Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3583 | 25 Oct 2024
Klinis : seluruh badan gatal sejak 3 hari smrs, setelah pasien suntik dexamethasone dan minum ctm. Pasien mengeluhkan sedikit sesak, bibir bengkak dan muncul ruam kemerahan di seluruh tubuh mulai wajah hingga kaki. pasien mengalami dispepsia TD = 142/87 mmHg N = 79 x/mnt RR = 22 x/mnt GCS : E = 4 V = 5 M = 6 Suhu tubuh = 36 °C SP02 = 99 %
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum. Baik, mari kita bahas diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Berdasarkan gejala yang dipaparkan, yakni seluruh badan gatal, sedikit sesak, bibir bengkak, ruam kemerahan di seluruh tubuh, dan dispepsia setelah mendapatkan suntikan deksametason dan minum CTM, diagnosis keperawatan yang muncul adalah:
1. Reaksi alergi akut (SDKI)
- Definisi: Respons imun tubuh yang berlebihan terhadap alergen yang menyebabkan perubahan fisiologis.
- Gejala yang muncul sesuai dengan kondisi pasien, yaitu gatal-gatal, bibir bengkak, ruam kemerahan, dan sesak napas.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
- Pasien mengeluhkan gatal-gatal di seluruh tubuh, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.
3. Risiko perubahan perfusi jaringan (SDKI)
- Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
- Adanya reaksi alergi dapat menyebabkan perubahan perfusi jaringan, sehingga perlu diwaspadai.
4. Gangguan nutrisi: Intoleransi (SDKI)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mentoleransi zat gizi tertentu yang menyebabkan timbulnya gejala.
- Pasien mengalami dispepsia, yang dapat mengganggu proses pencernaan.
Rencana asuhan keperawatan berdasarkan SLKI dan SIKI:
1. Manajemen alergi akut
- Intervensi: Observasi tanda-tanda vital, kontrol lingkungan, berikan antihistamin, dan lakukan edukasi.
2. Manajemen nyeri
- Intervensi: Identifikasi karakteristik nyeri, berikan analgesik, dan lakukan terapi nonfarmakologis.
3. Manajemen perfusi jaringan
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, observasi perubahan kulit, dan kolaborasi pemberian terapi.
4. Manajemen nutrisi
- Intervensi: Identifikasi faktor penyebab intoleransi, monitor asupan nutrisi, dan berikan edukasi diet.
Evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat dari perbaikan kondisi pasien, seperti berkurangnya gatal-gatal, sesak napas, dan dispepsia, serta tidak terjadi perburukan kondisi.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan tanyakan. Wassalamualaikum. -
Article No. 3328 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien sering bak ketika dimalam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yakni pasien sering buang air kecil (bak) di malam hari, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia Urin
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin.
- Karakteristik Utama: Pengeluaran urin yang tidak terkendali.
- Faktor Berhubungan: Penuaan, gangguan neurologis, penyakit kronis, infeksi saluran kemih.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang Diharapkan: Pasien dapat mengendalikan pengeluaran urin.
- Indikator:
- Frekuensi buang air kecil menurun.
- Tidak ada kebocoran urin.
- Pasien merasa nyaman dan percaya diri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Inkontinensia Urin
- Latihan Otot Dasar Panggul
- Edukasi Inkontinensia Urin
- Pemantauan Intake dan Output Cairan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan intervensi yang sesuai, melaksanakan intervensi, dan mengevaluasi hasil yang dicapai. Tujuannya adalah untuk membantu pasien mencapai kemandirian dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 3329 | 24 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan sering bak kegika malam hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang sering buang air kecil di malam hari:
Diagnosa Keperawatan:
Inkontinensia urin
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia urin adalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin secara tidak disengaja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Integritas kulit perianal terjaga
2. Pola berkemih terkendali
3. Kenyamanan terpenuhi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen inkontinensia
2. Terapi latihan otot dasar panggul
3. Edukasi tentang inkontinensia
Penjelasan:
Diagnosa keperawatan inkontinensia urin mengacu pada ketidakmampuan pasien untuk menahan pengeluaran urin secara tidak disengaja, terutama di malam hari. Luaran yang diharapkan adalah integritas kulit perianal terjaga, pola berkemih terkendali, dan kenyamanan pasien terpenuhi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen inkontinensia, terapi latihan otot dasar panggul, serta edukasi tentang inkontinensia itu sendiri. -
