Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3823 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) untuk pasien Ibu F, usia 60 tahun, dengan diagnosa Kanker Ovarium Stadium IV, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman yang tidak jelas dan non spesifik, ditandai dengan kekhawatiran, kebingungan, dan ketakutan.
- SLKI: Respon terhadap kecemasan ditandai dengan tingkat kecemasan yang menurun, peningkatan kemampuan mengatasi kecemasan, dan kepuasan terhadap manajemen kecemasan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif, konseling, dan dukungan spiritual.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Konsep Diri
- SDKI: Gangguan konsep diri adalah persepsi negatif individu tentang dirinya yang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan atau penyakit yang dialaminya.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah peningkatan penerimaan diri, peningkatan harga diri, dan peningkatan citra tubuh.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain konseling, terapi kognitif, dan terapi kelompok.
3. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
- SDKI: Isolasi sosial adalah pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik.
- SLKI: Hasil yang diharapkan adalah peningkatan interaksi sosial, peningkatan dukungan sosial, dan penurunan kesepian.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain fasilitasi interaksi sosial, terapi kelompok, dan rujukan ke konselor.
Penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI dalam perawatan Ibu F. diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kecemasan, gangguan konsep diri, dan isolasi sosial yang dialaminya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien secara holistik. -
Article No. 3824 | 28 Oct 2024
Klinis : Tuan G masuk rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan alasan pasien mengatakan ingin mati saja dan mencoba bunuh diri dengan menusukan pisau ke bagian perut kanannya dan mencoba meminum pemutih pakaian. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan sejak seminggu yang lalu, pasien tidak mau makan selama seminggu karena merasa ingin mati saja dan pasien mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari. Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena di tinggal istri dan anaknya dalam kecelakaan 3 bulan lalu dan setahun terkahir klien menganggur karena diPHK dari pekerjaannya klien merasa malu dan sudah tidak berguna lagi. Saat ini skor klien 4 saat dikaji dengan SIRS (Suicidal Intervention Rating Scale) sehingga klien diobservasi ketat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, Diagnosa Keperawatan yang tepat adalah:
1. Risiko Bunuh Diri
- Definisi: Ancaman atau kemungkinan bahwa individu akan berusaha mengakhiri hidupnya.
- Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Terdapat karakteristik definisi, faktor risiko, gejala dan tanda, serta batasan karakteristik.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah tidak terjadi upaya bunuh diri, pasien merasa aman, pasien memanfaatkan strategi koping yang efektif, dan pasien menunjukkan dukungan sosial yang adekuat.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi pencegahan bunuh diri, manajemen krisis, manajemen depresi, peningkatan harga diri, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Penjelasan Singkat:
Tuan G menunjukkan gejala dan tanda risiko bunuh diri, seperti mencoba menusukkan pisau ke bagian perut dan mencoba meminum pemutih pakaian, serta menyatakan keinginan untuk mati. Faktor-faktor risiko yang teridentifikasi adalah riwayat kehilangan orang yang dicintai (istri dan anak), pengangguran, dan perasaan putus asa. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengamatan ketat, manajemen krisis, manajemen depresi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya psikiater) untuk membantu Tuan G mengatasi risiko bunuh diri. -
Article No. 3825 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas. apakah diagnosis harga diri rendah situasional?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai untuk Ibu F. adalah:
1. Kecemasan berhubungan dengan dampak penyakit terhadap peran dan kondisi psikososial, sebagaimana ditunjukkan dengan pernyataan Ibu Fatimah yang merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia) mencantumkan diagnosis "Kecemasan" yang didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, yang ditandai dengan sumber yang dapat diidentifikasi.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mencantumkan luaran "Tingkat kecemasan terkendali" sebagai hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) mencantumkan beberapa intervensi untuk mengatasi kecemasan, antara lain terapi relaksasi, dukungan emosional, dan manajemen kecemasan.
