Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3377 | 24 Oct 2024
Klinis : Nn. S berumur 28 tahun. Mengeluh sesak dan kesulitan bernafas. Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosa positif Covid-19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020 didapatkan hasil negatif sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39o C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak dan kesulitan bernapas. Klien dibawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan thorax: corakan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan : Sugestif viral pneumonia bilateral. Hasil CRP positif, dan hasil pemeriksaan AGD sebagai berikut: pH 7,1; HCO3 27 mEq/L; PaO2 75 mmHg, PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi Nn. S yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
2. Intoleransi Aktivitas
3. Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Pertukaran Gas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi atau eliminasi karbon dioksida pada level normal
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pertukaran gas yang efektif, seperti pemberian oksigen, pemantauan saturasi oksigen, dan manajemen ventilasi
2. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dibutuhkan
- SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan aktivitas sesuai toleransi
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan aktivitas, seperti manajemen aktivitas, perawatan diri, dan manajemen kelelahan
3. Nyeri Akut
- SDKI: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
- SLKI: Intervensi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
- SIKI: Tindakan keperawatan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri, seperti pemberian analgesik, kompres hangat/dingin, dan manajemen stres
Dalam kasus Nn. S, diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hal ini disebabkan oleh kondisi Nn. S yang mengalami sesak napas, kesulitan bernapas, dan nyeri otot yang menghambat aktivitas sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen oksigenasi, pengelolaan aktivitas, dan penatalaksanaan nyeri sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3378 | 24 Oct 2024
Klinis : AKI
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi Acute Kidney Injury (AKI):
1. Kode ICD-10:
- Kode: N17.x
- Deskripsi: Acute kidney injury
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialysis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N17.x adalah kategori yang mencakup semua jenis Acute Kidney Injury (AKI), termasuk AKI karena sebab yang tidak spesifik (N17.9), AKI dengan nekrosis tubulus akut (N17.0), AKI dengan kegagalan ginjal akut (N17.1), dan AKI dengan gagal ginjal akut (N17.2). Kode N17.x digunakan untuk mengidentifikasi kondisi AKI secara umum.
2. Kode ICD-9-CM 39.95 merujuk pada prosedur hemodialisis, yang merupakan salah satu modalitas terapi pengganti ginjal yang sering digunakan dalam tatalaksana pasien dengan AKI. Hemodialisis dilakukan untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan, elektrolit, dan zat sisa metabolisme dari tubuh pasien saat ginjal tidak dapat berfungsi secara optimal.
Dalam praktik klinis, kode diagnosis ICD-10 dan kode prosedur ICD-9-CM digunakan oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perekam medis, untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan kondisi pasien serta tindakan medis yang dilakukan. Hal ini penting untuk tujuan perawatan, dokumentasi, dan penagihan biaya perawatan kesehatan. -
Article No. 3379 | 24 Oct 2024
Klinis : STROKE LAMA
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "STROKE LAMA":
1. Kode ICD-10:
- Kode: I69
- Deskripsi: Sekuele dari stroke
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik untuk "stroke lama"
- Deskripsi: Tidak ada prosedur atau tindakan medis yang spesifik untuk kondisi "stroke lama". Manajemen pasien dengan stroke lama umumnya mencakup terapi rehabilitasi, terapi wicara, fisioterapi, dan tindakan suportif lainnya untuk membantu pasien beradaptasi dan memulihkan fungsi yang tergangga.
Penjelasan:
Kode ICD-10 I69 digunakan untuk mengkodekan sekuele (efek sisa) dari stroke, termasuk kondisi "stroke lama". Ini mencakup berbagai gangguan neurologis, cacat, dan keterbatasan fungsional yang dapat terjadi setelah episode stroke sebelumnya.
Tidak ada kode ICD-9-CM spesifik untuk "stroke lama", karena manajemen pasien dengan kondisi ini umumnya lebih berfokus pada terapi rehabilitasi dan tindakan suportif untuk membantu pasien beradaptasi dan memulihkan fungsi yang terganggu, daripada tindakan medis prosedural tertentu. -
Article No. 3380 | 24 Oct 2024
Klinis : luka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi luka, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Terkait Integritas Kulit Terganggu
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, atau fungsi organ.
Terkait Integritas Kulit Terganggu adalah keadaan di mana terdapat perubahan struktur dan fungsi kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi infeksi pada luka, pemulihan integritas kulit, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Perawatan Luka: Membersihkan luka, menerapkan penutup luka yang sesuai, dan memantau perkembangan luka.
2. Pencegahan Infeksi: Memastikan kebersihan dan sterilitas alat dan bahan, menerapkan teknik aseptik, dan memantau tanda-tanda infeksi.
3. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi tentang perawatan luka, pencegahan infeksi, dan tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat mencegah terjadinya infeksi pada luka dan membantu pemulihan integritas kulit pasien. -
Article No. 3381 | 24 Oct 2024
Klinis : alergi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi alergi.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Alergi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Alergi didefinisikan sebagai respons tubuh yang berlebihan terhadap paparan alergen yang spesifik, yang dapat menyebabkan reaksi sistemik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk Intoleransi Alergi adalah pasien dapat mengenali tanda dan gejala alergi, menghindari paparan alergen, dan mengelola respons alergi dengan efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk Intoleransi Alergi meliputi edukasi tentang alergi, identifikasi dan penghindaran alergen, pemberian terapi farmakologi, serta pemantauan respons tubuh terhadap alergen.
Sebagai seorang perawat profesional, saya sangat memahami pentingnya penanganan yang tepat terhadap kondisi alergi. Dengan menggunakan kerangka SDKI, SLKI, dan SIKI, kita dapat memastikan bahwa pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien. -
Article No. 3382 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang perempuan Ny. A berusia 35 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan muncul bercak merah pada kulit tangan, semakin lama semakin membesar dan meluas dengan menyebar ke kaki dan punggung. Pasien mengeluh mati rasa atau terasa baal pada kaki dan tangannya. Hasil pemeriksaan didapatkan : kesadaran kompos mentis, TD : 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 20x/menit, dan suhu 36°C. Terdapat kelainan pada kulit region antebrachii sinistra et dextra dan region pedis sinistra et dextra terdapat makula hipopigmentasi, berukuran numular sampai plakat, lesi multiple dan irregular; pada regio dorsum pedis lateral dextra terdapat ulkus berbentuk bulat tidak beraturan, tepi meninggi hiperpigmentasi, ukuran 2 x 2,5 x 0,3 cm teraba hangat, nyeri tekan (+), dan dasar eritematosus. Pasien mendapatkan terapi rifampisin 600 mg setiap bulan, diamino diphenyl suffone (DDS) 100 mg setiap hari, lamprene 300 mg setiap bulan diteruskan 50 mg sehari, asam mefenamat 500 mg jika perlu. Pasien pernah memiliki riwayat kontak dengan penderita kusta yang merupakan teman beraktivitas sejak kecil. Pasien didiagnosa morbus Hansen dengan ulkus pada regio dorsum pedis lateral dekstra, karena pada pasien bercak atau lesi kusta yang mati rasa berjumlah lebih dari lima. Semenjak muncul gejala, klien cenderung menutup diri dan enggan bertemu dengan orang lain karena malu dengan kondisi kulitnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien Ny. A didiagnosis dengan Morbus Hansen (Kusta) dengan ulkus pada regio dorsum pedis lateral dekstra. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit kusta (Morbus Hansen)
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Keadaan di mana terjadi kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan di bawahnya.
- Faktor Berhubungan: Proses penyakit, malnutrisi, usia, perubahan sirkulasi, dan imobilisasi.
- Gejala dan Tanda: Adanya luka, kerusakan jaringan, dan perubahan warna kulit.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Integritas kulit membaik, luka sembuh, dan tidak terjadi komplikasi.
- Kriteria Hasil: Kulit utuh, tidak ada kerusakan, tidak ada tanda infeksi, dan proses penyembuhan berjalan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Perawatan luka, manajemen nutrisi, dan edukasi tentang perawatan kulit.
- Aktivitas Keperawatan: Membersihkan luka, menerapkan terapi topikal, menjaga hidrasi kulit, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga.
2. Gangguan sensasi berhubungan dengan proses penyakit kusta (Morbus Hansen)
SDKI:
- Definisi: Keadaan di mana terjadi penurunan atau perubahan sensasi pada tubuh.
- Faktor Berhubungan: Proses penyakit, kerusakan saraf, dan penurunan aliran darah.
- Gejala dan Tanda: Mati rasa, kesemutan, dan perubahan persepsi sensasi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Sensasi tubuh membaik, tidak ada keluhan mati rasa atau kesemutan.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan peningkatan sensasi, tidak ada keluhan mati rasa atau kesemutan, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Manajemen nyeri, stimulasi sensorik, dan edukasi tentang perawatan diri.
- Aktivitas Keperawatan: Menilai sensasi, memberikan terapi untuk merangsang sensasi, dan mengajarkan pasien dan keluarga tentang cara merawat diri.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik akibat penyakit kusta (Morbus Hansen)
SDKI:
- Definisi: Keadaan di mana individu mengalami pembatasan interaksi sosial yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
- Faktor Berhubungan: Perubahan penampilan fisik, stigma sosial, dan rasa malu.
