengeluarkan darah merah sejak kemarin 1 oktober 2024 pukul 02.00, pasien mengeluh lelah saat beraktivitas. Kulit pasien teraba kering, wajah tampak pucat Usia kehamilan Ny. B 8 minggu. Diagnosa medis pasien abortus imminens, Setelah dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bagian bawah, nyeri seperi ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 nyeri berlangsung selama 30 detik, nyeri hilang timbul. . Pasien tampak meringis, dan sulit tidur karena nyeri, pasien tampak gelisah. Pasien merasa khawatir dengan kondisi janinnya sekarang dan mengatakan sulit tidur. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg. Nadi: 71x/ menit, suhu 37,1 RR: 20x/ menit. Hb 10,7 g/dL, Leukosit 10, 6 ribu, trombosit: 374 ribu. HbsAg: negatif. Pasien dirawat di rumah sakit dan dianjurkan oleh dokter untuk bedrest.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis pada kasus yang Anda sampaikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O20.0
- Deskripsi: Abortus imminens
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 74.91
- Deskripsi: Ultrasonografi (USG) pelvis, transvaginal
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien Ny. B datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan mengalami perdarahan (flek sampai mengeluarkan darah merah) sejak kemarin, 1 Oktober 2024 pukul 02.00, serta mengeluh lelah saat beraktivitas. Pada pemeriksaan fisik, kulit pasien teraba kering dan wajahnya tampak pucat. Usia kehamilan Ny. B saat itu adalah 8 minggu.
Setelah dilakukan pemeriksaan USG, ditemukan bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, dengan ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien juga mengeluh nyeri pada bagian pinggang bawah, dengan karakteristik nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala 4, dan berlangsung selama 30 detik dengan nyeri hilang timbul. Pasien tampak meringis dan sulit tidur karena nyeri, serta merasa khawatir dengan kondisi janinnya.
Berdasarkan temuan di atas, diagnosis yang sesuai adalah Abortus imminens (kode ICD-10: O20.0), yang menggambarkan kondisi terancamnya kehamilan akibat perdarahan pada awal kehamilan.
Untuk tindakan medis, pada kasus ini dilakukan Ultrasonografi (USG) pelvis, transvaginal (kode ICD-9-CM: 74.91) untuk mengevaluasi kondisi kehamilan secara lebih rinci.
Pasien kemudian dirawat di rumah sakit dan dianjurkan untuk bedrest sesuai dengan rekomendasi dokter. -
Article No. 3429 | 24 Oct 2024
Klinis : Ny. B datang ke IGD RS tanggal 2 oktober 2024 pukul 15.00 dengan keluhan mengalami flek sampai mengeluarkan darah merah sejak kemarin 1 oktober 2024 pukul 02.00, pasien mengeluh lelah saat beraktivitas. Kulit pasien teraba kering, wajah tampak pucat Usia kehamilan Ny. B 8 minggu. Diagnosa medis pasien abortus imminens, Setelah dilakukan pemeriksaan USG didapatkan hasil bahwa konsepsi masih baik dan berada dalam uterus, ukuran uterus sesuai dengan kehamilan. Pasien mengeluh nyeri pada bagian pinggang bagian bawah, nyeri seperi ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 nyeri berlangsung selama 30 detik, nyeri hilang timbul. . Pasien tampak meringis, dan sulit tidur karena nyeri, pasien tampak gelisah. Pasien merasa khawatir dengan kondisi janinnya sekarang dan mengatakan sulit tidur. Pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD: 120/80 mmHg. Nadi: 71x/ menit, suhu 37,1 RR: 20x/ menit. Hb 10,7 g/dL, Leukosit 10, 6 ribu, trombosit: 374 ribu. HbsAg: negatif. Pasien dirawat di rumah sakit dan dianjurkan oleh dokter untuk bedrest.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. B yang datang ke IGD RS dengan keluhan perdarahan per vagina dan nyeri pada bagian pinggang bagian bawah, serta pemeriksaan penunjang yang menunjukkan abortus imminens, berikut adalah diagnosa keperawatan serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Abortus Imminens
2. Nyeri Berhubungan dengan Abortus Imminens
3. Kecemasan Berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap Kondisi Janin
Penjelasan SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Abortus Imminens
- SDKI: Risiko Perdarahan Abnormal
- SLKI: Pemantauan Perdarahan
- SIKI: Perawatan Wanita dengan Risiko Perdarahan Abnormal
2. Nyeri Berhubungan dengan Abortus Imminens
- SDKI: Nyeri Akut
- SLKI: Manajemen Nyeri
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Kecemasan Berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap Kondisi Janin
- SDKI: Kecemasan
- SLKI: Manajemen Kecemasan
- SIKI: Manajemen Kecemasan
Penjelasan singkat:
1. Risiko Perdarahan Berhubungan dengan Abortus Imminens:
- Pemantauan tanda-tanda vital, pola perdarahan, dan respons pasien terhadap perdarahan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk intervensi medis yang tepat.
