Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3481 | 25 Oct 2024
Klinis : kesiapan peningkatan nutrisi untuk klien dengan asam lambung
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Kesiapan Peningkatan Nutrisi
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Kesiapan Peningkatan Nutrisi: Kemampuan individu untuk meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik, yang dapat ditingkatkan.
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Asupan Nutrisi: Jumlah dan jenis makanan dan cairan yang dikonsumsi individu untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Status Nutrisi: Keadaan kesehatan yang dipengaruhi oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi oleh tubuh.
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Manajemen Asam Lambung: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol produksi dan mengurangi efek asam lambung yang berlebihan.
- Edukasi Nutrisi: Proses pemberian informasi yang terencana untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu atau kelompok terkait dengan kebutuhan nutrisi.
Dalam konteks klien dengan asam lambung, perawat dapat mengembangkan intervensi keperawatan yang berfokus pada upaya peningkatan nutrisi yang tepat dan aman untuk mengelola kondisi asam lambung. Hal ini dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi, serta memberikan edukasi yang komprehensif kepada klien mengenai pemilihan dan pengaturan makanan yang dapat membantu mengurangi gejala asam lambung. -
Article No. 3482 | 25 Oct 2024
Klinis : manajemen kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan
Definisi:
Defisit Pengetahuan adalah keterbatasan atau kurangnya informasi kognitif yang dibutuhkan tentang suatu topik atau situasi tertentu.
Batasan Karakteristik (SDKI):
- Pernyataan pasien tentang masalah
- Pertanyaan pasien tentang penyakit/kondisi
- Pernyataan pasien tentang keterbatasan pengetahuan
Faktor yang Berhubungan (SDKI):
- Kurangnya paparan/penyuluhan
- Kurangnya minat/motivasi
- Kompleksitas situasi kesehatan
Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pendidikan Kesehatan
- Bimbingan/Konseling
- Penyediaan Sumber Informasi
Kriteria Hasil (SLKI):
- Pasien mendemonstrasikan pemahaman
- Pasien menjelaskan kembali informasi yang diberikan
- Pasien mengungkapkan kepuasan terhadap informasi yang diterima
Sebagai seorang perawat, saya memahami bahwa manajemen kesehatan melibatkan proses pengambilan keputusan dan implementasi tindakan untuk mencapai tujuan kesehatan yang optimal bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Diagnosa Keperawatan Defisit Pengetahuan dapat menjadi dasar bagi perawat untuk memberikan intervensi yang tepat, seperti pendidikan kesehatan, bimbingan, dan penyediaan sumber informasi yang dapat membantu pasien memahami kondisi kesehatannya dan mengambil keputusan yang tepat. -
Article No. 3483 | 25 Oct 2024
Klinis : ketidakstabilan kadar glukosa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat sesuai dengan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi ketidakstabilan kadar glukosa:
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Ketidakstabilan kadar glukosa adalah kondisi di mana terjadi fluktuasi kadar glukosa dalam darah, yang dapat menimbulkan komplikasi metabolik dan kardiovaskular. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti asupan makan, aktivitas fisik, stres, dan penyakit kronis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan ketidakstabilan kadar glukosa adalah pasien dapat mempertahankan kadar glukosa dalam rentang normal, tidak terjadi komplikasi metabolik dan kardiovaskular, serta pasien mampu melakukan manajemen diri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketidakstabilan kadar glukosa meliputi pemantauan kadar glukosa secara teratur, pengaturan diet dan asupan karbohidrat, pemberian obat-obatan antidiabetik sesuai resep, edukasi tentang manajemen diabetes, dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pengelolaan komprehensif.