Tidak ada indikasi yang jelas pada kasus ini tentang diagnosis "Harga diri rendah situasional". Meskipun Ibu Fatimah mungkin mengalami penurunan harga diri terkait kondisi penyakitnya, diagnosis utama yang sesuai adalah kecemasan yang berkaitan dengan dampak kondisi penyakit terhadap peran dan kondisi psikososialnya.
Sebagai perawat, pendekatan yang disarankan adalah berfokus pada manajemen kecemasan Ibu Fatimah melalui intervensi keperawatan yang komprehensif, termasuk dukungan emosional, manajemen stres, dan intervensi spiritual untuk memenuhi kebutuhan holistiknya. -
Article No. 3828 | 28 Oct 2024
Klinis : Tn. Leon, 22 tahun, dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan tunggal. Diketahui pasien mengendarai mobil tanpa seatbelt lalu menabrak pohon, sempat pingsan lalu sadar. Hasil pengkajian: E2M3V2, nadi 121x/menit lemah, RR 32x/menit takipnea, hipersonor dan suara paru menghilang di lapang kiri, terdapat distensi vena jugularis, deviasi trakea ke kanan, TD 65/40 mmHg, SpO2 95%, Earle’s sign positif, Cardinal sign positif pada radius sinistra, akral pucat dan dingin, CRT > 2 detik. Hasil pemeriksaan diagnostik: tampak hyperexpansion hemithorax sinistra.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi klinis Tn. Leon yang Anda deskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan cedera trauma thoraks (SDKI)
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia sekunder akibat perdarahan internal (SDKI)
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia (SDKI)
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan cedera trauma thoraks (SDKI)
- SLKI: Pola napas tidak efektif
- SIKI: Ventilasi tidak adekuat
Pasien mengalami trauma thoraks yang menyebabkan hipersonor dan hilangnya suara paru di lapang kiri, serta takipnea. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan pneumotoraks yang menyebabkan penurunan ekspansi paru dan gangguan ventilasi.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia sekunder akibat perdarahan internal (SDKI)
- SLKI: Penurunan curah jantung
- SIKI: Hipovolemia
Pasien mengalami tanda-tanda hipovolemia seperti nadi lemah, hipotensi, distensi vena jugularis, dan akral pucat dingin. Hal ini menunjukkan adanya penurunan volume darah sirkulasi akibat perdarahan internal.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia (SDKI)
- SLKI: Gangguan perfusi jaringan
- SIKI: Hipovolemia
Kondisi hipovolemia akibat perdarahan internal menyebabkan penurunan aliran darah ke seluruh jaringan, ditandai dengan CRT > 2 detik, akral pucat dingin, dan Earle's sign positif. Hal ini mengindikasikan adanya gangguan perfusi jaringan.
Dalam penanganan kasus ini, perawat perlu melakukan intervensi segera untuk menstabilkan kondisi pasien, seperti pemberian oksigen, manajemen cairan dan elektrolit, serta pemantauan tanda-tanda vital dan perdarahan. -
Article No. 3829 | 28 Oct 2024
Klinis : Ny.A, 28 tahun, G2P1A0, 21 Oktober 2024 datang bersama suaminya ke poliklinik KIA untuk pemeriksaan kehamilan. Hasil anamnesis, klien mengatakan HPHT 17 Maret 2024, riwayat persalinan sebelumnya secara SC a.i posisi lintang dan mengalami komplikasi perdarahan postpartum. Saai ini klien mengeluh mudah lelah, sering kram pada kaki terutama pada dini hari, sering BAK bahkan pada malam hari, nyeri punggung bawah, sulit tidur dan sering terbangun di malam hari sehingga merasa tidurnya tidak cukup, braxtone hicks mulai dirasakan, heartburn, dan konstipasi hingga kadang keluar darah saat BAB. Hasil pemeriksaan: kesadaran CM, KU baik, TD 130/70mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 37.1 °C, BB 64 kg (sebelum hamil 50 kg), TB 153 cm, LiLa 24 cm, konjungtiva anemis, muka tampak cloasma gravidarum, tampak edema pada kedua kaki. Hasil pemeriksaan pada abdomen tampak luka bekas SC, tampak linea nigra, Leopold I: TFU 34 cm, presentasi teratas teraba bulat dan keras; Leopold II: puki; Leopold III: bagian terbawah teraba bulat lunak dan belum masuk PAP, DJJ 156 x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 9.8 gr/dL, Leukosit 7800 mm, Hematokrit 250.000, protein urine (-), GDS 90 mg/dL, HIV NR, Hbs-Ag NR, gol.darah A(+). Riwayat imunisasi TT lengkap, konsumsi tablet Fe jarang. Klien merasa khawatir bila kehamilan yang sekarang harus SC kembali, ia menanyakan bagaimana cara membuat posisi janin optimal karena ia sangat menginginkan dapat menjalani persalinan secara normal agar dapat langsung menyusui bayinya,.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Kelelahan berhubungan dengan anemia dan ketidakseimbangan nutrisi selama kehamilan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik selama kehamilan.
