Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3337 | 24 Oct 2024
Klinis : 3.1 Studi Kasus Tn. R adalah seorang manajer di perusahaan IT, dan istrinya, Ny. L, bekerja sebagai dosen di universitas swasta. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Citra, yang berusia 5 tahun. Citra memiliki tinggi badan 115 cm dan berat badan 22 kg, yang masih dalam rentang normal untuk anak seusianya. Dalam enam bulan terakhir, Citra mulai menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perilaku. Orang tuanya memperhatikan bahwa ia lebih sering murung dan sulit diajak bicara. Tidurnya cukup teratur, yaitu sekitar 9 jam per hari, tetapi sering terbangun di tengah malam dan tampak cemas. Selain itu, Citra mengalami penurunan minat dalam kegiatan bermain yang dulu ia sukai, seperti menggambar dan bermain boneka, dan lebih banyak menghabiskan waktu menonton video di perangkat elektronik. Di sekolah, guru melaporkan bahwa Citra tampak kesulitan mengikuti pelajaran. Ia sering tidak fokus dan tampak gelisah saat berada di kelas. Citra juga menjadi lebih pemalu dan cenderung menjauh dari teman-temannya. Saat jam istirahat, ia lebih sering duduk sendirian atau bermain dengan satu atau dua teman saja, dan kurang bersemangat saat berinteraksi dengan kelompok besar. Ada juga laporan bahwa Citra mudah menangis ketika mendapat tekanan atau ketika diminta melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Menurut orang tuanya, Citra dulu adalah anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, selalu bertanya dan tertarik pada hal-hal baru. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, ia menjadi lebih tertutup dan sering menolak jika diajak berbicara tentang perasaannya. Orang tuanya merasa khawatir, terutama karena mereka merasa tidak tahu bagaimana membantu Citra mengatasi perubahan emosional ini. Mereka juga mulai memikirkan apakah Citra memerlukan bantuan dari profesional untuk mengatasi masalahnya. Sumber Koping Sistem pendukung keluarga Citra cukup baik secara umum, namun orang tuanya tampak kesulitan dalam mengatasi perubahan emosional yang dialami anak mereka. Orang tuanya memiliki pemahaman dasar tentang cara mendukung anak, tetapi merasa perlu lebih banyak panduan dalam hal manajemen emosi dan strategi mengatasi kecemasan pada anak. Faktor Biologis dan Kognitif Secara fisik, Citra tumbuh dengan baik dan menerima imunisasi sesuai jadwal. Gizi dan aktivitas fisiknya juga terjaga. Namun, dari sisi kognitif, walaupun ia seharusnya mulai aktif belajar membaca dan menulis, fokus dan perhatiannya yang terganggu membuatnya tertinggal di beberapa bidang. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksinya dengan orang lain juga menurun, yang mengindikasikan adanya hambatan dalam perkembangan sosial dan emosional. Faktor Sosial dan Emosional Secara psikososial, Citra tampak mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri dan mengekspresikan emosi secara sehat. Ia tampak kurang mampu mengatasi frustrasi dan cenderung menarik diri ketika menghadapi masalah. Rasa cemas dan ketidakmampuannya mengungkapkan perasaan membuatnya menjadi lebih tertutup. Keterampilan koping yang kurang baik terlihat dari kecenderungannya untuk melarikan diri ke kegiatan yang pasif, seperti menonton video, daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dukungan Sosial Orang tua Citra memberikan dukungan yang cukup dari segi material dan waktu, namun tampaknya mereka membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk memahami dan membantu perkembangan emosional dan sosial Citra. Konseling anak atau bimbingan psikologis dari profesional mungkin dapat membantu Citra dalam mengatasi rasa cemas dan kesulitan bersosialisasi. Dukungan dari sekolah, terutama dalam hal strategi manajemen kelas yang mendukung kebutuhan emosional anak, juga bisa menjadi faktor penting. Aset Material Keluarga Citra berada dalam situasi keuangan yang stabil. Penghasilan orang tuanya memungkinkan mereka mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus utama keluarga ini dapat diarahkan pada pencarian solusi untuk mendukung kesehatan emosional dan perilaku Citra, seperti konseling atau terapi anak yang sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan dalam studi kasus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Citra:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Proses Berpikir Anak: Perubahan Emosional
2. Kecemasan Anak
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Proses Berpikir Anak: Perubahan Emosional
- SDKI: Respon Emosional Tidak Efektif
- SLKI: Manajemen Emosi Anak
- SIKI: Intervensi untuk Memfasilitasi Ekspresi Emosional Anak
Citra menunjukkan perubahan emosional yang signifikan, seperti menjadi lebih murung, sulit diajak bicara, dan mengalami penurunan minat dalam kegiatan yang biasanya ia sukai. Hal ini mengindikasikan gangguan dalam proses berpikir dan regulasi emosi yang berdampak pada perilakunya.
