Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20385 | 04 Aug 2025
Klinis : Tn. F berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh anggota keluarga nya dengan keluhan selalu jatuh jika berdiri sejak 1 bulan yang lalu, dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mengatakan bahwa berjalan menjadi sulit dan terasa berat . Istri pasien mengatakan bahwa pasien seringkali tangan pasien terlihat gemetaran saat duduk. Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital di dapat TD : 130/90 mmHg; nadi 80x/menit ; RR 22x/menit; suhu 37,1 dercel; pada pemeriksaan neurologis didapatkan rigiditas pada ekstermitas, pasien sulit berjalan, dan ditemukan tremor saat istirahat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dialami oleh Tn. F, berikut adalah diagnosa keperawatan, serta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Jatuh (00155)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Jatuh (00155)
Definisi: Kerentanan untuk mengalami perpindahan tubuh yang tidak disengaja dan tidak terkontrol ke arah yang berlawanan dengan permukaan tempat berpijak, yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Tubuh (1806)
2. Mobilitas (0208)
3. Kesehatan dan Keselamatan (1914)
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Risiko Jatuh (6486)
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan faktor-faktor risiko jatuh pada pasien.
2. Peningkatan Keseimbangan (0202)
Definisi: Upaya untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mempertahankan posisi tubuh.
3. Manajemen Lingkungan: Keselamatan (6486)
Definisi: Tindakan untuk mengidentifikasi dan meminimalkan risiko bahaya di lingkungan pasien.
Penjelasan singkat:
Tn. F mengalami risiko jatuh yang ditandai dengan keluhan sering jatuh saat berdiri, kesulitan berjalan, dan tremor pada tangan saat istirahat. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan neurologis, seperti parkinson atau gangguan keseimbangan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen risiko jatuh, peningkatan keseimbangan, dan manajemen lingkungan untuk keselamatan pasien. -
Article No. 20386 | 04 Aug 2025
Klinis : Tn. F berusia 65 tahun dibawa ke UGD oleh anggota keluarga nya dengan keluhan selalu jatuh jika berdiri sejak 1 bulan yang lalu, dan dirasakan semakin memberat. Pasien juga mengatakan bahwa berjalan menjadi sulit dan terasa berat . Istri pasien mengatakan bahwa pasien seringkali tangan pasien terlihat gemetaran saat duduk. Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital di dapat TD : 130/90 mmHg; nadi 80x/menit ; RR 22x/menit; suhu 37,1 dercel; pada pemeriksaan neurologis didapatkan rigiditas pada ekstermitas, pasien sulit berjalan, dan ditemukan tremor saat istirahat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berikut adalah **Diagnosa Keperawatan** beserta penjelasan singkat **SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)** yang sesuai dengan kondisi Tn. F berdasarkan kasus di atas:
---
### **Diagnosa Keperawatan**
**Gangguan Mobilitas Fisik** *(Kode: 00085)*
**Definisi:** Ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara mandiri dengan tujuan tertentu.
**Faktor yang Berhubungan:**
- Gangguan neuromuskular (rigiditas, tremor saat istirahat, sulit berjalan).
- Gangguan sistem saraf (gejala parkinsonian: tremor, rigiditas, bradikinesia).
---
### **Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)**
**Kemampuan Mobilisasi Fisik** *(Kode: 0201)*
**Kriteria Luaran:**
- Pasien dapat melakukan pergerakan dengan bantuan minimal.
- Kekuatan otot meningkat.
- Koordinasi gerakan membaik.
- Penurunan frekuensi jatuh.
**Indikator:**
- **0201.1** Keseimbangan tubuh membaik.
- **0201.2** Kemampuan berjalan dengan bantuan.
- **0201.4** Kekuatan otot ekstremitas meningkat.
---
### **Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)**
**Latihan Rentang Gerak (ROM)** *(Kode: 0806)*
**Tindakan Keperawatan:**
- Bantu pasien melakukan latihan gerak pasif/aktif pada ekstremitas.
- Ajarkan teknik berjalan dengan alat bantu (walker/tongkat).
- Monitor tanda-tanda rigiditas dan tremor.