3. Konstipasi berhubungan dengan perubahan hormonal selama kehamilan.
4. Risiko perdarahan postpartum berhubungan dengan riwayat persalinan sebelumnya dengan komplikasi perdarahan postpartum.
5. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap kemungkinan harus melakukan operasi sesar kembali.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mencakup definisi, karakteristik, dan faktor yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien yang membutuhkan intervensi keperawatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mencakup definisi, kriteria hasil, dan indikator hasil dari asuhan keperawatan. SLKI digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan dalam mencapai luaran yang diharapkan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
Merupakan standar yang mencakup definisi, aktivitas, dan rasional dari intervensi keperawatan. SIKI digunakan untuk memandu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah organisasi profesi yang mengembangkan dan menetapkan standar-standar tersebut sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional di Indonesia. -
Article No. 3830 | 28 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Berhubungan dengan Sistem Imun yang Lemah Akibat Penyakit Campak
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Risiko Infeksi adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kerentanan individu terhadap infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sistem imun yang lemah akibat penyakit campak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat menunjukkan perilaku untuk mencegah infeksi, tidak terjadi komplikasi infeksi, dan sembuh dari infeksi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau tanda-tanda vital, mengatur lingkungan yang bersih dan asepsis, memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pencegahan infeksi, dan menerapkan teknik aseptik saat merawat pasien.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian secara komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan standar praktik keperawatan untuk membantu pasien anak perempuan usia 5 tahun dengan kemungkinan penyakit campak ini. -
Article No. 3831 | 28 Oct 2024
Klinis : Pasien wanita, usia 60 tahun, mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I21.9
- Deskripsi: Infark miokard akut, tidak dinyatakan dengan cara lain
Pada kasus ini, pasien wanita berusia 60 tahun mengalami nyeri dada yang hebat, menjalar ke lengan kiri, disertai dengan sesak napas, mual, dan keringat dingin. Temuan EKG menunjukkan infark miokard akut. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2, yang merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan elektrokardiografi, tidak terspesifikasi
Dalam kasus ini, pemantauan elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk menegakkan diagnosis infark miokard akut. Temuan EKG merupakan komponen penting dalam evaluasi dan diagnosis kondisi ini.
Penanganan selanjutnya yang mungkin dilakukan dapat mencakup:
- Pemberian oksigen dan obat-obatan untuk mengurangi gejala (misalnya, nitrogliserin, aspirin, analgetik)
- Pemantauan vital signs dan elektrokardiografi yang ketat
- Konsultasi dengan kardiolog untuk menentukan terapi yang tepat, seperti penggunaan trombolitik, PCI (Percutaneous Coronary Intervention), atau CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
- Pengontrolan faktor risiko seperti hipertensi dan diabetes melitus
Pemantauan dan manajemen yang tepat sangat penting untuk meningkatkan hasil klinis dan mengurangi komplikasi pada pasien dengan infark miokard akut. -
Article No. 3832 | 28 Oct 2024
Klinis : Perawat Komunitas melakukan pengkajian di desa Sahid Jaya dan menghimbau agar masyarakat memakai masker terutama saat berada diluar rumah karena asap kebakaran hutan. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus ISPA dan kasus penyakit saluran pernafasan lainnya. Hasil pengkajian sebanyak 34% warga masih enggan memakai masker karena merasa pengap. Apa diagnosis keperawatan komunitas pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat komunitas, saya akan memberikan diagnosis keperawatan berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kasus yang Anda berikan.
