Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3725 | 27 Oct 2024
Klinis : DS : - Tn.H mengatakan muntah ketika makan - Tn. H mengatakan banyak lendir di tenggorakan DO : - Kesadaran Compos mentis - TD : 110/70 mmHg - S : 36,5 - RR : 22 x/menit - SPO2 : 97
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mengacu pada Data Subjektif (DS) dan Data Objektif (DO) yang Anda berikan, maka diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Gangguan Menelan (NANDA-I)
Definisi: Kurangnya kemampuan untuk menelan makanan, minuman, obat-obatan, atau air liur secara aman dan efisien.
Penjelasan singkat:
- Tanda dan gejala: Muntah saat makan, adanya lendir berlebih di tenggorokan.
- Penyebab: Dapat disebabkan oleh kelainan neurologi, otot, atau anatomis.
- Risiko komplikasi: Malnutrisi, dehidrasi, aspirasi, pneumonia.
Rencana Keperawatan (SDKI-SLKI-SIKI):
- SDKI: Pemantauan Menelan, Manajemen Nutrisi
- SLKI: Keefektifan Menelan, Status Gizi Adekuat
- SIKI: Terapi Menelan, Manajemen Nutrisi
2. Risiko Aspirasi (NANDA-I)
Definisi: Berisiko mengalami masuknya cairan, zat padat, atau benda asing ke dalam saluran pernapasan.
Penjelasan singkat:
- Tanda dan gejala: Lendir berlebih di tenggorokan, kemungkinan adanya kesulitan menelan.
- Penyebab: Gangguan fungsi menelan, refluks gastroesofageal.
- Risiko komplikasi: Pneumonia aspirasi, gangguan pernapasan, infeksi saluran pernapasan.
Rencana Keperawatan (SDKI-SLKI-SIKI):
- SDKI: Pemantauan Pernapasan, Pencegahan Aspirasi
- SLKI: Status Pernapasan Adekuat, Bebas Risiko Komplikasi
- SIKI: Tatalaksana Jalan Napas, Terapi Menelan
Penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar diagnosis keperawatan yang digunakan di Indonesia.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3726 | 27 Oct 2024
Klinis : DS : - Tn.H mengatakan muntah ketika makan - Tn. H mengatakan banyak lendir di tenggorakan DO : - Kesadaran Compos mentis - TD : 110/70 mmHg - S : 36,5 - RR : 22 x/menit - SPO2 : 97
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat profesional dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasannya berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk kondisi Tn. H.
Diagnosa Keperawatan:
1. Mual (SDKI)
Definisi: Sensasi tidak nyaman dan keinginan untuk muntah.
Penyebab: Gangguan fungsi gastrointestinal.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab: Peningkatan produksi sekret.
Penjelasan Singkat:
1. Mual (SDKI):
- Tanda dan Gejala: Tn. H mengatakan muntah ketika makan dan banyak lendir di tenggorokan.
- Faktor yang Berkontribusi: Gangguan fungsi gastrointestinal, seperti refluk esofagus.
- Luaran yang Diharapkan (SLKI): Klien melaporkan mual berkurang, tidak terjadi muntah.
- Intervensi (SIKI): Manajemen mual, terapi nutrisi, dan edukasi terkait diet.
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (SDKI):
- Tanda dan Gejala: Tn. H mengatakan banyak lendir di tenggorokan.
- Faktor yang Berkontribusi: Peningkatan produksi sekret.
- Luaran yang Diharapkan (SLKI): Klien mampu mengeluarkan sekret, pola napas efektif.
- Intervensi (SIKI): Manajemen jalan napas, terapi inhalasi, dan edukasi manajemen sekret.
Dengan memahami diagnosa keperawatan dan mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien untuk membantu Tn. H mengatasi masalah kesehatannya. -
Article No. 3727 | 27 Oct 2024
Klinis : Nyeri perut bawah sejak 1 minggu,nyeri vas 8-9,untuk bergerak nyeri,demam,BAB sulit,mual muntah,tidak mau makan minum sejak 5 hari terakhir,pasien mengeluh lemas,BAK terakhir kemarin sore,warna kuning riwayat operasi hemoroid 1 tahun yang lalu,terdapat kemerahan di paha
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Risiko Dehidrasi
Definisi: Rentan mengalami kehilangan cairan dan elektrolit yang melebihi asupan, yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Risiko Infeksi
Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Akut
- Asal nyeri: viseral
- Lokasi: perut bawah
- Karakteristik: nyeri vas 8-9, terasa perih, mual muntah
- Faktor yang memperberat: saat bergerak
- Faktor yang memperingan: istirahat
2. Risiko Dehidrasi
- Penurunan asupan cairan: tidak mau makan minum
- Peningkatan kehilangan cairan: demam, BAB sulit, mual muntah
3. Risiko Infeksi
- Faktor risiko: operasi hemoroid 1 tahun lalu, kemerahan di paha
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Terkontrol
2. Hidrasi Adekuat
3. Bebas Infeksi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Nyeri
- Identifikasi karakteristik nyeri
- Berikan analgetik sesuai indikasi
- Ajarkan teknik non-farmakologis
2. Manajemen Cairan
- Monitor asupan dan pengeluaran cairan
- Berikan cairan intravena sesuai kebutuhan
- Ajarkan pasien untuk asupan cairan yang cukup
3. Pencegahan Infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Ajarkan perawatan luka yang benar
Dengan pendekatan SDKI-SLKI-SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada kebutuhan pasien. -
Article No. 3728 | 27 Oct 2024
Klinis : Nyeri perut bawah sejak 1 minggu,nyeri vas 8-9,untuk bergerak nyeri,demam,BAB sulit,mual muntah,tidak mau makan minum sejak 5 hari terakhir,pasien mengeluh lemas,BAK terakhir kemarin sore,warna kuning riwayat operasi hemoroid 1 tahun yang lalu,terdapat kemerahan di paha
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Nyeri yang tiba-tiba atau berlangsung dalam waktu singkat (kurang dari 3 bulan) dan mengindikasikan adanya kerusakan jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien menunjukkan perilaku yang sesuai dengan respons nyeri yang ada.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Nyeri
- Identifikasi Nyeri
- Kolaborasi Penanganan Nyeri
2. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau dibutuhkan akibat keterbatasan fisik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal.
- Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
- Pasien menunjukkan peningkatan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Aktivitas
- Peningkatan Mobilitas
- Fasilitasi Aktivitas
3. Defisit Volume Cairan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Kehilangan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasel yang melebihi jumlah masukan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang memadai.
- Pasien menunjukkan peningkatan status hidrasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Cairan
- Pemantauan Cairan
- Kolaborasi Terapi Cairan
Tone: akademis
Persona: pakar, perawat -
Article No. 3729 | 27 Oct 2024
Klinis : Data Fokus Etiologi DS: 1. Pasien melaporkan gatal intens di daerah paha, bokong, dan pinggul. 2. Pasien mengatakan gatal terasa semakin parah saat berkeringat. DO: 1. Terdapat bercak merah berbentuk cincin pada paha dan bokong. 2. Lesi tampak bersisik dan berbatas jelas. Infeksi oleh jamur dermatofita ↓ Lingkungan panas dan lembab mendukung pertumbuhan jamur ↓ Jamur menginfeksi lapisan epidermis kulit, menyebabkan kerusakan jaringan ↓ Gangguan Integritas Kulit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami kondisi Lingkungan panas dan lembab yang mendukung pertumbuhan jamur Dermatofita, sehingga menyebabkan Gangguan Integritas Kulit. Berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Definisi: Kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
Etiologi: Infeksi oleh jamur Dermatofita, yang dipicu oleh lingkungan panas dan lembab yang mendukung pertumbuhan jamur.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Utama: Lesi kulit, gatal, eritema, skuama.
- Faktor Berhubungan: Infeksi mikroorganisme, lingkungan yang lembab dan panas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Utama: Integritas Kulit Sehat
- Indikator: Kulit utuh, tidak terdapat lesi, tidak ada gatal, dll.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Utama: Perawatan Luka, Manajemen Nyeri, Manajemen Infeksi.
- Aktivitas: Mengobati infeksi jamur, menjaga kebersihan dan kelembaban kulit, mengurangi gatal, dll.
Secara singkat, kondisi pasien ini membutuhkan penanganan yang tepat untuk mengatasi infeksi jamur Dermatofita dan memulihkan integritas kulit yang terganggu. Manajemen lingkungan, perawatan luka, dan terapi antijamur menjadi bagian penting dari intervensi keperawatan yang diperlukan. -
Article No. 3730 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah seorang perawat profesional yang memahami standar diagnosis dan intervensi keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Untuk kasus Tn. R, 45 tahun yang dirawat di ruang penyakit dalam, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai intervensi yang sesuai.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakpatuhan pengobatan (00079)
Definisi: Pola perilaku di mana individu tidak mengikuti rekomendasi pengobatan secara independen atau kolaboratif.
2. Risiko gangguan perfusi jaringan (00200)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke satu atau lebih bagian tubuh, yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Ansietas (00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakpatuhan pengobatan (00079)
a. Identifikasi alasan ketidakpatuhan (evidence-based: Health Belief Model).
b. Berikan edukasi kesehatan tentang pentingnya kepatuhan pengobatan dan dampak jangka panjang hipertensi yang tidak terkontrol (evidence-based: Self-Regulation Theory).
c. Kolaborasi dengan dokter untuk evaluasi ulang regimen pengobatan dan pertimbangkan preferensi pasien (evidence-based: Shared Decision Making).
d. Pantau kepatuhan pengobatan secara berkala (evidence-based: Medication Adherence Scale).
2. Risiko gangguan perfusi jaringan (00200)
a. Pantau tanda-tanda vital secara berkala, termasuk tekanan darah (evidence-based: JNC 8 Hypertension Guidelines).
b. Kolaborasi dengan dokter untuk optimalisasi terapi antihipertensi sesuai kondisi pasien (evidence-based: ESC/ESH Hypertension Guidelines).
c. Anjurkan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti diet DASH, pembatasan asupan garam, dan berhenti merokok (evidence-based: Dietary Approaches to Stop Hypertension).
d. Edukasi pasien tentang tanda-tanda komplikasi akibat hipertensi dan pentingnya pemantauan kesehatan secara rutin (evidence-based: American Heart Association).
3. Ansietas (00146)
a. Identifikasi penyebab ansietas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (evidence-based: Cognitive-Behavioral Therapy).
b. Berikan teknik relaksasi, seperti napas dalam, untuk membantu menurunkan tingkat ansietas (evidence-based: Mindfulness-Based Stress Reduction).
c. Berikan dukungan emosional dan diskusikan strategi koping yang efektif (evidence-based: Supportive Psychotherapy).
d. Kolaborasi dengan psikolog/psikiater untuk intervensi tambahan jika diperlukan (evidence-based: Integrated Care Model).
Penerapan intervensi keperawatan yang berlandaskan bukti empiris (evidence-based practice) dan pemberian edukasi kesehatan yang komprehensif diharapkan dapat membantu Tn. R mengatasi masalah kesehatannya dan mencapai hasil perawatan yang optimal. -
Article No. 3731 | 27 Oct 2024
Klinis : Kasus Pemicu Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus Tn. R.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder hipertensi.
Penjelasan: Pasien mengalami peningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan penurunan curah jantung, sehingga timbul gejala seperti sakit kepala, gelisah, dan rasa tidak nyaman di dada.
2. Ketidakpatuhan pengobatan berhubungan dengan persepsi negatif terhadap obat antihipertensi.
Penjelasan: Pasien memiliki persepsi negatif bahwa obat antihipertensi dapat menyebabkan impoten dan kerusakan ginjal, sehingga ia tidak mematuhi pengobatan yang diberikan.
3. Risiko tinggi komplikasi kardiovaskular berhubungan dengan faktor risiko hipertensi.
Penjelasan: Pasien memiliki beberapa faktor risiko hipertensi, seperti riwayat keluarga, merokok, dan usia, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kardiovaskular.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan merumuskan diagnosa keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai tujuan asuhan.
Dalam kasus Tn. R, standar-standar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, menetapkan tujuan yang ingin dicapai, dan merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. -
Article No. 3732 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Tn. R yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (KTMK)
Definisi: Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan/atau mengelola informasi dan perilaku terkait kesehatan.
Faktor Terkait: Kurangnya pengetahuan, salah persepsi, dan keyakinan negatif terhadap terapi.
2. Hipertensi (HT)
Definisi: Peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik di atas rentang normal.
Karakteristik Mayor: Tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >90 mmHg.
3. Intoleransi Aktivitas (IA)
Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan.
Karakteristik Mayor: Kelelahan, sesak napas, dan nyeri dada.
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (KTMK)
a. Edukasi tentang hipertensi, risiko, dan pentingnya pengobatan yang teratur (evidence-based)
b. Diskusikan persepsi negatif pasien terhadap obat-obatan dan bantu mengatasi kekhawatirannya
c. Dorong pasien untuk mengikuti program terapi dan memantau efek samping secara rutin
d. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan untuk kepatuhan pengobatan
2. Hipertensi (HT)
a. Pantau tekanan darah secara berkala dan catat perubahan yang terjadi
b. Berikan terapi farmakologis sesuai resep dokter (hydrochlorothiazide dan lisinopril)
c. Anjurkan diet DASH dan asupan natrium rendah
d. Edukasi pasien tentang pentingnya manajemen hipertensi dan perubahan gaya hidup (berhenti merokok, aktivitas fisik)
3. Intoleransi Aktivitas (IA)
a. Evaluasi tingkat aktivitas pasien dan identifikasi aktivitas yang membatasi
b. Berikan edukasi tentang manajemen aktivitas dan latihan fisik yang aman
c. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat
d. Pantau tanda-tanda intoleransi saat beraktivitas dan modifikasi aktivitas sesuai kebutuhan
Pendidikan Kesehatan:
1. Edukasi tentang hipertensi, komplikasi, dan pentingnya pengobatan yang teratur
2. Diskusikan mitos dan fakta terkait efek samping obat antihipertensi
3. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok dan menerapkan gaya hidup sehat
4. Edukasi tentang manajemen aktivitas dan latihan fisik yang aman bagi pasien
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan berfokus pada evidence-based practice, serta pendidikan kesehatan yang efektif, diharapkan pasien dapat meningkatkan pengetahuan, kepatuhan pengobatan, dan mengelola kondisi hipertensinya dengan baik. -
Article No. 3733 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab:
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis, serta menjelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan evidence-based practice dan pendidikan kesehatan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: I10
- Deskripsi: Hipertensi esensial (primer)
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik, karena tidak ada tindakan medis yang dilakukan selain pemberian obat antihipertensi.
Diagnosa Keperawatan yang Muncul:
1. Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif
- Berhubungan dengan kurangnya kepatuhan minum obat antihipertensi.
2. Kecemasan
- Berhubungan dengan perasaan cemas dan khawatir akan efek samping obat antihipertensi.
3. Defisit Pengetahuan
- Berhubungan dengan kurangnya pemahaman pasien mengenai hipertensi dan pentingnya pengobatan jangka panjang.
Intervensi Keperawatan:
1. Manajemen Tekanan Darah Tidak Efektif:
- Monitoring tekanan darah secara rutin.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk penyesuaian dosis obat antihipertensi.
- Edukasi pasien mengenai pentingnya kepatuhan pengobatan jangka panjang.
- Evaluasi efektivitas pengobatan dan pengkajian efek samping.
2. Kecemasan:
- Identifikasi faktor penyebab kecemasan, seperti ketakutan akan efek samping obat.
- Berikan dukungan emosional dan informasi yang akurat mengenai obat antihipertensi.
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen stres.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan untuk memberikan intervensi farmakologis jika diperlukan.
3. Defisit Pengetahuan:
- Berikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi, faktor risiko, dan pentingnya pengobatan jangka panjang.
- Gunakan media edukasi yang mudah dipahami, seperti leaflet atau video.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi untuk meningkatkan dukungan sosial.
- Evaluasi pemahaman pasien dan berikan umpan balik untuk memperbaiki pemahaman.
Evidence-Based Practice dan Pendidikan Kesehatan:
- Pemberian obat antihipertensi seperti hydrochlorothiazide dan lisinopril sesuai dengan panduan praktik klinis hipertensi.
- Penggunaan pendekatan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) untuk diet rendah garam.
- Pemberian edukasi mengenai manfaat dan efek samping obat antihipertensi berdasarkan bukti ilmiah.
- Teknik relaksasi dan manajemen stres sebagai intervensi nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah. -
Article No. 3734 | 27 Oct 2024
Klinis : Tn. R, 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam. Sebelumnya pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Saat pemeriksaan di klinik 2 bulan yang lalu, didapatkan tekanan darahnya 150/95 mmHg dan diberikan hydrochlorothiazide 12,5 mg/hari. Ayah pasien meninggal karena stroke pada usia 60 tahun, ibu pasien masih hidup namun memiliki hipertensi dan riwayat infark miokard. Pasien merokok 1 bungkus per hari selama 28 tahun terakhir. Pasien dibawa ke rumah sakit karena merasa sakit kepala, gelisah, dan tidak nyaman di daerah dada. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: TD 170/110 mmHg, nadi 84x/menit RR 20x/menit, impuls apikal teraba di ICS 4 lateral midklavikula, irama jantung reguler, mild retinopathy pemeriksaan oftalmoskop, edema ekstremitas bawah +1. Hasil pemeriksaan diagnostik didapatkan: EKG (mild left ventricular hypertrophy), urinalysis (protein 30 mg/dL), serum kreatinin level (1.6 mg/dL). Pasien mendapatkan terapi hydrochlorothiazide 25 mg/hari (peningkatan dosis) dan Lisinopril 1x5 mg, serta diet DASH dan rendah garam. Pasien mengatakan, pernah mendengar bahwa obat tekanan darah dapat “membuat impoten” dan merusak ginjal sehingga pasien tidak pernah meminum obatnya. Jelaskan diagnosa keperawatan yang muncul dan intervensi keperawatan yang tepat berikut evidence based practice dan pendidikan kesehatan (include di dalam intervensi keperawatan). Jawab:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya jelaskan diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai untuk kondisi Tn. R berdasarkan standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
Berdasarkan data yang diberikan, Tn. R tidak patuh dalam mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan untuk mengontrol tekanan darahnya. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius. Diagnosis ini sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
2. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
Tn. R memiliki riwayat keluarga dengan stroke dan hipertensi yang tidak terkontrol. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya gangguan perfusi serebral, yang dapat menyebabkan sakit kepala dan gejala lainnya. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas
Dengan adanya hipertensi yang tidak terkontrol, edema pada ekstremitas bawah, dan riwayat merokok, Tn. R berisiko mengalami intoleransi aktivitas. Diagnosis ini sesuai dengan SDKI.
Intervensi Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
a. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Tn. R, seperti pemahaman tentang pengobatan, efek samping, dan keyakinan.
b. Berikan edukasi tentang hipertensi, pentingnya pengobatan yang teratur, dan dampak jangka panjang dari hipertensi yang tidak terkontrol.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memantau efek samping obat dan memodifikasi pengobatan sesuai kebutuhan.
d. Libatkan keluarga dalam mendukung kepatuhan Tn. R dalam pengobatan.
2. Risiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif
a. Pantau tanda-tanda vital, khususnya tekanan darah, secara teratur.
b. Ajarkan Tn. R teknik manajemen stres, seperti relaksasi napas dalam, untuk mengurangi risiko peningkatan tekanan darah.
c. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
d. Edukasi Tn. R dan keluarga tentang gejala stroke dan tindakan yang harus dilakukan jika terjadi.
3. Risiko Intoleransi Aktivitas
a. Lakukan asesmen toleransi Tn. R terhadap aktivitas sehari-hari.
b. Berikan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi Tn. R, seperti berjalan atau senam ringan.
c. Ajarkan teknik konservasi energi dan manajemen kelelahan.
d. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu Tn. R meningkatkan toleransi aktivitas.
Semua intervensi di atas didasarkan pada evidence-based practice dan bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Tn. R dalam pengelolaan hipertensi, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup. Edukasi kesehatan yang komprehensif merupakan bagian penting dalam setiap intervensi keperawatan.