Article No. 3330 | 24 Oct 2024
Klinis : Seorang bayi perempuan usia 6 hari dirawat di RS.G dengan diagnosis medis NKB-SMK (neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan), RDS (respiratory distress syndrome) dan SNAD (sepsis neonatus awitan dini). Bayi lahir pada UG 29 minggu dengan BBL 1500 gram. Saat lahir bayi mengalami distres napas dengan AS (APGAR Score) 5/6. Saat ini bayi mendapat alat bantu napas menggunakan nasal canul 2L/menit. Nutrisi enteral yang didapat adalah susu formula BBLR 8x20 ml (OGT), dan nutrisi parenteral yaitu PG2 (1,5 gram) 2,7 ml/jam, reflek hisap belum adA. BB bayi saat ini 1630 gram. TTV: nadi: 137x/mnt, RR 58x/menit, suhu 37,5oC, Sa O2 92%, dan terdapat retraksi ringan pada intercostal. Bayi mengalami riwayat instabilitas suhu (peningkatan suhu 3x maksimal 37,3 oC - 38,1oC). Hasil pemeriksaan laboratorium: trombosit 12000µ/L (150-400x103), Hb: 8,4gr/dL (10,5-14), Albumin:2,8 (2,8-4,4) gr/dL, CRP: 19,5 (<5), leukosit: 5,6x103µ/l(6-14x103), I:T rasio: 0,48. Berdasarkan uraian kasus di atas, diagnosis utama pada bayi tersebut yaitu… Select one: a. Defisit nutrisi b. Risiko syok c. Risiko perdarahan d. Pola napas tidak efektif e. Termoregulasi tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan uraian kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan utama pada bayi tersebut adalah:
e. Termoregulasi tidak efektif
Penjelasan:
Diagnosis keperawatan "Termoregulasi tidak efektif" didasarkan pada beberapa data berikut:
1. Riwayat instabilitas suhu dengan peningkatan suhu hingga 38,1°C.
2. Berat badan lahir yang rendah (1500 gram) dan usia gestasi yang prematur (29 minggu), yang meningkatkan risiko gangguan termoregulasi.
3. Penggunaan alat bantu pernapasan berupa nasal kanul, yang dapat mempengaruhi kemampuan bayi untuk mempertahankan suhu tubuh.
Diagnosis keperawatan ini sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dikeluarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia).
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah termoregulasi tidak efektif meliputi pemantauan suhu tubuh secara ketat, pengaturan suhu lingkungan, pemberian nutrisi yang adekuat, serta tindakan pencegahan kehilangan panas. -
Article No. 3331 | 24 Oct 2024
Klinis : nokturia
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nokturia.
Diagnosa Keperawatan:
Pola Eliminasi Urine Terganggu
Definisi:
Pola eliminasi urine terganggu merupakan keadaan di mana individu mengalami perubahan frekuensi, volume, atau pengendalian pembuangan urin yang tidak normal.
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Nokturia adalah kondisi di mana individu terbangun dari tidur untuk berkemih lebih dari dua kali dalam satu malam.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Outcome yang diharapkan:
1. Pola eliminasi urine kembali normal
2. Tidak terbangun untuk berkemih di malam hari
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Edukasi tentang pola eliminasi urine normal
2. Evaluasi faktor penyebab nokturia (asupan cairan, kondisi medis, penggunaan obat-obatan)
3. Anjurkan pola tidur yang baik dan hindari konsumsi cairan sebelum tidur
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter) untuk penanganan lebih lanjut jika diperlukan
Penjelasan singkat:
Nokturia merupakan kondisi di mana individu terbangun dari tidur untuk berkemih lebih dari dua kali dalam satu malam. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti asupan cairan yang berlebihan, kondisi medis tertentu, atau penggunaan obat-obatan. Perawat berperan penting dalam mengevaluasi faktor penyebab, memberikan edukasi, dan melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah nokturia. Tujuan akhirnya adalah untuk membantu pasien mencapai pola eliminasi urine yang normal dan tidak terbangun untuk berkemih di malam hari. -
Article No. 3332 | 24 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi gangguan pertukaran gas.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan oksigenasi darah dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Pertukaran Gas dicirikan oleh adanya perubahan status oksigenasi, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan nilai oksigen dan karbon dioksida dalam darah, serta perubahan mekanisme pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Pertukaran Gas antara lain tercapainya status oksigenasi yang adekuat, stabilitas hemodinamik, dan kemampuan bernapas yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk menangani Gangguan Pertukaran Gas meliputi pemantauan status pernapasan dan oksigenasi, pemberian oksigen, manajemen ventilasi, manajemen airway, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan lebih lanjut.