**Manajemen Jatuh** *(Kode: 6490)*
**Tindakan Keperawatan:**
- Modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh (lantai tidak licin, pencahayaan cukup).
- Ajarkan teknik bangun dari posisi duduk/berbaring secara aman.
- Gunakan alat bantu mobilitas sesuai kebutuhan.
---
### **Catatan Tambahan**
Berdasarkan gejala yang dialami Tn. F (tremor saat istirahat, rigiditas, dan kesulitan berjalan), terdapat kemungkinan **Parkinson’s Disease** atau gangguan neurologis lainnya. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk konfirmasi diagnosis medis.
Semoga informasi ini membantu. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan ditanyakan.
**Salam,**
*[Nama Perawat]*
*(Asisten Keperawatan)* -
Article No. 20387 | 04 Aug 2025
Klinis : PASIEN MENGELUH NYERI PADA AREA LUKA OPERASI, SKALA NYERI 6
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang mengeluh nyeri pada area luka operasi dengan skala nyeri 6.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut (00132)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut (International Association for the Study of Pain).
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kode: 00132
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dijelaskan dalam istilah-istilah tersebut.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kode: 10014
- Definisi: Tingkat ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien akibat adanya rangsangan yang memberikan rasa tidak nyaman pada tubuh.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Kode: 30007
- Definisi: Upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien.
Dalam kondisi ini, pasien mengeluh nyeri pada area luka operasi dengan skala nyeri 6. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Nyeri Akut (00132), dimana pasien mengalami pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan pada area luka operasi. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang sesuai adalah Kontrol Nyeri (10014), yang bertujuan untuk mencapai tingkat ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien. Sedangkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah Manajemen Nyeri (30007), yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien. -
Article No. 20388 | 04 Aug 2025
Klinis : diagnosa keperawatan di ruang vk
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah penjelasan yang rinci dan terperinci untuk kondisi di ruang VK (Ruang Persalinan):
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
a. Nyeri Persalinan
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kontraksi uterus selama proses persalinan.
- Penyebab: Dilatasi serviks, iskemia jaringan, distensi organ panggul, dan aktivitas otot polos.
- Gejala: Keluhan nyeri, peningkatan tanda-tanda vital, perubahan ekspresi wajah, gelisah, dan peningkatan respon protektif.
b. Kecemasan
- Definisi: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
- Penyebab: Pengalaman persalinan yang tidak menyenangkan di masa lalu, dukungan sosial yang kurang, dan ketidakpastian tentang proses persalinan.
- Gejala: Perasaan khawatir, tegang, takut, dan gelisah.
c. Risiko Hipotermi
- Definisi: Risiko mengalami penurunan suhu tubuh di bawah 35°C.
- Penyebab: Paparan lingkungan yang dingin, kurangnya pakaian hangat, dan proses persalinan yang memakan waktu lama.
- Gejala: Suhu tubuh menurun, menggigil, dan kelelahan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri Persalinan
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien mampu menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
- Tanda-tanda vital pasien menunjukkan perbaikan.
b. Kecemasan
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor penyebab kecemasan.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan kecemasan, seperti relaksasi, kemampuan fokus, dan berkurangnya gejala cemas.
- Pasien dapat menerapkan teknik manajemen kecemasan yang efektif.
c. Risiko Hipotermi
- Suhu tubuh pasien berada dalam rentang normal.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda yang mengindikasikan peningkatan suhu tubuh, seperti tidak menggigil dan peningkatan energi.
- Pasien dapat mempertahankan suhu tubuh yang optimal selama proses persalinan.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Nyeri Persalinan
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan analgesik sesuai kebutuhan.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, pijat, dan distraksi.
- Berikan dukungan emosional dan informasi terkait proses persalinan.
b. Kecemasan
- Lakukan pengkajian kecemasan secara komprehensif.
- Berikan informasi yang akurat tentang proses persalinan untuk mengurangi ketidakpastian.
- Ajarkan teknik manajemen kecemasan, seperti relaksasi, visualisasi, dan teknik pernapasan.
- Libatkan keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan emosional.
c. Risiko Hipotermi
- Lakukan pengkajian suhu tubuh secara berkala.
- Pertahankan lingkungan yang hangat dengan menggunakan selimut atau penghangat ruangan.
- Berikan pakaian yang sesuai untuk mempertahankan suhu tubuh.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan tindakan lanjut jika diperlukan.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang tepat, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien di ruang VK. -
Article No. 20389 | 04 Aug 2025
Klinis : batuk keluar darah kemaren terus tadi malam keluar lagi sedikit. riwayat 2 minggu yg lalu sudah periksa dahak hasil negatif , saat ini pasien dibekal kan pot dahak lagi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan hormat, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai dan kode terkait adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R04.2
- Deskripsi: Hemoptisis (Batuk dengan mengeluarkan darah)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 87.44
- Deskripsi: Pemeriksaan mikroskopik sputum untuk bakteri, fungi, dan parasit.
Penjelasan:
Kode ICD-10 R04.2 (Hemoptisis) sesuai dengan kondisi pasien yang mengalami batuk dengan mengeluarkan darah. Pemeriksaan dahak yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil negatif mengindikasikan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 87.44 (Pemeriksaan mikroskopik sputum untuk bakteri, fungi, dan parasit).
Selanjutnya, pasien dibekali pot dahak untuk pengumpulan sampel, yang akan membantu dalam proses diagnostik lebih lanjut. Pemeriksaan mikroskopik sputum dapat membantu mengidentifikasi penyebab dari gejala hemoptisis (batuk berdarah) yang dialami pasien.
Pemantauan lebih lanjut dan evaluasi hasil pemeriksaan sputum akan diperlukan untuk menentukan diagnosis dan rencana penatalaksanaan yang sesuai. -
Article No. 20390 | 04 Aug 2025
Klinis : infeksi saluran kencing
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi infeksi saluran kencing, kode dan deskripsi yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N39.0
- Deskripsi: Infeksi saluran kemih, lokasi tidak dispesifikasi
Infeksi saluran kencing, juga dikenal sebagai infeksi saluran kemih (ISK), merujuk pada infeksi yang terjadi di bagian manapun dari sistem urinaria, termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Kode ICD-10 N39.0 digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi ini ketika lokasi spesifik tidak dijelaskan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Prosedur diagnostik pada saluran kemih, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Untuk menangani infeksi saluran kencing, dapat dilakukan berbagai prosedur diagnostik, seperti analisis urin, kultur urin, atau prosedur pencitraan. Kode ICD-9-CM 59.8 mencakup prosedur diagnostik pada saluran kemih yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. -
Article No. 20391 | 04 Aug 2025
Klinis : badan lemas sisi kanan,GDS:484,TD 180/99
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan rinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu badan lemas sisi kanan, GDS 484, dan TD 180/99, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Berhubungan Dengan Diabetes Melitus. Kondisi ini menunjukkan adanya ketidakstabilan kadar glukosa darah yang berpotensi menyebabkan komplikasi yang serius, seperti stroke hemiparetik pada sisi kanan.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai beberapa luaran, antara lain:
1. Stabilitas Kadar Glukosa Darah: Pasien menunjukkan kadar glukosa darah yang stabil, berada dalam rentang normal (80-160 mg/dL).
2. Fungsi Neurologis: Pasien menunjukkan fungsi neurologis yang membaik, dengan penurunan gejala hemiparesis pada sisi kanan.
3. Manajemen Diri Diabetes: Pasien menunjukkan kemampuan yang meningkat dalam mengelola diabetes mellitus, termasuk pemantauan glukosa darah, pemberian insulin, dan modifikasi gaya hidup.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, berikut beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Pemantauan Kadar Glukosa Darah: Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara berkala, serta menganalisis tren dan pola fluktuasi glukosa darah.
2. Pemberian Insulin: Memberikan insulin sesuai dengan resep dokter, serta mengedukasi pasien tentang teknik pemberian insulin yang benar.
3. Manajemen Diet dan Nutrisi: Menyusun rencana diet yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta memberikan edukasi tentang pemilihan makanan yang tepat untuk mengontrol kadar glukosa darah.
4. Aktivitas Fisik: Merencanakan dan memfasilitasi aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien, untuk membantu menstabilkan kadar glukosa darah.
5. Manajemen Stres: Mengidentifikasi dan membantu pasien dalam mengelola faktor-faktor stres yang dapat memengaruhi kontrol glukosa darah.
6. Edukasi Kesehatan: Memberikan edukasi komprehensif kepada pasien dan keluarga tentang diabetes mellitus, komplikasi, dan pengelolaan diri yang tepat.
7. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkoordinasi dengan dokter, ahli gizi, dan profesi kesehatan lainnya untuk memberikan perawatan yang terpadu dan efektif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu stabilitas kadar glukosa darah, perbaikan fungsi neurologis, serta peningkatan kemampuan pasien dalam mengelola diabetes mellitus secara mandiri. -
Article No. 20392 | 04 Aug 2025
Klinis : Sesak 3 hari dan semakin memberat - jika di buat duduk enakan, batuk(+), lemas(+), nyeri dada(-), ngongsrong saat jalan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan tone akademis dan persona sebagai seorang perawat ahli.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi tersebut:
Berdasarkan gejala yang Anda deskripsikan, yaitu sesak 3 hari dan semakin memberat, jika dibuat duduk merasa lebih nyaman, batuk, lemas, dan tidak ada nyeri dada, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Diagnosa Keperawatan: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
Faktor yang Berhubungan:
- Hipersekresi sekret
- Kelemahan otot pernapasan
- Penurunan refleks batuk
Gejala dan Tanda:
- Sesak napas
- Batuk produktif
- Napas cuping hidung
- Ortopnea (merasa lebih nyaman saat duduk)
- Sianosis
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Napas Membaik
- Pasien dapat batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
- Pasien dapat bernapas dengan irama dan kedalaman yang normal
- Tidak terdapat suara napas tambahan (ronki, wheezing)
- Saturasi oksigen dalam batas normal
2. Status Pernapasan Membaik
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Irama napas teratur
- Tidak ada distres pernapasan (ortopnea, sianosis)
- Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa sesak napas
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, maka intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
1. Manajemen Jalan Napas
- Monitor status pernapasan (frekuensi, irama, kedalaman, penggunaan otot bantu napas)
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (head-of-bed elevation, duduk tegak)
- Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret jika perlu
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Ajarkan teknik batuk efektif dan senam napas
2. Manajemen Ventilasi
- Monitor status oksigenasi (saturasi oksigen, gas darah arterial)
- Kolaborasi pemberian bronkodilator dan mukolitik jika indikasi
- Ajarkan teknik pernapasan diafragmatik
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Manajemen Energi
- Monitor tanda-tanda vital dan kelelahan
- Atur aktivitas sesuai toleransi pasien
- Anjurkan istirahat yang cukup
- Berikan nutrisi yang adekuat
Penjelasan tersebut mencakup diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mengatasi kondisi sesak napas pada pasien. Harapannya, penjelasan ini dapat membantu Anda memahami pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam menangani kasus tersebut. -
Article No. 20393 | 04 Aug 2025
Klinis : pasien datang ingin mengontrol luka jahitan 4 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan kondisi pasien yang datang untuk mengontrol luka jahitan 4 hari yang lalu, diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah "Risiko Infeksi".
Risiko Infeksi didefinisikan sebagai "Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan". Pasien yang baru saja menjalani pembedahan memiliki risiko tinggi mengalami infeksi pada luka operasi, terutama dalam 4-7 hari pertama setelah prosedur.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi pada kasus ini antara lain:
- Adanya luka terbuka akibat jahitan pembedahan
- Periode pemulihan yang masih dini (4 hari setelah operasi)
- Kemungkinan kurangnya perawatan luka yang optimal di rumah
Oleh karena itu, diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" menjadi sangat relevan untuk kondisi pasien ini.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah diberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, luaran/output yang diharapkan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
a. Integritas Kulit: Luka
- Kriteria hasil: Luka operasi terawat dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan, pembengkakan, nyeri, atau drainase).
- Indikator: Luka kering, bersih, dan tertutup dengan baik.
b. Kontrol Infeksi
- Kriteria hasil: Tidak terjadi infeksi pada luka operasi.
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda infeksi (suhu tubuh normal, tidak ada erythema, edema, nyeri, atau drainase purulen).
c. Pengetahuan: Perawatan Luka
- Kriteria hasil: Pasien dan/atau keluarga memahami dan dapat melakukan perawatan luka dengan benar.
- Indikator: Pasien dan/atau keluarga dapat menjelaskan langkah-langkah perawatan luka, termasuk tanda-tanda infeksi yang harus dilaporkan.
Pencapaian luaran/output tersebut akan menunjukkan keberhasilan asuhan keperawatan dalam mencegah dan mengelola risiko infeksi pada luka pasien.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Berdasarkan diagnosa keperawatan "Risiko Infeksi" dan luaran/output yang diharapkan, berikut adalah intervensi keperawatan yang perlu dilakukan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
a. Perawatan Luka
- Tujuan: Mempertahankan integritas kulit dan mencegah infeksi.
- Kegiatan: Membersihkan luka, mengganti balutan secara aseptik, memantau tanda-tanda infeksi.
b. Edukasi Kesehatan
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan luka.
- Kegiatan: Memberikan informasi tentang teknik perawatan luka, tanda-tanda infeksi, dan kapan harus segera melaporkan ke petugas kesehatan.
c. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Mengelola nyeri yang mungkin timbul akibat luka operasi.
- Kegiatan: Mengkaji nyeri, memberikan analgesik sesuai kebutuhan, dan mengajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
d. Pemantauan Tanda Vital
- Tujuan: Mendeteksi tanda-tanda infeksi secara dini.
- Kegiatan: Mengukur dan memantau suhu tubuh, denyut nadi, respirasi, dan tekanan darah secara berkala.
Implementasi intervensi-intervensi tersebut secara komprehensif akan membantu mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu mempertahankan integritas kulit, mencegah infeksi, dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang perawatan luka. -
Article No. 20394 | 04 Aug 2025
Klinis : Pasien perempuan, usia 6 tahun, datang dengan keluhan batuk kering selama 1 minggu, demam, sesak napas. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah bronkopneumonia dan dispnea.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, yaitu pasien perempuan usia 6 tahun dengan keluhan batuk kering selama 1 minggu, demam, sesak napas, serta hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan adanya lesi di paru, maka Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya sumbatan jalan napas, perubahan pola napas, serta bunyi napas tambahan seperti ronki dan wheezing, yang dapat disebabkan oleh proses patologis seperti infeksi paru (bronkopneumonia).
b. Pola Napas Tidak Efektif
Pola napas tidak efektif ditandai dengan perubahan kedalaman, irama, dan frekuensi napas, yang dapat disebabkan oleh gangguan mekanis pernapasan akibat proses patologis pada paru-paru.
c. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Ketidakefektifan bersihan jalan napas ditandai dengan adanya sputum yang berlebihan, ketidakmampuan batuk efektif, dan sumbatan jalan napas, yang dapat disebabkan oleh infeksi paru-paru.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan jalan napas yang bebas dari sumbatan, pasien dapat batuk dan bernapas dengan mudah, serta tidak ada tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif.
b. Pola Napas Efektif
Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan pola napas yang normal, dengan frekuensi, kedalaman, dan irama napas yang sesuai.
c. Bersihan Jalan Napas Efektif
Kriteria hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif, tidak ada sumbatan jalan napas, dan tidak ada tanda-tanda pernapasan yang tidak efektif.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Intervensi untuk Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
- Auskultasi suara napas
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Lakukan tindakan batuk efektif dan mobilisasi sekret
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
b. Intervensi untuk Pola Napas Tidak Efektif:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
- Auskultasi suara napas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Lakukan latihan pernapasan dan teknik relaksasi
c. Intervensi untuk Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Monitor status pernapasan (frekuensi, kedalaman, irama, dan usaha napas)
- Auskultasi suara napas
- Berikan posisi semi-fowler untuk memfasilitasi ekspansi paru
- Lakukan tindakan batuk efektif dan mobilisasi sekret
- Lakukan suction jika diperlukan
- Berikan bronkodilator dan mukolitik sesuai resep
Secara keseluruhan, intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas, memperbaiki pola napas, dan meningkatkan kemampuan pasien dalam membersihkan jalan napas, sehingga dapat mencapai luaran yang diharapkan.