2. Kecemasan Anak
- SDKI: Kecemasan Anak
- SLKI: Manajemen Kecemasan Anak
- SIKI: Intervensi untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Citra menunjukkan gejala kecemasan, seperti sering terbangun di tengah malam, tampak gelisah di sekolah, dan mudah menangis saat menghadapi tekanan. Kecemasan ini dapat berdampak pada kemampuan belajar, interaksi sosial, dan perkembangan emosional Citra.
Dalam penanganan kasus ini, perawat dapat menggunakan standar praktik SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengarahkan intervensi yang komprehensif, meliputi:
- Memfasilitasi ekspresi emosional Citra dan membantu keluarga dalam memahami perubahan emosionalnya.
- Mengembangkan strategi manajemen kecemasan untuk Citra, termasuk teknik relaksasi dan komunikasi terapeutik.
- Memberikan dukungan dan edukasi bagi orang tua dan pihak sekolah dalam mendukung perkembangan emosional dan sosial Citra.
- Melibatkan profesional kesehatan mental, seperti konselor atau terapis anak, untuk memberikan intervensi yang lebih spesifik.
Dengan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien, diharapkan Citra dapat memperoleh dukungan yang tepat untuk mengatasi perubahan emosional dan kecemasan yang dialaminya. -
Article No. 3338 | 24 Oct 2024
Klinis : 3.1 Studi Kasus Tn. R adalah seorang manajer di perusahaan IT, dan istrinya, Ny. L, bekerja sebagai dosen di universitas swasta. Mereka memiliki seorang anak perempuan bernama Citra, yang berusia 5 tahun. Citra memiliki tinggi badan 115 cm dan berat badan 22 kg, yang masih dalam rentang normal untuk anak seusianya. Dalam enam bulan terakhir, Citra mulai menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perilaku. Orang tuanya memperhatikan bahwa ia lebih sering murung dan sulit diajak bicara. Tidurnya cukup teratur, yaitu sekitar 9 jam per hari, tetapi sering terbangun di tengah malam dan tampak cemas. Selain itu, Citra mengalami penurunan minat dalam kegiatan bermain yang dulu ia sukai, seperti menggambar dan bermain boneka, dan lebih banyak menghabiskan waktu menonton video di perangkat elektronik. Di sekolah, guru melaporkan bahwa Citra tampak kesulitan mengikuti pelajaran. Ia sering tidak fokus dan tampak gelisah saat berada di kelas. Citra juga menjadi lebih pemalu dan cenderung menjauh dari teman-temannya. Saat jam istirahat, ia lebih sering duduk sendirian atau bermain dengan satu atau dua teman saja, dan kurang bersemangat saat berinteraksi dengan kelompok besar. Ada juga laporan bahwa Citra mudah menangis ketika mendapat tekanan atau ketika diminta melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Menurut orang tuanya, Citra dulu adalah anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, selalu bertanya dan tertarik pada hal-hal baru. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, ia menjadi lebih tertutup dan sering menolak jika diajak berbicara tentang perasaannya. Orang tuanya merasa khawatir, terutama karena mereka merasa tidak tahu bagaimana membantu Citra mengatasi perubahan emosional ini. Mereka juga mulai memikirkan apakah Citra memerlukan bantuan dari profesional untuk mengatasi masalahnya. Sumber Koping Sistem pendukung keluarga Citra cukup baik secara umum, namun orang tuanya tampak kesulitan dalam mengatasi perubahan emosional yang dialami anak mereka. Orang tuanya memiliki pemahaman dasar tentang cara mendukung anak, tetapi merasa perlu lebih banyak panduan dalam hal manajemen emosi dan strategi mengatasi kecemasan pada anak. Faktor Biologis dan Kognitif Secara fisik, Citra tumbuh dengan baik dan menerima imunisasi sesuai jadwal. Gizi dan aktivitas fisiknya juga terjaga. Namun, dari sisi kognitif, walaupun ia seharusnya mulai aktif belajar membaca dan menulis, fokus dan perhatiannya yang terganggu membuatnya tertinggal di beberapa bidang. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksinya dengan orang lain juga menurun, yang mengindikasikan adanya hambatan dalam perkembangan sosial dan emosional. Faktor Sosial dan Emosional Secara psikososial, Citra tampak mengalami kesulitan dalam membangun rasa percaya diri dan mengekspresikan emosi secara sehat. Ia tampak kurang mampu mengatasi frustrasi dan cenderung menarik diri ketika menghadapi masalah. Rasa cemas dan ketidakmampuannya mengungkapkan perasaan membuatnya menjadi lebih tertutup. Keterampilan koping yang kurang baik terlihat dari kecenderungannya untuk melarikan diri ke kegiatan yang pasif, seperti menonton video, daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dukungan Sosial Orang tua Citra memberikan dukungan yang cukup dari segi material dan waktu, namun tampaknya mereka membutuhkan bantuan lebih lanjut untuk memahami dan membantu perkembangan emosional dan sosial Citra. Konseling anak atau bimbingan psikologis dari profesional mungkin dapat membantu Citra dalam mengatasi rasa cemas dan kesulitan bersosialisasi. Dukungan dari sekolah, terutama dalam hal strategi manajemen kelas yang mendukung kebutuhan emosional anak, juga bisa menjadi faktor penting. Aset Material Keluarga Citra berada dalam situasi keuangan yang stabil. Penghasilan orang tuanya memungkinkan mereka mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, fokus utama keluarga ini dapat diarahkan pada pencarian solusi untuk mendukung kesehatan emosional dan perilaku Citra, seperti konseling atau terapi anak yang sesuai.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk kasus Citra adalah:
1. Gangguan Proses Pikir (SDKI: Gangguan Proses Pikir)
- Definisi: Gangguan dalam kemampuan berpikir, memfokuskan, dan menerima informasi baru.
- Faktor terkait: Kecemasan, perubahan emosional, kesulitan berinteraksi sosial.
- Gejala: Sulit fokus, gelisah, kemunduran dalam kemampuan akademik.
2. Risiko Gangguan Emosional (SDKI: Risiko Gangguan Emosional)
- Definisi: Kerentanan terhadap ketidakstabilan emosi yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
- Faktor terkait: Perubahan perilaku, emosi yang tidak sesuai usia, kesulitan mengekspresikan perasaan.
- Gejala: Sering murung, sulit diajak bicara, penurunan minat dalam aktivitas yang biasa disukai.
3. Gangguan Interaksi Sosial (SIKI: Gangguan Interaksi Sosial)
- Definisi: Hambatan dalam kemampuan membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
- Faktor terkait: Menarik diri, pemalu, kesulitan berinteraksi dalam kelompok.
- Gejala: Lebih suka menyendiri, menghindari interaksi dengan teman-teman.
Penjelasan singkat:
1. Gangguan Proses Pikir: Citra menunjukkan tanda-tanda kesulitan dalam memusatkan perhatian dan menerima informasi baru, yang mungkin disebabkan oleh kecemasan dan perubahan emosional yang dialaminya.
2. Risiko Gangguan Emosional: Perubahan perilaku dan emosi yang ditunjukkan Citra, seperti sering murung, sulit mengekspresikan perasaan, dan penurunan minat dalam aktivitas, mengindikasikan adanya risiko gangguan emosional.
3. Gangguan Interaksi Sosial: Citra cenderung menarik diri, pemalu, dan kesulitan berinteraksi dengan teman-teman, yang menunjukkan adanya gangguan dalam kemampuan membangun hubungan sosial yang memuaskan.
Berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, diagnosis keperawatan tersebut dapat menjadi dasar untuk perencanaan dan intervensi keperawatan yang tepat dalam menangani permasalahan yang dialami Citra. -
Article No. 3339 | 24 Oct 2024
Klinis : DS : Pasien mengatakan jumlah urinnya berkurang dari pada sebelum sakit. Pasien mengatakan mual muntah sejak 3 hari yang lalu DO : Keadaan umum : lemas Ada edema ekstermitas Balans cairan +200mL Hasil lab: BUN 112,8mg/dL Kreatinin 17,98mg/dL Hb 8.7g/dL Kalium 5,2 TD: 169/87mmHg N: 71x/menit S: 37℃ RR: 20 x/menit Hasil rotgen thorax : Cardiomegaly
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Aliran Urin
2. Intoleransi Aktivitas
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Penurunan Aliran Urin
SDKI: Berkurangnya pengeluaran urin dari ginjal.