Dalam kondisi ini, peran perawat adalah membantu pasien memahami penyakitnya, melakukan pemantauan glukosa, melaksanakan intervensi untuk menjaga stabilitas kadar glukosa, serta mendukung pasien dalam melakukan manajemen diri yang efektif. -
Article No. 3484 | 25 Oct 2024
Klinis : klien mengalami hipertensi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Peningkatan Tekanan Darah
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Tekanan Darah didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang melebihi batas normal. Kriteria diagnostik meliputi tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >90 mmHg.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan klien dengan Peningkatan Tekanan Darah antara lain: Tekanan darah terkontrol, Pengetahuan klien tentang hipertensi meningkat, Kepatuhan klien terhadap pengobatan dan perawatan meningkat, serta Komplikasi hipertensi dapat dicegah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi Peningkatan Tekanan Darah mencakup: Manajemen hipertensi, Edukasi gaya hidup sehat, Pemantauan tanda-tanda vital, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta Dukungan psikososial bagi klien dan keluarga.
Dengan tone akademis, persona pakar, dan nurse, saya berusaha menyampaikan informasi mengenai standar diagnosis, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi hipertensi dengan jelas, padat, dan komprehensif. Saya berharap penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan keperawatan yang direkomendasikan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. -
Article No. 3485 | 25 Oct 2024
Klinis : Nn. S berumur 28 tahun. Mengeluh sesak dan kesulitan bernafas. Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosis positif Covid-19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020 didapatkan hasil negative sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39 C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak dan kesulitan bernapas. Klien dibawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan thorax: corakan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan: Sugestif viral pneumonia bilateral. Hasil CRP positif, dan hasil pemeriksaan AGD sebagai berikut: pH 7,1; HCO3 27 mEq/L; PaO2 75 mmHg, PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, dapat ditetapkan diagnosa keperawatan untuk Nn. S sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Perfusi Jaringan Terganggu
c. Risiko Infeksi
Penjelasan singkat:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
- Penyebab: Sekresi yang berlebihan, kelemahan otot pernapasan, dan kelelahan.
- Gejala: Batuk tidak efektif, sputum berlebih, sesak napas, dan suara napas tambahan.
b. Perfusi Jaringan Terganggu
- Definisi: Penurunan sirkulasi darah dan oksigen ke jaringan perifer.
- Penyebab: Gangguan fungsi pernapasan, kerusakan parenkim paru, dan hipoksemia.
- Gejala: Sesak napas, nyeri dada, cyanosis, dan perubahan warna kulit.
c. Risiko Infeksi
- Definisi: Rentan terhadap invasi dan perbanyakan organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- Penyebab: Paparan terhadap patogen, penurunan sistem pertahanan tubuh, dan prosedur invasif.
- Gejala: Demam, peningkatan jumlah leukosit, dan peningkatan penanda infeksi (CRP).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang dapat diterapkan:
- Mempertahankan bersihan jalan napas
- Meningkatkan perfusi jaringan
- Mencegah infeksi
Tujuan utamanya adalah memulihkan fungsi pernapasan, mempertahankan oksigenasi jaringan, dan mencegah komplikasi infeksi lebih lanjut pada pasien Nn. S. -
Article No. 3486 | 25 Oct 2024
Klinis : Nn. S berumur 28 tahun. Mengeluh sesak dan kesulitan bernafas. Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosis positif Covid-19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020 didapatkan hasil negative sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39 C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak dan kesulitan bernapas. Klien dibawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan thorax: corakan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan: Sugestif viral pneumonia bilateral. Hasil CRP positif, dan hasil pemeriksaan AGD sebagai berikut: pH 7,1; HCO3 27 mEq/L; PaO2 75 mmHg, PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, terkait kondisi klien Nn. S, maka dapat disusun diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan upaya nafas sekunder terhadap infeksi paru (viral pneumonia bilateral)
Penjelasan:
- SDKI: Pola Nafas Tidak Efektif
- SLKI: Peningkatan Kerja Napas
- SIKI: Infeksi Saluran Napas
Klien mengeluh sesak dan kesulitan bernafas, dengan hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya pneumonia viral bilateral. Hal ini menyebabkan peningkatan upaya nafas yang tidak efektif.
2. Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap infeksi paru (viral pneumonia bilateral)
Penjelasan:
- SDKI: Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SLKI: Anoreksia
- SIKI: Infeksi Saluran Napas
Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat infeksi paru yang dialaminya, sehingga berisiko mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional sekunder terhadap infeksi paru (viral pneumonia bilateral)
Penjelasan:
- SDKI: Intoleransi Aktivitas
- SLKI: Penurunan Kapasitas Fungsional
- SIKI: Infeksi Saluran Napas
Klien mengalami sesak napas, lemas, dan nyeri otot, yang menggambarkan penurunan kapasitas fungsional akibat infeksi paru yang dialaminya, sehingga menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas. -
Article No. 3487 | 25 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan sering bak saat siang hari sekitar 4-5 kali, dan di malam hari 7-8 kali. pasien juga mengonsumsi kopi sebanyak 600 ml setiap hari
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan informasi yang Anda berikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Inkontinensia Urin
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Inkontinensia Urin adalah ketidakmampuan mengendalikan pengeluaran urin yang dapat menimbulkan masalah fisik, psikologis, dan sosial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Kontrol Inkontinensia: Kemampuan untuk mengontrol pengeluaran urin sesuai dengan kebutuhan
2. Integritas Kulit: Kondisi kulit yang utuh dan sehat
3. Kenyamanan: Perasaan sejahtera dan bebas dari rasa tidak nyaman
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Inkontinensia: Tindakan untuk membantu pasien mengontrol pengeluaran urin
2. Perawatan Kulit: Tindakan untuk mempertahankan integritas kulit
3. Manajemen Rasa Tidak Nyaman: Tindakan untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami pasien
Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami inkontinensia urin dengan gejala sering berkemih terutama pada siang hari dan malam hari. Konsumsi kopi yang berlebihan dapat menjadi faktor penyebab. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan meliputi manajemen inkontinensia, perawatan kulit, dan manajemen rasa tidak nyaman. -
Article No. 3488 | 25 Oct 2024
Klinis : Nn. S berumur 28 tahun. Mengeluh sesak dan kesulitan bernafas. Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosis positif Covid-19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020 didapatkan hasil negative sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39 C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak dan kesulitan bernapas. Klien dibawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan thorax: corakan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan: Sugestif viral pneumonia bilateral. Hasil CRP positif, dan hasil pemeriksaan AGD sebagai berikut: pH 7,1; HCO3 27 mEq/L; PaO2 75 mmHg, PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kode diagnosis dan prosedur medis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: U07.1
- Deskripsi: COVID-19, virus yang diidentifikasi. Pasien memiliki gejala-gejala yang sesuai dengan infeksi COVID-19, dengan riwayat kontak dengan seseorang yang positif COVID-19 dan hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan tanda-tanda pneumonia viral bilateral.
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.19
- Deskripsi: Pemberian oksigen, sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami sesak napas dan hipoksemia.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 U07.1 digunakan untuk diagnosis COVID-19 dengan virus yang diidentifikasi. Pasien memiliki riwayat kontak dengan kasus positif COVID-19 dan kemudian mengembangkan gejala-gejala yang sesuai dengan infeksi COVID-19, seperti batuk kering, demam, sesak napas, dan penemuan radiologis yang mendukung diagnosis pneumonia viral bilateral.
- Kode ICD-9-CM 99.19 untuk pemberian oksigen, yang diperlukan untuk penanganan pasien dengan sesak napas dan hipoksemia, sebagaimana ditunjukkan dalam hasil pemeriksaan gas darah arteri. -
Article No. 3489 | 25 Oct 2024
Klinis : Nn. S berumur 28 tahun. Mengeluh sesak dan kesulitan bernafas. Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosis positif Covid-19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020 didapatkan hasil negative sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39 C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak dan kesulitan bernapas. Klien dibawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan thorax: corakan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan: Sugestif viral pneumonia bilateral. Hasil CRP positif, dan hasil pemeriksaan AGD sebagai berikut: pH 7,1; HCO3 27 mEq/L; PaO2 75 mmHg, PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan kondisi Nn. S yang Anda jelaskan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan infeksi virus pernapasan ditandai dengan sesak napas, kesulitan bernapas, dan adanya cairan di paru-paru.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pola Napas: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pola Napas Efektif: Kemampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi pernapasan.
- Manajemen Ventilasi: Tindakan untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi pernapasan.