Diagnosis Keperawatan Komunitas:
Ketidakpatuhan (00079)
Definisi: Pola perilaku dan/atau praktik yang tidak sesuai dengan rencana terapeutik yang disepakati antara individu atau kelompok dan petugas kesehatan.
Faktor Berhubungan:
1. Persepsi tentang manfaat yang rendah
2. Ketidaknyamanan/gangguan akibat penggunaan masker
Karakteristik Definisi:
1. Tidak mengikuti rekomendasi penggunaan masker
2. Alasan tidak menggunakan masker adalah karena merasa pengap
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku kesehatan: Peningkatan (1602)
2. Kepatuhan terhadap nasihat kesehatan (1601)
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen kesehatan masyarakat (6650)
2. Promosi kesehatan (7400)
3. Konseling (5240)
Penjelasan singkat:
Diagnosis keperawatan komunitas yang sesuai adalah Ketidakpatuhan, karena sebanyak 34% warga masih enggan memakai masker meskipun telah dihimbau oleh perawat komunitas. Faktor yang berhubungan adalah persepsi tentang manfaat yang rendah dan ketidaknyamanan/gangguan akibat penggunaan masker. Luaran keperawatan yang diharapkan adalah peningkatan perilaku kesehatan dan kepatuhan terhadap nasihat kesehatan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen kesehatan masyarakat, promosi kesehatan, dan konseling untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam penggunaan masker. -
Article No. 3833 | 28 Oct 2024
Klinis : Perawat Komunitas melakukan pengkajian di desa Sahid Jaya dan menghimbau agar masyarakat memakai masker terutama saat berada diluar rumah karena asap kebakaran hutan. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus ISPA dan kasus penyakit saluran pernafasan lainnya. Hasil pengkajian sebanyak 34% warga masih enggan memakai masker karena merasa pengap. Apa diagnosis keperawatan komunitas pada kasus tersebut?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mengacu pada kondisi yang diberikan, diagnosis keperawatan komunitas yang sesuai adalah:
Diagnosis Keperawatan:
Kurang Pengetahuan Masyarakat Tentang Pentingnya Penggunaan Masker
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penggunaan masker merupakan diagnosis keperawatan komunitas yang menggambarkan keterbatasan pemahaman, informasi, atau keahlian masyarakat terkait manfaat dan pentingnya penggunaan masker sebagai upaya pencegahan penyakit saluran pernapasan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya penggunaan masker, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam menggunakan masker, khususnya saat berada di luar rumah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan pentingnya menggunakan masker, serta memfasilitasi penyediaan masker bagi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan masker dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernapasan.
Dalam konteks kasus ini, perawat komunitas perlu melakukan intervensi yang berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat melalui edukasi dan penyediaan masker, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam penggunaan masker, khususnya saat berada di luar rumah. -
Article No. 3834 | 28 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan batuk, pilek
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan keluhan batuk dan pilek.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Batuk tidak efektif
- Produksi sputum berlebih
- Napas cuping hidung
- Dispnea saat aktivitas
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Jalan nafas paten
- Frekuensi napas dalam batas normal
- Tidak terdapat retraksi dinding dada
- Tidak terdapat sianosis
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Nafas
- Hidrasi
- Fisioterapi Dada
- Edukasi Manajemen Penyakit Pernapasan
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan ini menggambarkan ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran nafas secara efektif. Hal ini ditandai dengan gejala batuk tidak efektif, produksi sputum berlebih, napas cuping hidung, dan dispnea saat aktivitas. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen jalan nafas, hidrasi, fisioterapi dada, dan edukasi manajemen penyakit pernapasan untuk membantu pasien mempertahankan bersihan jalan nafas yang efektif.