- Gejala dan Tanda: Menutup diri, menolak bertemu orang lain, dan menghindari interaksi sosial.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat berinteraksi sosial dengan baik dan terbuka dengan kondisinya.
- Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan keterlibatan dalam aktivitas sosial, memiliki hubungan yang memuaskan dengan orang lain, dan dapat menerima kondisinya.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Terapi kelompok, konseling, dan edukasi tentang penyakit kusta.
- Aktivitas Keperawatan: Memfasilitasi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain, memberikan konseling untuk meningkatkan harga diri, dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit kusta. -
Article No. 3383 | 24 Oct 2024
Klinis : hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Selamat siang. Saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hipertensi.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
- Definisi: Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
- Faktor Risiko: Peningkatan afterload jantung.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Kardiak (00024)
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke jantung yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Peningkatan afterload jantung.
3. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif (00201)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak yang dapat membahayakan kesehatan.
- Faktor Risiko: Peningkatan tekanan darah.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pemeliharaan Pernafasan: Ventilasi Adekuat (0403)
2. Perfusi Jaringan: Jantung (0405)
3. Perfusi Jaringan: Serebral (0408)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Mempertahankan jalan napas terbuka dan bebas.
- Memantau pola napas dan upaya napas.
2. Manajemen Kardiovaskular (4046)
- Memantau tanda-tanda vital.
- Memantau intake dan output cairan.
- Mengatur aktivitas fisik sesuai toleransi.
3. Manajemen Perfusi Serebral (4062)
- Memantau tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
- Memposisikan kepala sesuai kebutuhan.
- Menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. Terima kasih. -
Article No. 3384 | 24 Oct 2024
Klinis : anemia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan Anemia:
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia adalah:
1. Kelelahan (Fatigue)
Definisi: Sensasi subjektif kekurangan tenaga, kapasitas atau kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Intoleransi Aktivitas (Activity Intolerance)
Definisi: Keterbatasan dalam toleransi untuk melakukan aktivitas fisik.
3. Penurunan Curah Jantung (Decreased Cardiac Output)
Definisi: Penurunan volume darah yang dipompa oleh jantung per satuan waktu.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat. Standar ini memberikan definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan untuk setiap diagnosis keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan. SLKI menyediakan deskripsi dan kriteria hasil untuk setiap luaran keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Merupakan standar yang dikembangkan oleh PPNI untuk mengidentifikasi tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan. SIKI menyediakan definisi, tujuan, aktivitas, dan pertimbangan untuk setiap intervensi keperawatan.
Perawat dapat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai acuan dalam proses asuhan keperawatan untuk pasien dengan anemia, mulai dari mengidentifikasi masalah, merencanakan intervensi, hingga mengevaluasi hasil yang dicapai. -
Article No. 3385 | 24 Oct 2024
Klinis : kilen tampak pucat dan mukosa bibirnya tampak kering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi klien yang tampak pucat dan mukosa bibir kering, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor risiko: Anoreksia, malabsorpsi, mual, dan perubahan status mental.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh" menggambarkan kondisi klien yang tampak pucat dan mukosa bibir kering, yang dapat mengindikasikan adanya masalah dalam asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Faktor risiko yang mungkin mendasari kondisi ini antara lain anoreksia, malabsorpsi, mual, dan perubahan status mental.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Status nutrisi membaik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Identifikasi faktor risiko yang memengaruhi status nutrisi.
2. Pantau asupan dan output nutrisi.
3. Kolaborasi dengan profesional kesehatan terkait untuk mengatasi masalah nutrisi.
4. Berikan dukungan psikologis dan motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi.
5. Edukasi klien dan keluarga mengenai pentingnya nutrisi yang adekuat.
Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, diharapkan intervensi keperawatan yang diberikan dapat membantu meningkatkan status nutrisi klien dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3386 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan gatal karena alergi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder akibat reaksi alergi
Penjelasan:
Pasien mengalami gatal yang merupakan tanda adanya reaksi alergi. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan fisik dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan pada tingkat yang diharapkan.
- Faktor Berhubungan: Kelemahan fisik, keterbatasan energi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Toleransi Aktivitas
- Indikator: Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, Tingkat kelelahan, Kemampuan melakukan aktivitas tanpa hambatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Aktivitas, Manajemen Energi, Manajemen Kelelahan.
- Aktivitas Keperawatan: Identifikasi kemampuan dan keterbatasan aktivitas, Bantu pasien mengatur aktivitas, Ajarkan teknik manajemen energi, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.