- Edukasi dan dukungan emosional bagi pasien dan keluarga.
2. Nyeri Berhubungan dengan Abortus Imminens:
- Penilaian nyeri secara komprehensif (skala, lokasi, kualitas, durasi, dan faktor pemicu).
- Pemberian analgesik sesuai dengan rekomendasi medis.
- Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, relaksasi, dan distraksi.
3. Kecemasan Berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap Kondisi Janin:
- Identifikasi faktor penyebab kecemasan dan respons pasien.
- Pemberian informasi dan edukasi yang akurat tentang kondisi pasien dan janin.
- Teknik manajemen kecemasan, seperti teknik relaksasi, terapi reminisens, dan terapi suportif.
Dengan pendekatan SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada kebutuhan pasien, sehingga dapat meningkatkan outcome yang optimal bagi Ny. B. -
Article No. 3430 | 24 Oct 2024
Klinis : pasein dtanag rujukan dr nisak sp A dengan gizi buruk dan riwayat VSD, keluhan bb anak semakin turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi tersebut.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko kurang volume cairan adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasel yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat, ditandai dengan tanda-tanda vital dalam batas normal, edema minimal, dan eliminasi urin normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Mengkaji status cairan
- Memantau intake dan output cairan
- Memberikan nutrisi yang sesuai
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diet
2. Risiko malnutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko malnutrisi adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan nutrisi yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan status gizi yang optimal, ditandai dengan berat badan yang stabil, laboratorium dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
- Mengkaji status gizi
- Menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diet
- Memantau asupan dan output nutrisi
Semoga penjelasan ini membantu. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. -
Article No. 3431 | 24 Oct 2024
Klinis : pasein dengan gizi buruk dan riwayat VSD, keluhan bb anak semakin turun
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Keadaan di mana individu mengalami asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Berat badan ideal, Kadar albumin dalam batas normal, Tidak terjadi penurunan berat badan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Pemantauan asupan nutrisi, Pemberian nutrisi enteral atau parenteral, Konseling gizi.
Kondisi Pasien:
Pasien dengan gizi buruk dan riwayat VSD (Ventrikular Septal Defect) memiliki keluhan berat badan anak yang semakin turun, menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan asupan nutrisi, pemberian nutrisi enteral atau parenteral, dan konseling gizi untuk meningkatkan status gizi pasien.
Tone: Akademis
Persona: Pakar, Perawat
Tujuan: Memberikan informasi dan penjelasan terkait diagnosa keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi pasien dengan gizi buruk dan riwayat VSD. -
Article No. 3433 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien datang ke igd untuk suntik tetanus, luka tertusuk paku berkarat, luka sudah di bersihkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang ke IGD dengan luka tertusuk paku berkarat, maka terdapat risiko infeksi yang perlu diantisipasi. Pasien telah mendapatkan tindakan pembersihan luka, namun masih berisiko terkena infeksi akibat kontaminasi dari paku berkarat.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai kerentanan terhadap invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam pengelolaan Risiko Infeksi antara lain:
1. Tidak terjadi infeksi pada luka
2. Tidak terjadi peradangan pada luka
3. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengelola Risiko Infeksi antara lain:
1. Perawatan Luka
2. Pemberian Antibiotik
3. Pemantauan tanda-tanda infeksi
4. Edukasi tentang perawatan luka dan tanda infeksi -
Article No. 3434 | 24 Oct 2024
Klinis : Resiko Tinggi untuk mengalami Gangguan Persepsi (Waham)
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi risiko tinggi mengalami gangguan persepsi (waham).
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Persepsi: Waham
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Persepsi: Waham adalah kondisi di mana individu mengalami keyakinan atau persepsi yang tidak sesuai dengan realitas, yang dapat disebabkan oleh faktor biologis, psikologis, sosial, atau spiritual.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah individu dapat mengenali wahamnya, dapat mengatasi wahamnya, dan dapat mempertahankan perilaku yang sesuai dengan realitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani risiko gangguan persepsi: waham antara lain:
a. Pengkajian komprehensif terhadap faktor-faktor yang menyebabkan waham.
b. Pemberian terapi psikososial, seperti terapi kognitif-perilaku atau terapi realitas.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti psikiater, untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan.
d. Edukasi kepada individu dan keluarga terkait waham dan cara mengelolanya.
e. Penciptaan lingkungan yang mendukung untuk meminimalkan risiko terjadinya waham.