Sebagai seorang pakar keperawatan, saya menekankan pentingnya pemantauan yang ketat dan tindakan cepat dalam menangani gangguan pertukaran gas untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. Kolaborasi yang erat dengan tenaga kesehatan lain, terutama dokter, juga merupakan aspek penting dalam penanganan yang efektif. -
Article No. 3333 | 24 Oct 2024
Klinis : Intervensi keperawatan gangguan pertukaran gas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi gangguan pertukaran gas, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pertukaran Gas
Definisi:
Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk melakukan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada tingkat yang dibutuhkan.
Faktor Terkait:
- Penyakit paru-paru (seperti asma, PPOK, pneumonia)
- Gangguan kardiovaskular (seperti gagal jantung, emboli paru)
- Trauma dada
- Perubahan mekanika pernapasan
Gejala dan Tanda:
- Perubahan frekuensi napas
- Perubahan irama napas
- Perubahan kedalaman napas
- Sianosis
- Dispnea
- Kelelahan
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diagnosa keperawatan "Gangguan Pertukaran Gas" merupakan salah satu diagnosis yang tercantum dalam SDKI. SDKI menyediakan definisi, faktor terkait, dan gejala/tanda untuk setiap diagnosa keperawatan, termasuk Gangguan Pertukaran Gas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI menyediakan luaran/hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas, seperti:
- Pertukaran gas yang adekuat
- Pola napas yang efektif
- Oksigenasi jaringan yang adekuat
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI menyediakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Gangguan Pertukaran Gas, seperti:
- Manajemen jalan napas
- Manajemen oksigenasi
- Manajemen ventilasi
- Manajemen kelelahan
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, merencanakan luaran, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien dengan Gangguan Pertukaran Gas. -
Article No. 3334 | 24 Oct 2024
Klinis : Tb on oat + anemia + hipokalemia + hiponatremia. Tensi 160/88. Nadi 87. SPO2 99.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tuberkulosis (TB) dan anemia.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hipokalemia dan hiponatremia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan TB dan anemia.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Tuberkulosis (TB) dan anemia.
- SDKI: Kode A-00103, Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Kode B-00101, Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
- SIKI: Kode I-00101, Definisi: Intervensi untuk mempertahankan status nutrisi yang optimal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan hipokalemia dan hiponatremia.
- SDKI: Kode C-00101, Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SLKI: Kode D-00101, Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- SIKI: Kode J-00101, Definisi: Intervensi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan TB dan anemia.
- SDKI: Kode G-00101, Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- SLKI: Kode H-00101, Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin.
- SIKI: Kode M-00101, Definisi: Intervensi untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Dengan kondisi pasien yang diberikan, yaitu Tb on oat + anemia + hipokalemia + hiponatremia, Tensi 160/88, Nadi 87, SPO2 99, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah yang saya jelaskan di atas. Setiap diagnosa keperawatan tersebut memiliki definisi dan intervensi yang terstandar berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3335 | 24 Oct 2024
Klinis : Pasien Ny. M usia 56 tahun datang ke poli bedah onkologi RSUDAM dengan keluhan muncul benjolan pada leher bagian kiri. Benjolan muncul sejak 4 bulan sebelum pasien datang ke RSAM. Benjolan berbentuk bulat dan awalnya sebesar kelereng atau sekitar 1 cm, tetapi lama- kelamaan benjolan tersebut membesar. Saat datang ke poli benjolan tersebut berukuran kurang lebih 8 cm. Benjolan terasa keras apabila diraba tetapi benjolan tersebut tidak terasa nyeri ataupun gatal. Benjolan berwarna seperti kulit sekitarnya dan tidak pernah berwarna kemerahan ataupun kehitaman. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas ataupun kesulitan dalam menelan. Berdebar-debar di dada dan mudah lelah disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan drastis tanpa penyebab yang jelas. Sebelumnya, yaitu pada tahun 2016, 5 tahun yang lalu pasien pernah mengalami benjolan pada leher sebelah kiri. Benjolan berukuran sekitar 10 cm dan dioperasi karena mulai menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Pasien sempat meminum obat selama beberapa bulan lalu berhenti tetapi pasien tidak membawa dan tidak ingat nama obatnya. Riwayat alergi, Riwayat penyakit sistemik, dan keluhan serupa pada keluarga di sangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu aksila 36,6°C. Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan massa di leher sebelah kiri berukuran kurang lebih 8x6 cm, teraba keras, berbatas tegas, immobile, berwarna kulit, dan pasien tidak merasakan nyeri. Pemeriksaan fisik thoraks, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan penunjang pasien diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dengan hasil Hb 13,1 g/dL, Ht 41%, Leukosit 8.100/µL, Eritrosit 4,5 juta/µL, Trombosit 404.000/µL, MCV 89 fl, MCH 29 pg, MCHC 32 g/dL, LED 13 mm/jam. Hitung jenis basophil 0%, Eosinofil 0%, Batang 0%, Segmen 61%, Limfosit 33%, Monosit 6%. Pemeriksaan kimia darah yaitu SGOT 23 U/L, SGPT 34 U/L, GDS 97 mg/dL, Ureum 21 mg/dL, Creatinin 0,64 mg/dl, Natrium 140 mmol/L, Kalium 3,6 mmol/L, Kalsium 8,7 mg/dl, Klorida 111 mmol/L, CT 8 menit, BT 2 menit. Pemeriksaan fungsi tiroid T3 1,48 nmol/L dan 77.950 nmol/L. Hasil pemeriksaan rontgen thorax dalam batas normal. Hasil pemeriksaan FNAB makroskopis yaitu Benjolan submandibular kiri, 2 tahun kistik isi cairan 10cc encer kuning. Hasil pemeriksaan mikroskopis adalah sediaan sitologi dari submandibular terdiri atas tumor kistik yang mengandung sel makrofag, kista dan sedikit kelompokan sel epitel dengan kesan yaitu adanya kista retensi yang dapat berasal dari kelenjar liur dd/kista sisa perkembangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis pada pasien ini adalah karsinoma tiroid dengan direncanakan untuk tindakan operasi yaitu RND. Pada kunjungan preoperatif didapatkan kondisi pasien tampak sakit sedang dengan skor American Society of Anesthesiologist (ASA) II. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien memperoleh hasil dalam batas normal. Pemeriksaan pasien meliputi identitas pasien, persetujuan operasi, lembaran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat- alat uang diperlukan. Pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai prosedur anestesi yang akan dilakukan. Pasien telah berpuasa selama 12 jam sebelum operasi. Pasien di instruksikan untuk menjaga oral hygiene, mengosongkan kandung kemih dan berdoa. Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu dan melepaskan perhiasan, lensa kontak maupun aksesoris lainnya. Kemudian pasien mengganti pakaian dengan pakaian operasi. Pasien juga dipasangkan akses intravena loading cairan kristaloid (Ringer Laktat) dengan menggunakan set tranfusi No. 18 telah terpasang di tangan kiri dan kanan dan menetes lancar. Lalu, pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang. Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen untuk evaluasi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini didapatkan nadi pre-anastesi 70 kali/menit, tekanan darah 157/91 mmHg, dan saturasi oksigen 98%. Alat yang dipersiapkan di kamar operasi adalah mesin anestesi, monitor, selang penghubung (connector), face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang gas O2 dan N2O terhubung dengan sumber sentral, mengisi vaporizer sevoflurane. Sebelum dilakukan induksi, pasien diberikan fentanyl 100 mcg yang berfungsi sebagai analgetik. Pasien juga di injeksi degan propofol 120 mg sebagai sedasi. Pasien diinduksi menggunakan gas oksigen dan sevofluran sebanyak 2% yang dialirkan ke sungkup dan ditempelkan terlebih dahulu ke wajah pasien sambal dilakukan Jaw Thrust dan melihat pergerakan dinding dadanya. Pasien dilakukan intubasi ETT nomor 7 dengan teknik intubasi apneu dengan muscle relaxant yaitu atracurium bromide 35 mg. Selama operasi, anestesi dipelihara dengan oksigen dan sevoflurane 2%. Operasi berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Saat operasi hemodinamik pasien stabil, nadi dan saturasi dalam batas normal. Setelah operasi selesai, pasien dilakukan ekstubasi dan pasien dapat bernafas spontan regular dengan tanda- tanda vital yang dipertahankan stabil.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat untuk kondisi pasien Ny. M menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ansietas (SDKI)
Definisi: Respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang dirasakan tidak mampu ditangani.
Gejala dan tanda mayor: Perubahan pola tidur, cemas, mudah terkejut.
Gejala dan tanda minor: Merasa tidak berdaya, gemetar, takut akan kondisi yang akan terjadi.
2. Risiko Perdarahan (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami kehilangan darah melebihi volume normal yang dapat mengancam kesehatan.