SLKI: Mempertahankan Fungsi Vesika Urinaria.
SIKI: Manajemen Cairan.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan.
SLKI: Pemulihan Kemampuan Fisik.
SIKI: Manajemen Energi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
SDKI: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI: Mempertahankan Berat Badan.
SIKI: Manajemen Nutrisi.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diberikan, pasien menunjukkan gejala penurunan aliran urin, kelemahan umum, dan kemungkinan ketidakseimbangan nutrisi. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah penurunan aliran urin, intoleransi aktivitas, dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Standar asuhan keperawatan yang dapat digunakan adalah SDKI, SLKI, dan SIKI.
Silakan tanyakan jika Anda membutuhkan penjelasan lebih lanjut. -
Article No. 3340 | 24 Oct 2024
Klinis : diagnosa medis PGK dengan hemodialisis. terpasang kateter double lumen. Keadaan umum : lemas Ada edema ekstermitas Balans cairan +200mL Hasil lab: BUN 112,8mg/dL Kreatinin 17,98mg/dL Hb 8.7g/dL Kalium 5,2 TD: 169/87mmHg N: 71x/menit S: 37℃ RR: 20 x/menit Hasil rotgen thorax : Cardiomegaly
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang Anda berikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan diagnosa medis Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dengan hemodialisis, terpasang kateter double lumen, dan kondisi umum pasien:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan fisik dan energi.
- Penyebab: Proses penyakit, anemia, edema, ketidakseimbangan elektrolit.
- Manifestasi Klinis: Kelelahan, lemah, sesak napas, dan intoleransi terhadap aktivitas.
2. Kelebihan Volume Cairan (SDKI)
- Definisi: Keadaan di mana terdapat kelebihan cairan total dalam tubuh.
- Penyebab: Asupan cairan melebihi kemampuan eliminasi, ketidakseimbangan mekanisme pengaturan cairan dan elektrolit.
- Manifestasi Klinis: Edema, peningkatan berat badan, peningkatan tekanan darah, sesak napas, dan perubahan status mental.
3. Risiko Infeksi (SDKI)
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel, jaringan, atau sistem.
- Penyebab: Prosedur invasif (kateter double lumen), gangguan pertahanan tubuh.
- Manifestasi Klinis: Peningkatan tanda dan gejala infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, leukositosis, dan hasil kultur positif.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Intoleransi Aktivitas
- Intervensi: Monitoring tanda-tanda vital, pembatasan aktivitas, pemberian energi melalui nutrisi dan cairan, rehabilitasi.
- Luaran: Peningkatan toleransi aktivitas, perbaikan tanda-tanda vital, peningkatan kemampuan fungsional.
2. Kelebihan Volume Cairan
- Intervensi: Monitor input dan output cairan, pembatasan asupan cairan, pemberian diuretik, hemodialisis.
- Luaran: Keseimbangan cairan, penurunan edema, stabilitas tanda-tanda vital.
3. Risiko Infeksi
- Intervensi: Perawatan akses vaskular, pemberian antibiotik, monitor tanda infeksi, pencegahan kontaminasi.
- Luaran: Tidak ada tanda-tanda infeksi, hasil kultur negatif, tidak ada komplikasi.
Ingat, asuhan keperawatan harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan dikolaborasikan dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 3341 | 24 Oct 2024
Klinis : Tn.N umur 60 tahun, suku padang, agama Islam, pensiunan pegawai negeri gol.II, riwayat pendidikan tamat SMP, istri sudah meninggal 2 tahun lalu, dan saat ini Tn.N tinggal dengan anak pertamanya. Tn.N dirawat di ruang perawatan neurologi Rumah Sakit MC, Tn.N dirawat hari yang ketiga.Tn. dirawat di ruang tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk kesadaran menurun, GCS: 10, TD: 170/100, RR: 30 x/mt, N: 68 x/mt. Nafas tampak cepat dan terdengar suara ngorok. Kondisi pada saat ini (hari 3) perawatan dan didapatkan data sebagai berikut: Kesadaran conpos mentis, GCS 13, TD: 160/100, N: 68 x/mnt, RR: 28, terdengar bunyi ronki basal kiri/kanan. kelumpuhan anggota gerak bagian atas dan bawah kanan (hemiparese dextra), bicara tidak jelas (pelo), tetapi bila diajak bicara Tn.T dapat mengerti dan dapat menjawab pertanyaan dengan menganggukan kepala dan bicara tetapi tidak jelas (pelo). Tn.N tidak dapat menelan sehingga terpasang NGT untuk memasukan makanannya, masih terpasang oksigen kanul 3 lt/mnt, terpasang IV line cairan NaCl 20 tts/mnt, pada saat ini juga Tn.N sudah dianjutkan untuk melakukan aktivitas ringan yang dapat dilakukan dan melakukan ROM aktif pada daerah yang tidak terjadi kelumpuhan dan dilakukan ROM pasif pada daerah yang mengalami kelumpuhan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan/minum, toileting/bab dan bak, mandi dan dalam melakukan aktifitas Tn.N harus selalu dibantu
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda sampaikan, berikut adalah beberapa Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia yang dapat diterapkan pada Tn. N:
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
- SDKI: Gangguan aliran darah ke otak yang mengurangi asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak.