Saya berharap penjelasan singkat ini dapat memberikan gambaran umum terkait diagnosa keperawatan dan standar PPNI yang dapat diterapkan untuk kondisi risiko tinggi mengalami gangguan persepsi (waham). Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan dengan senang hati membantu. -
Article No. 3435 | 24 Oct 2024
Klinis : inkontinensia fekal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Fekal
Penjelasan Singkat:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Inkontinensia Fekal didefinisikan sebagai tidak terkendalinya pengeluaran feses secara tidak sengaja. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelemahan otot sfingter anal, gangguan saraf, atau penyakit lainnya.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan beberapa luaran yang dapat dicapai dalam menangani kondisi ini, antara lain:
1. Pengendalian Inkontinensia Fekal
2. Integritas Kulit
3. Kenyamanan
4. Proses Pencernaan
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menyarankan beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, seperti:
1. Manajemen Inkontinensia Fekal
2. Perawatan Kulit
3. Manajemen Kenyamanan
4. Manajemen Pencernaan
Penerapan standar-standar ini dalam praktik keperawatan akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terstandar bagi pasien dengan kondisi inkontinensia fekal. -
Article No. 3436 | 24 Oct 2024
Klinis : inkontinensia fekal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Inkontinensia Fekal
Penjelasan singkat:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Inkontinensia fekal adalah ketidakmampuan untuk menahan atau mengontrol pengeluaran feses secara tidak sengaja.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
Luaran yang diharapkan dari penanganan inkontinensia fekal adalah:
a. Pemulihan fungsi eliminasi fekal
b. Pemulihan kontrol eliminasi fekal
c. Pemulihan integritas kulit perianal
d. Peningkatan kualitas hidup terkait inkontinensia fekal
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani inkontinensia fekal antara lain:
a. Manajemen inkontinensia fekal
b. Perawatan kulit perianal
c. Edukasi terkait inkontinensia fekal
d. Latihan otot dasar panggul
e. Terapi biofeedback
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menetapkan standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam praktik keperawatan di Indonesia untuk menangani kondisi inkontinensia fekal. -
Article No. 3437 | 24 Oct 2024
Klinis : Pada tanggal 17 Maret 2021 pukul 20.30 pasien bernama An. D seorang anak perempuan berusia 5 tahun berasal dari suku jawa datang dengan kedua orang tuanya ke IGD RSUA. Pasien lahir pada tanggal 25 Januari 2016. Ayah klien bernama Tn. A usia 31 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai seorang pedagang di pasar. Sedangkan sang ibu Ny. T, berusia 29 tahun pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT). An. D datang dengan keluhan kejang. Ny. T mengatakan An. D demam sejak pukul 07.00 wita, kemudian diberikan obat paracetamol. Demam An. D sempat turun, namun pada sore hari An. D kembali demam dan disertai nyeri kepala. Pada pukul 19.30 wita An. D kejang di rumah dengan durasi ± 2 menit pada saat kejang bibir An. D membiru, dan klien tampak pucat sehingga keluarga langsung membawa An. D ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, klien kejang di mobil sekitar pukul 20.20 wita dengan durasi ± 2 menit. Setelah tiba di IGD rumah sakit, dokter kemudian memeriksa keadaan klien, dan saat diperiksa klien tiba – tiba kejang lagi untuk yang ke tiga kalinya dengan durasi ± 1 menit, tampak bibir klien membiru, pucat, dan tidak memberikan respon apapun saat diberikan rangsangan, didapatkan juga keadaan tubuh dan kulit klien teraba hangat. Keadaan umum klien tampak lemah, dan lemas. Hasil pemeriksaan fisik diketahui Suhu klien 39,3°C, SPO2 94%, Nadi 112 kali/menit, TD: 90/60 mmHg, RR: 35x/menit, berat badan saat ini 20 Kg, Tinggi Badan saat ini 106cm. Dengan kesadaran Apatis. Ny. T mengatakan klien pernah mengalami demam tinggi dan kejang pada saat klien berusia 2 tahun dan pada saat itu klien hanya diberikan obat dari klinik karena saat itu klien dan keluarganya sedang mudik di rumah nenek & kakek klien yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan. Ny. T juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien An. D:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko cedera akut berhubungan dengan kejang
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kejang
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Cedera Akut Berhubungan dengan Kejang
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko cedera akut adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami kerusakan fisik yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien tidak mengalami cedera selama kejang.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah menjaga keselamatan pasien selama kejang, seperti memindahkan pasien ke tempat yang aman, menjauhkan benda-benda keras, dan memberikan bantuan oksigen jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kejang
- SDKI: Ketidakefektifan pola napas adalah kondisi di mana pasien mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif selama dan setelah kejang.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, memberikan oksigen, dan melakukan suction jika diperlukan untuk mempertahankan jalan napas.
Dalam kasus ini, pasien An. D mengalami kejang berulang dengan durasi yang bervariasi. Hal ini dapat menyebabkan risiko cedera akut dan ketidakefektifan pola napas yang perlu dikelola dengan baik oleh perawat untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk.