Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3636 | 26 Oct 2024
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan informasi terkait kode ICD-10 diagnosis dan kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis untuk kondisi "NYERI AKUT".
1. Kode ICD-10:
- Kode: R52
- Deskripsi: Nyeri, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur/tindakan medis yang spesifik untuk "Nyeri Akut". Penanganan nyeri akut biasanya melibatkan berbagai intervensi tergantung pada penyebab dan lokasi nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi fisik, atau prosedur invasif jika diperlukan.
Penjelasan:
- Kode ICD-10 R52 "Nyeri, tidak terspesifikasi" digunakan untuk mengkodekan keluhan nyeri yang tidak dapat diklasifikasikan secara lebih spesifik. Ini mencakup nyeri akut yang dialami pasien, tetapi tidak menunjukkan penyebab atau lokasi yang lebih rinci.
- Pada kondisi nyeri akut, penanganan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat berupa pemberian obat-obatan analgesik, terapi fisik, atau intervensi lain yang sesuai dengan penyebab dan karakteristik nyeri. Namun, tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "Nyeri Akut" karena penanganannya dapat bervariasi tergantung pada penilaian klinis dan kebutuhan masing-masing pasien.
Jadi, dalam kasus "Nyeri Akut", kode ICD-10 yang digunakan adalah R52, sedangkan kode ICD-9-CM prosedur tidak tersedia secara spesifik untuk kondisi ini. -
Article No. 3637 | 26 Oct 2024
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi NYERI AKUT.
Diagnosa Keperawatan:
NYERI AKUT
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi nyeri akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Karakteristik mayor: Melaporkan nyeri, Ekspresi wajah menunjukkan nyeri, Perilaku protektif terhadap area yang nyeri, Perubahan tanda-tanda vital.
- Faktor yang berhubungan: Agen pencedera fisik, Agen pencedera psikologis, Prosedur diagnostik/terapeutik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang berhubungan dengan diagnosa nyeri akut:
- Kontrol Nyeri: Kemampuan individu untuk meminimalkan rasa nyeri.
- Kenyamanan: Perasaan sejahtera yang bersifat subjektif dan kompleks.
- Integritas Jaringan: Struktur dan fungsi jaringan yang normal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang berhubungan dengan diagnosa nyeri akut:
- Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan atau memperburuk nyeri.
- Terapi Nyeri: Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
- Peningkatan Kenyamanan: Tindakan untuk meningkatkan perasaan nyaman pada individu.
Sebagai seorang perawat, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien dengan kondisi nyeri akut. -
Article No. 3638 | 26 Oct 2024
Klinis : Pasien mengeluh nyeri dada dirumah pada tanggal 08-12-2018 pasien kemudian dikasih minyak urut dan di kerokin tetapi masih tetap nyeri kemudian pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit pada tanggal 09-12- 2018 pukul 21.00 kemudian pasien di observasi beberapa jam lalu pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dahlia pukul 22.30 tetapi kondisinya terus menurun dan membutuhkan perawatan khusus kemudian pasien dipindahkan lagi ke ruang HCU melati pada tanggal 12-12-2018 pokul 13.00. Saat pengkajian di ruang HCU melati pasien mengatakan nyeri dada sebelah kanan. P : Penyempitan atau penyumbatan aliran darah ke jantung Q : Nyeri terasa tertusuk-tusuk, nafas terasa ampek atau berat R : Nyeri dada sebelah kanan S : 7 T : Hilang Timbul. Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes dan kolestrol 1,5 tahun, pasien tidak pernah melakukan operasi, tidak ada alergi. Pasien mengatakan anggota keluarganya mempunyai penyakit menahun yaitu penyakit jantung. Pasien mengatakan masa mudanya sering merokok, dan berhenti merokok sekitar umur 40 tahunan. Hasil Angiografi Koroner: • Arteri Koroner Kanan (Right Coronary Artery - RCA): o Stenosis 50% di segmen proksimal • Arteri Descenden Anterior Kiri (Left Anterior Descending - LAD): o Stenosis 75% di segmen tengah • Arteri Sirkumfleksa Kiri (Left Circumflex - LCX): o Tidak ditemukan sumbatan signifikan • Kesimpulan: Penyempitan signifikan pada LAD (75%) yang berisiko menyebabkan iskemia, dan stenosis sedang pada RCA (50%). EKG (Elektrokardiogram): • Irama: Takikardia sinus (110 kali/menit) • ST Segment: Depresi ST di lead V2-V5 (indikasi iskemia anterior) • Gelombang T: Inversi gelombang T di lead precordial • Kesimpulan: Ada tanda-tanda iskemia anterior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder akibat stenosis arteri koroner.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan kapasitas fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Adaptasi Aktivitas Efektif
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Aktivitas
2. Manajemen Energi
3. Terapi Oksigen
Kondisi Pasien:
Pasien mengalami nyeri dada yang menetap, disertai kondisi menurun dan membutuhkan perawatan khusus di HCU. Hasil angiografi menunjukkan stenosis signifikan pada arteri koroner, yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung dan intoleransi aktivitas.
Tujuan Keperawatan:
1. Pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas.
2. Pasien dapat beradaptasi dengan baik terhadap aktivitas sehari-hari.
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan manajemen aktivitas dengan memonitor tanda-tanda vital dan kemampuan fisik pasien.
2. Lakukan manajemen energi dengan membantu pasien mengatur jadwal aktivitas dan istirahat.
3. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien. -
Article No. 3639 | 26 Oct 2024
Klinis : Pasien mengeluh nyeri dada dirumah pada tanggal 08-12-2018 pasien kemudian dikasih minyak urut dan di kerokin tetapi masih tetap nyeri kemudian pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit pada tanggal 09-12- 2018 pukul 21.00 kemudian pasien di observasi beberapa jam lalu pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dahlia pukul 22.30 tetapi kondisinya terus menurun dan membutuhkan perawatan khusus kemudian pasien dipindahkan lagi ke ruang HCU melati pada tanggal 12-12-2018 pokul 13.00. Saat pengkajian di ruang HCU melati pasien mengatakan nyeri dada sebelah kanan. P : Penyempitan atau penyumbatan aliran darah ke jantung Q : Nyeri terasa tertusuk-tusuk, nafas terasa ampek atau berat R : Nyeri dada sebelah kanan S : 7 T : Hilang Timbul. Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes dan kolestrol 1,5 tahun, pasien tidak pernah melakukan operasi, tidak ada alergi. Pasien mengatakan anggota keluarganya mempunyai penyakit menahun yaitu penyakit jantung. Pasien mengatakan masa mudanya sering merokok, dan berhenti merokok sekitar umur 40 tahunan. Hasil Angiografi Koroner: • Arteri Koroner Kanan (Right Coronary Artery - RCA): o Stenosis 50% di segmen proksimal • Arteri Descenden Anterior Kiri (Left Anterior Descending - LAD): o Stenosis 75% di segmen tengah • Arteri Sirkumfleksa Kiri (Left Circumflex - LCX): o Tidak ditemukan sumbatan signifikan • Kesimpulan: Penyempitan signifikan pada LAD (75%) yang berisiko menyebabkan iskemia, dan stenosis sedang pada RCA (50%). EKG (Elektrokardiogram): • Irama: Takikardia sinus (110 kali/menit) • ST Segment: Depresi ST di lead V2-V5 (indikasi iskemia anterior) • Gelombang T: Inversi gelombang T di lead precordial • Kesimpulan: Ada tanda-tanda iskemia anterior.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat diidentifikasi diagnosis dan prosedur/tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I20.9
- Deskripsi: Angina pektoris tak terperinci
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 88.55
- Deskripsi: Angiografi koroner, dengan penyuntikan bahan kontras ke salah satu atau lebih pembuluh koroner
Penjelasan:
Pasien mengeluh nyeri dada yang kemudian dibawa ke IGD Rumah Sakit. Hasil pemeriksaan angiografi koroner menunjukkan stenosis 75% pada arteri koroner descenden anterior kiri (LAD) dan stenosis 50% pada arteri koroner kanan (RCA), serta ada tanda-tanda iskemia pada EKG. Berdasarkan gejala dan temuan pemeriksaan, pasien didiagnosis dengan angina pektoris tak terperinci (I20.9). Selanjutnya, pasien menjalani prosedur angiografi koroner (kode ICD-9-CM 88.55) untuk mengevaluasi kondisi pembuluh darah koroner. -
Article No. 3640 | 26 Oct 2024
Klinis : Pasien mengeluh nyeri dada dirumah pada tanggal 08-12-2018 pasien kemudian dikasih minyak urut dan di kerokin tetapi masih tetap nyeri kemudian pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit pada tanggal 09-12- 2018 pukul 21.00 kemudian pasien di observasi beberapa jam lalu pasien dipindahkan ke ruang rawat inap dahlia pukul 22.30 tetapi kondisinya terus menurun dan membutuhkan perawatan khusus kemudian pasien dipindahkan lagi ke ruang HCU melati pada tanggal 12-12-2018 pokul 13.00. Saat pengkajian di ruang HCU melati pasien mengatakan nyeri dada sebelah kanan. P : Penyempitan atau penyumbatan aliran darah ke jantung Q : Nyeri terasa tertusuk-tusuk, nafas terasa ampek atau berat R : Nyeri dada sebelah kanan S : 7 T : Hilang Timbul. Pasien mengatakan mempunyai penyakit diabetes dan kolestrol 1,5 tahun, pasien tidak pernah melakukan operasi, tidak ada alergi. Pasien mengatakan anggota keluarganya mempunyai penyakit menahun yaitu penyakit jantung. Pasien mengatakan masa mudanya sering merokok, dan berhenti merokok sekitar umur 40 tahunan. Hasil Angiografi Koroner: • Arteri Koroner Kanan (Right Coronary Artery - RCA): o Stenosis 50% di segmen proksimal • Arteri Descenden Anterior Kiri (Left Anterior Descending - LAD): o Stenosis 75% di segmen tengah • Arteri Sirkumfleksa Kiri (Left Circumflex - LCX): o Tidak ditemukan sumbatan signifikan • Kesimpulan: Penyempitan signifikan pada LAD (75%) yang berisiko menyebabkan iskemia, dan stenosis sedang pada RCA (50%). EKG (Elektrokardiogram): • Irama: Takikardia sinus (110 kali/menit) • ST Segment: Depresi ST di lead V2-V5 (indikasi iskemia anterior) • Gelombang T: Inversi gelombang T di lead precordial • Kesimpulan: Ada tanda-tanda iskemia anterior.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kardiovaskular
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan atau potensi kerusakan jaringan jantung dan pembuluh darah.
2. Risiko Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif
Definisi: Berisiko mengalami pengurangan aliran darah ke miokard, yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Penjelasan Singkat:
1. Nyeri Kardiovaskular
SDKI: Pasien mengeluh nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk, sesak napas, dan nyeri dada sebelah kanan dengan skala nyeri 7. Nyeri hilang-timbul.
SLKI: Pasien dapat mengungkapkan sensasi nyeri, lokasi nyeri, kualitas nyeri, dan faktor yang mempengaruhi nyeri.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian analgesik, mengurangi aktivitas, dan mengatur posisi yang nyaman.
2. Risiko Perfusi Jaringan Kardiak Tidak Efektif
SDKI: Pasien memiliki riwayat diabetes dan kolesterol tinggi selama 1,5 tahun. Hasil angiografi menunjukkan penyempitan signifikan pada arteri koroner kiri (75%) dan sedang pada arteri koroner kanan (50%), yang berisiko menyebabkan iskemia. EKG menunjukkan tanda-tanda iskemia anterior.
SLKI: Pasien dapat mengenali tanda-tanda penurunan perfusi jantung, seperti nyeri dada, sesak napas, dan perubahan EKG.
SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan tanda-tanda vital, oksigenasi, pengaturan aktivitas, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam menangani kondisi kardiovaskular pasien. -
Article No. 3641 | 26 Oct 2024
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "NYERI AKUT" dengan tone akademis dan persona sebagai pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Faktor Terkait:
1. Agen cedera biologis (misalnya: inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen cedera kimiawi (misalnya: bahan iritan, toksin)
3. Agen cedera fisik (misalnya: trauma, pembedahan, fraktur)
4. Agen cedera psikologis (misalnya: kecemasan, depresi)
Karakteristik Mayor:
1. Laporan pasien tentang rasa nyeri
2. Ekspresi nyeri (misalnya: meringis, mengerang, gemetar)
3. Perilaku protektif (misalnya: menghindari aktivitas, posisi tubuh yang tidak nyaman)
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat Nyeri Terkontrol
2. Fungsi Fisik Membaik
3. Nyeri Terkendali
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
2. Terapi Farmakologis
3. Relaksasi
4. Distraksi
Kesimpulan:
Diagnosis keperawatan Nyeri Akut menggambarkan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah tingkat nyeri yang terkontrol, peningkatan fungsi fisik, dan nyeri yang terkendali. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nyeri, terapi farmakologis, relaksasi, dan distraksi. -
Article No. 3642 | 26 Oct 2024
Klinis : NYERI AKUT
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Nyeri Akut.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah tersebut. Nyeri akut biasanya memiliki onset yang tiba-tiba, durasi yang terbatas, dan intensitas yang dapat diprediksi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Akut adalah pasien dapat melaporkan nyeri terkontrol, mampu mengenali dan mengatasi nyeri, serta mendemonstrasikan teknik manajemen nyeri yang efektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Nyeri Akut meliputi:
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Pemberian analgesik sesuai resep
3. Terapi non-farmakologis seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, distraksi, dan terapi musik
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri
5. Evaluasi efektivitas intervensi dan penyesuaian rencana tindakan jika diperlukan.
Sebagai perawat, saya akan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien untuk membantu mengatasi nyeri akut yang dialami. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain juga diperlukan untuk mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 3643 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan utama kelelahan yang mudah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, sesak napas saat beraktivitas ringan, mual dan muntah, serta sering berkemih pada malam hari. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah tinggi, edema, dan suara jantung S3. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar kreatinin dan BUN, penurunan GFR, serta proteinuria. Diagnosis kerja adalah gagal ginjal kronis stadium 4 dengan hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan dan keterbatasan fisiologis.
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
3. Risiko Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan polisuria, dyspnea, dan edema.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Intoleransi Aktivitas:
SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan, akibat keterbatasan fisik.
SLKI: Intervensi untuk memfasilitasi toleransi terhadap aktivitas fisik.
SIKI: Manajemen Energi, Manajemen Aktivitas.
2. Kelebihan Volume Cairan:
SDKI: Kelebihan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
SLKI: Intervensi untuk mengelola kelebihan cairan.
SIKI: Manajemen Cairan, Manajemen Edema, Terapi Dialisis.
3. Risiko Gangguan Pola Tidur:
SDKI: Berisiko mengalami perubahan kuantitas dan/atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
SLKI: Intervensi untuk mempromosikan pola tidur yang adekuat.
SIKI: Manajemen Pola Tidur.
4. Risiko Infeksi:
SDKI: Berisiko mengalami masuknya dan perbanyakan organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SLKI: Intervensi untuk mencegah dan mengelola infeksi.
SIKI: Manajemen Infeksi, Pencegahan Infeksi.
Secara umum, diagnosa keperawatan dan rencana intervensi yang disusun berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI akan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan gagal ginjal kronis stadium 4 dan hipertensi. -
Article No. 3644 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan utama kelelahan yang mudah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, sesak napas saat beraktivitas ringan, mual dan muntah, serta sering berkemih pada malam hari. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah tinggi, edema, dan suara jantung S3. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar kreatinin dan BUN, penurunan GFR, serta proteinuria. Diagnosis kerja adalah gagal ginjal kronis stadium 4 dengan hipertensi.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan memperhatikan informasi medis yang diberikan, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai untuk kondisi pasien ini adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: N18.4
- Deskripsi: Gagal ginjal kronis stadium 4
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 39.95
- Deskripsi: Hemodialisis
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 N18.4 (Gagal ginjal kronis stadium 4) sesuai dengan diagnosis kerja pasien yang mengalami gagal ginjal kronis stadium 4 dengan gejala kelelahan, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, sesak napas saat beraktivitas ringan, mual dan muntah, serta sering berkemih pada malam hari. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah tinggi, edema, dan suara jantung S3, sementara pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar kreatinin dan BUN, penurunan GFR, serta proteinuria.
2. Apabila pasien memerlukan tindakan atau prosedur hemodialisis, maka kode ICD-9-CM yang sesuai adalah 39.95 (Hemodialisis). Hemodialisis merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien dengan gagal ginjal kronis stadium 4. -
Article No. 3645 | 26 Oct 2024
Klinis : Seorang pasien wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan utama kelelahan yang mudah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, sesak napas saat beraktivitas ringan, mual dan muntah, serta sering berkemih pada malam hari. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah tinggi, edema, dan suara jantung S3. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar kreatinin dan BUN, penurunan GFR, serta proteinuria. Diagnosis kerja adalah gagal ginjal kronis stadium 4 dengan hipertensi.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung akibat gagal ginjal kronis.
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal akibat gagal ginjal kronis.
3. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan poliuria nokturia akibat gagal ginjal kronis.
4. Mual dan Muntah berhubungan dengan uremia akibat gagal ginjal kronis.
Penjelasan singkat:
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan karena keterbatasan energi.
2. Kelebihan Volume Cairan: Kondisi kelebihan cairan intra- dan/atau ekstrasel.
3. Gangguan Pola Tidur: Perubahan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
4. Mual dan Muntah: Sensasi tidak nyaman di perut yang diikuti dengan kontraksi otot abdomen dan usus untuk mengeluarkan isi perut.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
1. Toleransi Aktivitas: Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
2. Keseimbangan Cairan: Keseimbangan antara asupan dan pengeluaran cairan dalam tubuh.
3. Pola Tidur: Pola siklus bangun dan tidur yang teratur dan berkualitas.
4. Kontrol Mual dan Muntah: Kemampuan individu untuk mencegah atau mengendalikan mual dan muntah.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
1. Manajemen Energi: Intervensi untuk membantu individu mengatur energi yang dimiliki.
2. Manajemen Cairan: Intervensi untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh.
3. Manajemen Tidur: Intervensi untuk memfasilitasi pola tidur yang adekuat.
4. Manajemen Mual dan Muntah: Intervensi untuk mencegah atau mengendalikan mual dan muntah.