Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18475 | 12 Jun 2025
Klinis : Defisit pengetahuan halaman 244
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu Defisit Pengetahuan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Defisit Pengetahuan (00126)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Defisit Pengetahuan (00126)
Definisi: Kurangnya atau ketidakadekuatan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik yang spesifik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Peningkatan Pengetahuan (1803)
Definisi: Bertambahnya informasi kognitif yang berkaitan dengan suatu topik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Edukasi (6610)
Definisi: Proses yang memfasilitasi pembelajaran, perkembangan, dan perubahan perilaku yang diinginkan.
Pada kondisi Defisit Pengetahuan, perawat perlu melakukan intervensi Edukasi (6610) untuk meningkatkan pengetahuan pasien. Intervensi ini dapat mencakup pemberian informasi, bimbingan, dan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman pasien dan memampukan pasien dalam mengelola kondisi kesehatannya. -
Article No. 18476 | 12 Jun 2025
Klinis : G1 hamil 38 minggu JPKTH
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dalam kasus kondisi yang Anda sampaikan, yaitu G1 hamil 38 minggu JPKTH, kami dapat memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O80
- Deskripsi: Persalinan tunggal spontan, presentasi kepala
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.1
- Deskripsi: Ekstraksi janin dengan alat, tanpa perluasan
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 O80 untuk "Persalinan tunggal spontan, presentasi kepala" adalah kode yang tepat untuk kondisi G1 hamil 38 minggu dengan presentasi kepala (JPKTH).
2. Kode ICD-9-CM 72.1 untuk "Ekstraksi janin dengan alat, tanpa perluasan" adalah kode prosedur yang mungkin digunakan jika diperlukan tindakan ekstraksi janin dengan alat (seperti forceps atau vakum) selama proses persalinan, tetapi tanpa perluasan atau komplikasi yang memerlukan tindakan bedah lebih lanjut.
Sebagai dokter atau perekam medis, kami menggunakan kode-kode ini untuk melakukan dokumentasi yang akurat dan terstruktur terkait diagnosis dan prosedur medis yang dilakukan pada pasien. Penggunaan kode-kode yang tepat membantu dalam proses pelaporan, penagihan, dan analisis data kesehatan. -
Article No. 18477 | 12 Jun 2025
Klinis : kontorol hamil normal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi kontrol hamil normal, dengan format yang terstruktur dan penjelasan rinci.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z34.00
- Deskripsi: Pengawasan kehamilan normal, trimester awal
Penjelasan:
- Kode Z34.00 dalam ICD-10 digunakan untuk mengkodekan kondisi pengawasan kehamilan normal pada trimester awal.
- Kode ini digunakan untuk mencatat kunjungan pemeriksaan rutin ibu hamil yang tidak memiliki komplikasi atau kondisi medis yang membutuhkan pengawasan khusus.
- Kode ini mencakup pemeriksaan antenatal rutin, termasuk pemeriksaan fisik, pengukuran tanda vital, pemeriksaan laboratorium, dan konseling terkait kehamilan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.71
- Deskripsi: Pemeriksaan antenatal, tidak terkode lainnya
Penjelasan:
- Kode ICD-9-CM 59.71 digunakan untuk mengkodekan prosedur pemeriksaan antenatal rutin yang tidak termasuk dalam kode prosedur lainnya.
- Kode ini mencakup pemeriksaan fisik umum, pengukuran tanda vital, pemeriksaan laboratorium rutin, konseling, dan prosedur lain yang dilakukan dalam rangka perawatan antenatal normal.
- Kode ini digunakan untuk mencatat tindakan medis yang dilakukan pada saat kunjungan pemeriksaan kehamilan normal tanpa komplikasi.
Dalam praktik klinis, penggunaan kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis yang akurat, penagihan yang sesuai, dan analisis epidemiologi yang valid. -
Article No. 18478 | 12 Jun 2025
Klinis : Perfusi perifer tidak efektif
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasannya berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Perfusi perifer tidak efektif":
Diagnosa Keperawatan:
Perfusi Perifer Tidak Efektif (00204)
Definisi:
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah ketidakcukupan sirkulasi darah ke jaringan perifer.