Faktor risiko: Riwayat operasi, efek obat-obatan.
3. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Gejala dan tanda mayor: Kelelahan, kelemahan.
Gejala dan tanda minor: Napas pendek, palpitasi.
Intervensi Keperawatan (SLKI dan SIKI):
1. Ansietas:
- Manajemen Ansietas (SLKI)
- Terapi Relaksasi (SIKI)
- Pengurangan Kecemasan (SIKI)
2. Risiko Perdarahan:
- Manajemen Perdarahan (SLKI)
- Pemantauan Tanda-Tanda Vital (SIKI)
- Pemberian Obat (SIKI)
3. Intoleransi Aktivitas:
- Manajemen Intoleransi Aktivitas (SLKI)
- Peningkatan Toleransi Aktivitas (SIKI)
- Monitoring Tanda-Tanda Vital (SIKI)
Penjelasan singkat:
1. Ansietas: Pasien mengalami kecemasan terkait kondisi penyakitnya dan rencana operasi yang akan dilakukan. Intervensi diarahkan untuk mengelola kecemasan, memberikan terapi relaksasi, dan mengurangi kecemasan.
2. Risiko Perdarahan: Pasien berisiko mengalami perdarahan terkait riwayat operasi sebelumnya dan efek dari obat-obatan. Intervensi diarahkan untuk mengelola perdarahan, melakukan pemantauan tanda-tanda vital, dan pemberian obat-obatan.
3. Intoleransi Aktivitas: Pasien mengalami ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas rutin terkait kelelahan dan kelemahan. Intervensi diarahkan untuk mengelola intoleransi aktivitas, meningkatkan toleransi aktivitas, dan memonitor tanda-tanda vital. -
Article No. 3336 | 24 Oct 2024
Klinis : Pasien Ny. M usia 56 tahun datang ke poli bedah onkologi RSUDAM dengan keluhan muncul benjolan pada leher bagian kiri. Benjolan muncul sejak 4 bulan sebelum pasien datang ke RSAM. Benjolan berbentuk bulat dan awalnya sebesar kelereng atau sekitar 1 cm, tetapi lama- kelamaan benjolan tersebut membesar. Saat datang ke poli benjolan tersebut berukuran kurang lebih 8 cm. Benjolan terasa keras apabila diraba tetapi benjolan tersebut tidak terasa nyeri ataupun gatal. Benjolan berwarna seperti kulit sekitarnya dan tidak pernah berwarna kemerahan ataupun kehitaman. Pasien tidak mengalami kesulitan bernapas ataupun kesulitan dalam menelan. Berdebar-debar di dada dan mudah lelah disangkal. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan drastis tanpa penyebab yang jelas. Sebelumnya, yaitu pada tahun 2016, 5 tahun yang lalu pasien pernah mengalami benjolan pada leher sebelah kiri. Benjolan berukuran sekitar 10 cm dan dioperasi karena mulai menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Pasien sempat meminum obat selama beberapa bulan lalu berhenti tetapi pasien tidak membawa dan tidak ingat nama obatnya. Riwayat alergi, Riwayat penyakit sistemik, dan keluhan serupa pada keluarga di sangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, nadi 70x/menit, respirasi 20x/menit, suhu aksila 36,6°C. Pada pemeriksaan kepala leher didapatkan massa di leher sebelah kiri berukuran kurang lebih 8x6 cm, teraba keras, berbatas tegas, immobile, berwarna kulit, dan pasien tidak merasakan nyeri. Pemeriksaan fisik thoraks, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan penunjang pasien diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dengan hasil Hb 13,1 g/dL, Ht 41%, Leukosit 8.100/µL, Eritrosit 4,5 juta/µL, Trombosit 404.000/µL, MCV 89 fl, MCH 29 pg, MCHC 32 g/dL, LED 13 mm/jam. Hitung jenis basophil 0%, Eosinofil 0%, Batang 0%, Segmen 61%, Limfosit 33%, Monosit 6%. Pemeriksaan kimia darah yaitu SGOT 23 U/L, SGPT 34 U/L, GDS 97 mg/dL, Ureum 21 mg/dL, Creatinin 0,64 mg/dl, Natrium 140 mmol/L, Kalium 3,6 mmol/L, Kalsium 8,7 mg/dl, Klorida 111 mmol/L, CT 8 menit, BT 2 menit. Pemeriksaan fungsi tiroid T3 1,48 nmol/L dan 77.950 nmol/L. Hasil pemeriksaan rontgen thorax dalam batas normal. Hasil pemeriksaan FNAB makroskopis yaitu Benjolan submandibular kiri, 2 tahun kistik isi cairan 10cc encer kuning. Hasil pemeriksaan mikroskopis adalah sediaan sitologi dari submandibular terdiri atas tumor kistik yang mengandung sel makrofag, kista dan sedikit kelompokan sel epitel dengan kesan yaitu adanya kista retensi yang dapat berasal dari kelenjar liur dd/kista sisa perkembangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis pada pasien ini adalah karsinoma tiroid dengan direncanakan untuk tindakan operasi yaitu RND. Pada kunjungan preoperatif didapatkan kondisi pasien tampak sakit sedang dengan skor American Society of Anesthesiologist (ASA) II. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien memperoleh hasil dalam batas normal. Pemeriksaan pasien meliputi identitas pasien, persetujuan operasi, lembaran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat- alat uang diperlukan. Pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai prosedur anestesi yang akan dilakukan. Pasien telah berpuasa selama 12 jam sebelum operasi. Pasien di instruksikan untuk menjaga oral hygiene, mengosongkan kandung kemih dan berdoa. Pasien dipastikan tidak menggunakan gigi palsu dan melepaskan perhiasan, lensa kontak maupun aksesoris lainnya. Kemudian pasien mengganti pakaian dengan pakaian operasi. Pasien juga dipasangkan akses intravena loading cairan kristaloid (Ringer Laktat) dengan menggunakan set tranfusi No. 18 telah terpasang di tangan kiri dan kanan dan menetes lancar. Lalu, pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi telentang. Di kamar operasi, pasien dipasang tensimeter dan saturasi oksigen untuk evaluasi nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Pada pasien ini didapatkan nadi pre-anastesi 70 kali/menit, tekanan darah 157/91 mmHg, dan saturasi oksigen 98%. Alat yang dipersiapkan di kamar operasi adalah mesin anestesi, monitor, selang penghubung (connector), face mask, tensimeter, oksimeter, memastikan selang gas O2 dan N2O terhubung dengan sumber sentral, mengisi vaporizer sevoflurane. Sebelum dilakukan induksi, pasien diberikan fentanyl 100 mcg yang berfungsi sebagai analgetik. Pasien juga di injeksi degan propofol 120 mg sebagai sedasi. Pasien diinduksi menggunakan gas oksigen dan sevofluran sebanyak 2% yang dialirkan ke sungkup dan ditempelkan terlebih dahulu ke wajah pasien sambal dilakukan Jaw Thrust dan melihat pergerakan dinding dadanya. Pasien dilakukan intubasi ETT nomor 7 dengan teknik intubasi apneu dengan muscle relaxant yaitu atracurium bromide 35 mg. Selama operasi, anestesi dipelihara dengan oksigen dan sevoflurane 2%. Operasi berlangsung kurang lebih selama 2 jam. Saat operasi hemodinamik pasien stabil, nadi dan saturasi dalam batas normal. Setelah operasi selesai, pasien dilakukan ekstubasi dan pasien dapat bernafas spontan regular dengan tanda- tanda vital yang dipertahankan stabil.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Ny. M:
Diagnosa Keperawatan:
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat tumor.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat efek tumor.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
4. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
- SDKI: Keadaan individu dengan asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan asupan nutrisi sesuai kebutuhan.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah perubahan nutrisi, seperti edukasi diet, monitor intake nutrisi, konsultasi gizi.
2. Intoleransi aktivitas
- SDKI: Keadaan individu dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mempertahankan dan meningkatkan toleransi aktivitas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas, seperti manajemen energi, latihan aktivitas, dan edukasi aktivitas.
3. Risiko infeksi
- SDKI: Keadaan individu dengan peningkatan risiko terinfeksi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengelola risiko infeksi, seperti monitor tanda infeksi, perawatan luka, edukasi pencegahan infeksi.
4. Ansietas
- SDKI: Keadaan individu dengan perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh sumber yang dapat diidentifikasi.
- SLKI: Intervensi keperawatan untuk mengurangi dan mencegah ansietas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk mengatasi ansietas, seperti terapi relaksasi, terapi kognitif, dan dukungan emosional.
Secara umum, diagnosa keperawatan dan intervensi yang dirumuskan bertujuan untuk mengatasi permasalahan nutrisi, aktivitas, risiko infeksi, dan ansietas yang mungkin dialami oleh pasien Ny. M terkait dengan kondisi tumor yang dideritanya.