- SLKI: Meningkatkan aliran darah ke otak, mempertahankan oksigenasi otak, mencegah komplikasi.
- SIKI: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen oksigen, manajemen cairan, terapi aktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
- SDKI: Keterbatasan dalam melakukan pergerakan yang disengaja dari satu tempat ke tempat lain.
- SLKI: Meningkatkan kekuatan dan rentang gerak, mempertahankan fungsi muskuloskeletal, mencegah komplikasi.
- SIKI: Terapi aktivitas, terapi latihan, manajemen nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal
- SDKI: Keterbatasan dalam mengekspresikan atau menerima informasi melalui bahasa lisan.
- SLKI: Mempertahankan kemampuan komunikasi, meningkatkan kemampuan berbahasa, mencegah komplikasi.
- SIKI: Terapi wicara, manajemen komunikasi, terapi aktivitas.
4. Diagnosa Keperawatan: Risiko Aspirasi
- SDKI: Risiko masuknya cairan, makanan, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
- SLKI: Mempertahankan fungsi menelan, mencegah aspirasi, mencegah komplikasi.
- SIKI: Manajemen menelan, manajemen nutrisi, manajemen oksigen.
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menjelaskan definisi dan karakteristik dari diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menjelaskan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menjelaskan rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Dengan memahami SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstruktur dan sesuai dengan standar profesi keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3342 | 24 Oct 2024
Klinis : luka sengatan listrik, jari necrosis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi luka sengatan listrik dengan jari nekrosis.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan integritas kulit
2. Risiko infeksi
3. Risiko kerusakan jaringan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan Integritas Kulit
- Definisi: Kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
- Penyebab: Paparan energi listrik yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
- Tanda dan Gejala: Luka pada kulit, kemerahan, dan nekrosis pada jari.
2. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- Penyebab: Adanya luka terbuka yang memudahkan masuknya mikroorganisme.
- Faktor Risiko: Gangguan integritas kulit, kelembaban, serta penurunan sistem imun.
3. Risiko Kerusakan Jaringan
- Definisi: Rentan terhadap kerusakan sel, jaringan, dan/atau organ.
- Penyebab: Paparan energi listrik yang menyebabkan nekrosis pada jari.
- Faktor Risiko: Gangguan aliran darah, iskemia, dan kerusakan jaringan.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- SDKI menyediakan definisi, penyebab, karakteristik, dan kriteria hasil untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Standar ini membantu perawat dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan mendokumentasikan diagnosa keperawatan yang tepat.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- SLKI menyediakan indikator hasil yang dapat diukur untuk setiap diagnosa keperawatan.
- Standar ini membantu perawat dalam mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dan mencapai hasil yang diharapkan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- SIKI menyediakan daftar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien.
- Standar ini membantu perawat dalam merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa dan kondisi pasien.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, terstandar, dan berpusat pada pasien untuk mengatasi kondisi luka sengatan listrik dengan jari nekrosis. -
Article No. 3343 | 24 Oct 2024
Klinis : Hiperemesis gravidarum, hamil ukuran 4-5 minggu, mengeluh pusing mual dan muntah, pandangan ganda. memiliki riwayat penyakit mioma uteri dan vertigo
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menurut standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi hiperemesis gravidarum yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual dan Muntah Berlebihan (Hiperemesis Gravidarum) berhubungan dengan perubahan hormonal dan fisiologis pada kehamilan.
Penjelasan:
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal dan fisiologis, seperti peningkatan hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen, yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran cerna.