Penjelasan:
Kode SDKI: 00204
Kode SLKI: SMID-07
Kode SIKI: KDP-41
Perfusi Perifer Tidak Efektif adalah kondisi di mana terjadi penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, atau cedera. Hal ini dapat menyebabkan berbagai gejala seperti rasa dingin pada ekstremitas, perubahan warna kulit, dan penurunan sensasi. Diagnosa keperawatan ini membutuhkan intervensi yang tepat untuk meningkatkan perfusi perifer dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. -
Article No. 18479 | 12 Jun 2025
Klinis : Perawatan sirkulasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Untuk kondisi perawatan sirkulasi, berikut adalah beberapa contoh Diagnosa Keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
1. Diagnosa Keperawatan:
- Penurunan Curah Jantung (00029)
- Perfusi Jaringan Tidak Efektif (00024)
- Intoleransi Aktivitas (00092)
2. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
a. Penurunan Curah Jantung (00029)
- Definisi: Keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
- Kode: 00029
b. Perfusi Jaringan Tidak Efektif (00024)
- Definisi: Ketidakcukupan aliran darah dan oksigen ke jaringan perifer untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kode: 00024
c. Intoleransi Aktivitas (00092)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk menahan atau melakukan aktivitas fisik pada tingkat yang diinginkan atau diperlukan.
- Kode: 00092
3. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Sirkulasi Darah Adekuat (1802)
- Definisi: Keadaan di mana suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan adalah cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kode: 1802
b. Toleransi Aktivitas (0005)
- Definisi: Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
- Kode: 0005
c. Perfusi Jaringan (0400)
- Definisi: Aliran darah yang adekuat ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Kode: 0400
4. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Pemantauan Hemodinamik (6550)
- Definisi: Pengumpulan dan analisis data yang berhubungan dengan fungsi jantung dan sirkulasi.
- Kode: 6550
b. Manajemen Aktivitas (0200)
- Definisi: Pemberian bantuan untuk mengatur dan melakukan aktivitas fisik.
- Kode: 0200
c. Peningkatan Perfusi Jaringan (4062)
- Definisi: Tindakan untuk memfasilitasi aliran darah yang adekuat ke jaringan.
- Kode: 4062
Dalam praktik keperawatan, perawat dapat menggunakan kode-kode ini untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien, menetapkan tujuan perawatan, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk mengatasi masalah perawatan sirkulasi. -
Article No. 18480 | 12 Jun 2025
Klinis : TD 170/110 mmhg
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu tekanan darah 170/110 mmHg, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
2. Hipertensi (00910)
- Definisi: Tekanan darah sistemik di atas normal, sebagaimana ditandai dengan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakefektifan Pola Napas (00032)
- Kode: 00032
- Definisi: Ketidakmampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
2. Hipertensi (00910)
- Kode: 00910
- Definisi: Tekanan darah sistemik di atas normal, sebagaimana ditandai dengan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pola Napas Efektif (1902)
- Kode: 1902
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan pola napas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
2. Kontrol Tekanan Darah (0802)
- Kode: 0802
- Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Jalan Napas (3140)
- Kode: 3140
- Definisi: Memfasilitasi masuknya dan keluarnya udara selama proses pernapasan.
2. Manajemen Hipertensi (3580)
- Kode: 3580
- Definisi: Membantu klien untuk menurunkan dan mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.
Penjelasan singkat:
Diagnosa keperawatan Ketidakefektifan Pola Napas dan Hipertensi sesuai dengan kondisi yang diberikan, yaitu tekanan darah tinggi. Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan napas untuk memfasilitasi proses pernapasan dan manajemen hipertensi untuk menurunkan dan mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal. -
Article No. 18481 | 12 Jun 2025
Klinis : BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan (00026)
Definisi SDKI:
Kondisi di mana individu mengalami akumulasi cairan yang berlebihan dalam kompartemen intrasel, ekstrasel, atau keduanya.
Definisi SLKI:
Intervensi yang diperlukan untuk mengendalikan dan mengembalikan cairan tubuh ke kondisi normal.
Definisi SIKI:
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan dengan mengontrol asupan dan output cairan, serta memantau tanda-tanda vital dan status cairan.
Kode dan Definisi SDKI, SLKI, SIKI:
SDKI:
00026 - Kelebihan Volume Cairan
Definisi: Kondisi di mana individu mengalami akumulasi cairan yang berlebihan dalam kompartemen intrasel, ekstrasel, atau keduanya.
SLKI:
00826 - Manajemen Cairan
Definisi: Intervensi yang diperlukan untuk mengendalikan dan mengembalikan cairan tubuh ke kondisi normal.
SIKI:
6670 - Pemantauan Cairan
Definisi: Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi kelebihan volume cairan dengan mengontrol asupan dan output cairan, serta memantau tanda-tanda vital dan status cairan.
Dalam kondisi ini, pasien mengalami kenaikan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat, yang mengindikasikan adanya kelebihan volume cairan. Perawat harus segera melakukan intervensi untuk memantau dan mengendalikan asupan dan output cairan pasien, serta memantau tanda-tanda vital dan status cairan untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh ke kondisi normal. -
Article No. 18482 | 12 Jun 2025
Klinis : BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: **Diagnosa Keperawatan dan Penjelasan SDKI – SLKI – SIKI**
*(Untuk Kondisi: Berat Badan Naik 3 kg dalam 3 Hari)*
**1. Diagnosa Keperawatan (SDKI – Kode: D.0016)**
**Gangguan Keseimbangan Cairan: Kelebihan Volume Cairan**
*(Fluid Volume Excess)*
**Penjelasan Singkat:**
Kenaikan berat badan signifikan dalam waktu singkat (3 kg dalam 3 hari) mengindikasikan retensi cairan patologis, sering terkait dengan gangguan kardiovaskular (gagal jantung), ginjal, atau sistem endokrin. Kondisi ini memerlukan pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi seperti edema paru atau overload sirkulasi.
---
**2. Standar Luaran Keperawatan (SLKI – Kode: L.14013)**
**Keseimbangan Cairan Tercapai**
**Kriteria Luaran:**
- Tanda vital dalam batas normal (TD, nadi, respirasi).
- Tidak ada edema perifer/anasarka.
- Berat badan stabil sesuai target.
- Balance cairan input-output seimbang.
---
**3. Standar Intervensi Keperawatan (SIKI – Kode: I.11290)**
**Manajemen Kelebihan Volume Cairan**
**Intervensi Utama:**
- **Pemantauan Hidrasi** (I.11012):
- Catat intake-output cairan setiap 24 jam.
- Timbang berat badan harian dengan protokol konsisten.
- **Restriksi Cairan dan Natrium** (I.11020):
- Edukasi pasien tentang diet rendah garam dan pembatasan cairan sesuai indikasi.
- **Terapi Farmakologis** (Kolaborasi):
- Pemberian diuretik (sesuai resep) dengan pemantauan elektrolit.
- **Pemantauan Tanda Vital** (I.11010):
- Observasi tekanan darah, CVP (jika diperlukan), dan frekuensi pernapasan.
---
**Dasar Pemilihan Diagnosa:**
Kenaikan berat badan >1 kg/hari sangat spesifik untuk kelebihan cairan (bukan jaringan adiposa). Patofisiologi utama melibatkan gangguan hemodinamik (misal: peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik).
**Referensi:**
- *Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 4, PPNI (2020).*
- *Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI/SIKI) Edisi 3, PPNI (2019).*
*(Format RTF dapat disesuaikan dengan template institusi terkait.)* -
Article No. 18483 | 12 Jun 2025
Klinis : BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi "BERAT BADAN NAIK 3 KG DALAM 3 HARI" dengan nada akademis.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah "Risiko Kelebihan Volume Cairan" (SDKI, 2017). Risiko Kelebihan Volume Cairan adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk mengalami peningkatan cairan yang berlebihan dalam satu atau lebih kompartemen tubuh. Kondisi ini ditandai dengan peningkatan berat badan yang cepat dan drastis, seperti yang terjadi pada pasien dalam kasus ini.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Stabilitas Hemodinamik: Pasien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, seperti tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan yang berada dalam rentang normal.
2. Keseimbangan Cairan: Pasien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat, ditandai dengan berat badan yang stabil dan tidak ada edema.
3. Toleransi Aktivitas: Pasien menunjukkan toleransi yang baik terhadap aktivitas sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Cairan dan Elektrolit:
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan pasien secara ketat.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi kadar elektrolit, seperti natrium, kalium, dan klorida.
- Pantau tanda-tanda vital pasien, termasuk berat badan, tekanan darah, dan laju jantung.
2. Manajemen Asupan Cairan:
- Batasi asupan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga asupan cairan yang sesuai.
- Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan pasien secara akurat.
3. Manajemen Aktivitas dan Istirahat:
- Rencanakan dan ajukan program aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien.
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya istirahat yang cukup.
- Pantau toleransi pasien terhadap aktivitas dan istirahat.
4. Edukasi Kesehatan:
- Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyebab, tanda-tanda, dan penanganan risiko kelebihan volume cairan.
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, jika diperlukan, untuk memberikan informasi yang komprehensif.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output yang diharapkan, yaitu stabilitas hemodinamik, keseimbangan cairan, dan toleransi aktivitas yang baik. -
Article No. 18484 | 12 Jun 2025
Klinis : Seorang remaja putri mengamuk, tidak mau berkomunikasi, sering marah-marah. Sebutkan diagnosa Icd, sdki, slki. Nanda, dan pemeriksaan penunjangnya
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi seorang remaja putri yang mengamuk, tidak mau berkomunikasi, dan sering marah-marah adalah:
Diagnosa SDKI:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00138)
- Definisi: Kemungkinan munculnya perilaku yang dapat melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
- Karakteristik Definisi: Marah yang tidak terkontrol, mengancam atau menggunakan kata-kata kasar, merusak benda-benda, atau perilaku impulsif.
Diagnosa NANDA-I:
1. Risiko Perilaku Kekerasan (00149)
- Definisi: Kemungkinan munculnya perilaku yang dapat melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
- Faktor Risiko: Stres, riwayat perilaku kekerasan, dan gangguan psikologis.
Diagnosa ICD-10:
1. F91.8 Gangguan Perilaku Lainnya
- Definisi: Gangguan perilaku yang melibatkan tindakan agresif, merusak, atau melanggar hak orang lain, dan tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perilaku lainnya.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan Psikologis (Tes Kepribadian, Tes Proyektif, dsb.)
2. Pemeriksaan Laboratorium (Profil Darah, Fungsi Tiroid, dsb.)
3. Pemeriksaan Pencitraan (CT Scan Otak, MRI, dsb.)
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kekerasan Terkendali (0412)
- Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku agresif atau merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
- Indikator:
a. Individu dapat mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan.
b. Individu dapat menggunakan strategi alternatif untuk mengatasi perilaku kekerasan.
c. Individu dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Perilaku Kekerasan (6340)
- Definisi: Menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk individu yang menunjukkan perilaku kekerasan.
- Aktivitas:
a. Identifikasi pemicu perilaku kekerasan.
b. Kembangkan rencana untuk mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan.
c. Fasilitasi penggunaan strategi koping yang efektif.
d. Berikan dukungan emosional dan bimbingan untuk mengelola perilaku kekerasan.
e. Lakukan intervensi farmakologis sesuai indikasi.
2. Terapi Perilaku (4370)
- Definisi: Penggunaan prinsip-prinsip pembelajaran untuk membantu individu mengubah perilaku yang tidak adaptif.
- Aktivitas:
a. Identifikasi perilaku yang ingin diubah.
b. Kembangkan kontrak perilaku dengan individu.
c. Beri penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan.
d. Gunakan teknik relaksasi dan manajemen stres.
e. Libatkan keluarga atau significant others dalam proses terapi.
Penjelasan yang rinci dan terperinci:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi seorang remaja putri yang mengamuk, tidak mau berkomunikasi, dan sering marah-marah adalah Risiko Perilaku Kekerasan. Diagnosa ini menggambarkan kemungkinan munculnya perilaku yang dapat melukai diri sendiri, orang lain, atau lingkungan secara verbal, fisik, atau psikologis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi pasien mencakup pemeriksaan psikologis (tes kepribadian, tes proyektif, dsb.), pemeriksaan laboratorium (profil darah, fungsi tiroid, dsb.), dan pemeriksaan pencitraan (CT Scan otak, MRI, dsb.). Hasil pemeriksaan ini dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perilaku kekerasan pada pasien.
Luaran atau output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan adalah Perilaku Kekerasan Terkendali. Tujuan ini menggambarkan kemampuan individu untuk mengendalikan perilaku agresif atau merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Indikator keberhasilan luaran ini mencakup kemampuan pasien dalam mengidentifikasi pemicu perilaku kekerasan, menggunakan strategi alternatif untuk mengatasi perilaku kekerasan, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut adalah Manajemen Perilaku Kekerasan dan Terapi Perilaku. Manajemen Perilaku Kekerasan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi individu yang menunjukkan perilaku kekerasan. Aktivitas intervensi ini mencakup identifikasi pemicu perilaku kekerasan, pengembangan rencana untuk mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan, fasilitasi penggunaan strategi koping yang efektif, pemberian dukungan emosional dan bimbingan, serta intervensi farmakologis sesuai indikasi.
Sementara itu, Terapi Perilaku bertujuan untuk membantu individu mengubah perilaku yang tidak adaptif dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran. Aktivitas intervensi ini meliputi identifikasi perilaku yang ingin diubah, pengembangan kontrak perilaku, pemberian penguatan positif untuk perilaku yang diinginkan, penggunaan teknik relaksasi dan manajemen stres, serta pelibatan keluarga atau significant others dalam proses terapi.
Dengan penerapan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasannya, mengembangkan strategi koping yang efektif, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma sosial.