- Terapi Oksigen: Pemberian oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Penjelasan Singkat:
Nn. S mengeluhkan sesak nafas dan kesulitan bernapas, yang merupakan manifestasi dari infeksi virus pernapasan. Kondisi ini ditandai dengan adanya gejala seperti batuk kering, demam, nyeri otot, dan hasil pemeriksaan radiologi yang menunjukkan pneumonia viral bilateral. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan infeksi virus pernapasan.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan berdasarkan SIKI adalah Manajemen Jalan Napas, Manajemen Ventilasi, dan Terapi Oksigen untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi pernapasan Nn. S. Tujuan akhirnya adalah tercapainya Pola Napas Efektif sesuai dengan SLKI. -
Article No. 3490 | 25 Oct 2024
Klinis : Nn. S berumur 28 tahun. Mengeluh sesak dan kesulitan bernafas. Sekitar 2 minggu yang lalu pernah menghadiri pemakaman seseorang yang terdiagnosis positif Covid-19. 5 hari kemudian mengeluhkan batuk kering dan diperiksa dengan rapid test tanggal 29 Maret 2020 didapatkan hasil negative sehingga Nn. S pulang ke rumah orang tuanya. Setelah 5 hari di rumah orang tuanya pasien mengeluh batuk kering, demam 39 C. tubuh terasa lemas, nyeri otot, mengalami sesak dan kesulitan bernapas. Klien dibawa ke RS pada tanggal 5 April 2020 dan bertambah mengalami sesak napas, terasa seperti ada cairan yang memenuhi paru-parunya, dan pasien kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan thorax: corakan bronchovaskuler ramai dengan bercak interstitial dan ground glass basal kedua paru, cord an aorta normal, kedua sinus dan diafragma normal, tulang-tulang normal. Kesimpulan: Sugestif viral pneumonia bilateral. Hasil CRP positif, dan hasil pemeriksaan AGD sebagai berikut: pH 7,1; HCO3 27 mEq/L; PaO2 75 mmHg, PaCO2 46 mmHg, SaO2 92%.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyakit pernapasan (infeksi virus)
- SDKI: Pola Napas Tidak Efektif
- SLKI: Ventilasi Tidak Efektif
- SIKI: Risiko Infeksi, Distres Pernapasan
2. Keletihan berhubungan dengan penyakit pernapasan (infeksi virus)
- SDKI: Keletihan
- SLKI: Ketidakefektifan Aktivitas
- SIKI: Kelelahan, Intoleransi Aktivitas
3. Risiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
- SDKI: Penurunan Perfusi Jaringan
- SLKI: Gangguan Perfusi Perifer
- SIKI: Risiko Gangguan Perfusi Jaringan
Penjelasan Singkat:
1. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyakit pernapasan (infeksi virus):
- Pasien mengalami sesak napas dan kesulitan bernapas, yang merupakan tanda khas dari gangguan pernapasan akibat infeksi virus.
- Diagnosa ini mengacu pada SDKI "Pola Napas Tidak Efektif", SLKI "Ventilasi Tidak Efektif", dan SIKI "Risiko Infeksi, Distres Pernapasan".
2. Keletihan berhubungan dengan penyakit pernapasan (infeksi virus):
- Pasien mengalami kelelahan dan intoleransi aktivitas, yang dapat disebabkan oleh gangguan pernapasan akibat infeksi virus.
- Diagnosa ini mengacu pada SDKI "Keletihan", SLKI "Ketidakefektifan Aktivitas", dan SIKI "Kelelahan, Intoleransi Aktivitas".
3. Risiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas:
- Pasien mengalami masalah pertukaran gas yang ditandai dengan penurunan oksigenasi (PaO2 75 mmHg, SaO2 92%), yang dapat menyebabkan risiko penurunan perfusi jaringan.
- Diagnosa ini mengacu pada SDKI "Penurunan Perfusi Jaringan", SLKI "Gangguan Perfusi Perifer", dan SIKI "Risiko Gangguan Perfusi Jaringan".
Kesimpulan, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah gangguan pola napas, keletihan, dan risiko penurunan perfusi jaringan, yang berhubungan dengan penyakit pernapasan akibat infeksi virus (sugestif viral pneumonia bilateral).