2. Risiko Kekurangan Cairan (Dehidrasi) berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan akibat mual dan muntah.
Penjelasan:
Kehilangan cairan yang berlebihan akibat mual dan muntah dapat menyebabkan risiko kekurangan cairan (dehidrasi) pada ibu hamil. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi seperti ketidakseimbangan elektrolit dan gangguan fungsi organ.
3. Gangguan Penglihatan (Pandangan Ganda) berhubungan dengan perubahan fisiologis pada kehamilan dan riwayat penyakit vertigo.
Penjelasan:
Pandangan ganda (diplopia) dapat terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis pada kehamilan, seperti peningkatan tekanan intrakranial, serta riwayat penyakit vertigo yang dimiliki oleh ibu.
Standar Asuhan Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI):
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kondisi ini, perawat dapat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar ini menjadi acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas. -
Article No. 3344 | 24 Oct 2024
Klinis : dianogsa hidung keluar darah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) untuk kondisi hidung keluar darah.
Diagnosa Keperawatan:
Perdarahan Hidung (Epistaksis)
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Perdarahan yang berasal dari mukosa hidung.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh trauma, penyakit sistemik, gangguan koagulasi, dan lain-lain.
- Tanda dan Gejala: Adanya perdarahan dari hidung, dapat berupa tetesan atau aliran darah.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan:
a. Perdarahan Terkontrol: Pasien menunjukkan perdarahan yang terkontrol, tidak ada perdarahan lanjut.
b. Komplikasi Pencegahan: Pasien tidak mengalami komplikasi yang berhubungan dengan perdarahan, seperti hipovolemia, anemia, dan lain-lain.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Perdarahan: Memberikan kompresi lokal pada area perdarahan, menggunakan tampon, atau merujuk ke dokter untuk penanganan medis.
b. Pemantauan Tanda Vital: Memantau tanda-tanda vital pasien secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda hipovolemia.
c. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi tentang penyebab, gejala, dan penanganan epistaksis.
Sebagai perawat profesional, saya akan menggunakan standar-standar tersebut sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi perdarahan hidung pada pasien. -
Article No. 3345 | 24 Oct 2024
Klinis : mimisan diagnosanya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Perdarahan Epistaksis
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Perdarahan Epistaksis adalah keadaan di mana terjadi perdarahan dari hidung yang tidak dapat dikontrol. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti trauma, gangguan koagulasi, atau adanya kelainan struktur pembuluh darah di hidung.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan perdarahan epistaksis adalah:
1. Perdarahan terkontrol
2. Tidak terjadi komplikasi
3. Pasien dan keluarga mampu mengelola perdarahan epistaksis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi perdarahan epistaksis meliputi:
1. Penekanan pada area perdarahan
2. Penggunaan obat-obatan hemostatik
3. Pemberian oksigen, jika diperlukan
4. Edukasi pasien dan keluarga mengenai perawatan lanjutan di rumah
Sebagai perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif terhadap pasien, menentukan diagnosis keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana perawatan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. Tujuan utamanya adalah menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi, dan memastikan pasien dan keluarga dapat mengelola kondisi ini dengan baik. -
Article No. 3346 | 24 Oct 2024
Klinis : tangan terluka
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi tangan terluka.
Diagnosa Keperawatan:
Integritas Kulit Terganggu
Definisi:
Kerusakan pada epidermis, dermis, atau jaringan dibawahnya.
Penyebab:
1. Trauma fisik (luka terbuka)
2. Faktor eksternal (benda tajam, gesekan, pukulan)
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Terdapat kerusakan pada lapisan kulit
- Faktor Berhubungan: Trauma, luka terbuka
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Integritas kulit membaik, tidak terjadi komplikasi, nyeri terkontrol
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
1. Perawatan Luka
2. Manajemen Nyeri
3. Pencegahan Infeksi
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Integritas Kulit Terganggu" menggambarkan adanya kerusakan pada lapisan kulit yang dapat disebabkan oleh trauma fisik seperti luka terbuka. Standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI, dan SIKI memberikan panduan komprehensif dalam mengelola kondisi ini, mulai dari mengidentifikasi karakteristik utama dan faktor penyebab, menetapkan luaran yang diharapkan, serta menentukan intervensi keperawatan yang tepat, seperti perawatan luka, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi. Tujuannya adalah untuk memulihkan integritas kulit, mencegah komplikasi, dan mengelola nyeri yang menyertai.