Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3812 | 28 Oct 2024
Klinis : diagnosa ada edema di kaki
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Edema Perifer
Definisi:
Edema perifer adalah akumulasi cairan di dalam ruang interstisial atau di bawah kulit, yang menyebabkan pembengkakan pada ekstremitas atau bagian tubuh lainnya.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Edema Perifer didefinisikan sebagai peningkatan volume cairan interstisial pada jaringan tubuh yang mengakibatkan pembengkakan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari Edema Perifer antara lain:
1. Cairan tubuh dalam rentang normal
2. Mobilitas sendi dan ekstremitas dalam rentang normal
3. Integritas kulit terjaga
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Edema Perifer meliputi:
1. Manajemen Cairan
2. Terapi Latihan
3. Perawatan Luka
Secara umum, penanganan Edema Perifer bertujuan untuk mengurangi akumulasi cairan di jaringan, meningkatkan mobilitas ekstremitas, dan menjaga integritas kulit. Pendekatan keperawatan yang komprehensif sesuai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu pasien mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 3813 | 28 Oct 2024
Klinis : pasien mengalami ganggguan pedengaran
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami gangguan pendengaran, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Pendengaran
Penjelasan:
1. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Definisi: Keterbatasan dalam menerima atau menginterpretasikan suara dengan jelas, baik secara unilateral maupun bilateral.
- Karakteristik Utama: Kemampuan pendengaran yang terbatas, gangguan komunikasi, risiko cedera, dan perubahan gaya hidup.
- Faktor yang Berhubungan: Faktor biologis (usia, penyakit, trauma), faktor lingkungan (kebisingan), dan faktor psikologis (stres, depresi).
2. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang Diharapkan:
a. Kemampuan mendengar meningkat
b. Komunikasi efektif
c. Risiko cedera menurun
d. Adaptasi gaya hidup baru
3. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi Keperawatan:
a. Manajemen Gangguan Pendengaran
- Mengidentifikasi tingkat gangguan pendengaran
- Mengoptimalkan alat bantu dengar
- Mengajarkan teknik komunikasi efektif
b. Peningkatan Komunikasi
- Mengidentifikasi gaya dan kemampuan komunikasi
- Mengajarkan teknik komunikasi alternatif
- Menyediakan lingkungan yang mendukung komunikasi
c. Manajemen Risiko Cedera
- Mengidentifikasi risiko cedera akibat gangguan pendengaran
- Menyediakan lingkungan yang aman
- Mengajarkan strategi untuk menghindari cedera
Tone: Akademis
Persona: Pakar/Ahli Keperawatan
Nurse: Memberikan penjelasan yang komprehensif dan terstruktur mengenai diagnosa keperawatan dan standar PPNI terkait gangguan pendengaran. -
Article No. 3814 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga akibat penyakit kanker ovarium stadium IV.
2. Gangguan proses spiritual berhubungan dengan kebutuhan spiritual yang belum terpenuhi.
Penjelasan Singkat:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga akibat penyakit kanker ovarium stadium IV:
- SDKI: Kecemasan adalah respon emosional dan fisiologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang dianggap menakutkan.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah klien dapat mengelola kecemasan dan menunjukkan perilaku koping yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memberikan dukungan emosional, mengajarkan teknik relaksasi, dan mengidentifikasi sumber kecemasan serta membantu klien mengatasinya.
2. Gangguan proses spiritual berhubungan dengan kebutuhan spiritual yang belum terpenuhi:
- SDKI: Gangguan proses spiritual adalah gangguan dalam kemampuan individu untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan/atau Tuhan/Yang Maha Kuasa.
- SLKI: Tujuan keperawatan adalah klien dapat mengekspresikan kebutuhan spiritual dan mencapai kesejahteraan spiritual.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi praktik spiritual, memberikan dukungan spiritual, dan melibatkan pemimpin spiritual/rohaniwan sesuai dengan preferensi klien.
Dengan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, psikososial, dan spiritual, diharapkan perawatan paliatif dapat membantu Ibu Fatimah dalam menghadapi penyakitnya dan mempertahankan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 3815 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Coba buat 3 diagnosisnya
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan tiga diagnosis keperawatan untuk kondisi Ibu F. berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
1. Diagnosis Keperawatan: Kecemasan
SDKI: Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
SLKI: Kontrol kecemasan, yaitu kemampuan individu untuk mengendalikan rasa takut, khawatir, atau panik.
SIKI: Manajemen Kecemasan, yaitu intervensi untuk membantu individu mengurangi rasa takut, khawatir, atau panik.
2. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Peran
SDKI: Gangguan Peran adalah perubahan dalam melakukan peran yang biasanya dilakukan.
SLKI: Peran Diri, yaitu kemampuan individu untuk melakukan peran yang biasanya dilakukan.
SIKI: Konseling Peran, yaitu intervensi untuk membantu individu menyesuaikan diri dengan perubahan peran.
3. Diagnosis Keperawatan: Gangguan Spiritual
SDKI: Gangguan Spiritual adalah perubahan dalam keyakinan dan/atau praktik agama/kepercayaan.
SLKI: Integritas Spiritual, yaitu kemampuan individu untuk memaknai hidup dan terhubung dengan kekuatan yang lebih besar.
SIKI: Terapi Spiritual, yaitu intervensi untuk membantu individu menemukan makna dan tujuan hidup.
Dengan menggunakan tiga diagnosis keperawatan ini, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terpusat pada pasien untuk membantu Ibu F. mengatasi kecemasan, penyesuaian peran, dan kebutuhan spiritual dalam menghadapi kanker ovarium stadium IV. -
Article No. 3816 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Ibu F.:
Diagnosa Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga akibat kanker ovarium stadium IV.
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Psikososial
- Kelas: Emosi
- Diagnosa: Kecemasan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Tingkat Kecemasan Menurun
- Indikator: Klien menyatakan perasaan tenang, Klien mampu mengidentifikasi sumber kecemasan, Klien mendemonstrasikan teknik relaksasi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen Kecemasan
- Aktivitas:
1. Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
3. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikososial.
4. Ajarkan teknik relaksasi.
5. Berikan informasi yang realistis tentang penyakit dan perawatan.
6. Dorong ekspresi perasaan.
7. Kolaborasi pemberian obat antiansietas bila perlu.
Dengan intervensi ini, diharapkan Ibu F dapat mengatasi kecemasannya terkait perubahan peran dalam keluarga akibat kondisi penyakitnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. -
Article No. 3817 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas. DIAGNOSIS MINIMAL 3
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, terdapat 3 diagnosis keperawatan utama pada Ibu F, yaitu:
1. Ansietas (kecemasan) berhubungan dengan perubahan peran dan ketidakmampuan dalam menjalankan peran sebagai ibu dan nenek.
Sesuai dengan SDKI, ansietas didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik terhadap antisipasi atau ancaman bahaya yang tidak jelas, disertai dengan perasaan tidak berdaya. Pada kasus Ibu F, ia merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik akibat penyakit kronis.
Diagnosis ini sesuai dengan SDKI, dimana gangguan citra tubuh didefinisikan sebagai persepsi negatif terhadap tubuh yang dirasakan saat ini. Pada kasus Ibu F, dengan adanya kanker ovarium stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya, sehingga memengaruhi konsep dirinya.
3. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan peran dan penurunan kepercayaan diri.
Diagnosis ini didasarkan pada SDKI, dimana isolasi sosial didefinisikan sebagai pengalaman individu yang merasa terisolasi dari orang lain, baik secara emosional maupun fisik. Pada kasus Ibu F, beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah, karena merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini.
Ketiga diagnosis keperawatan utama ini selaras dengan SLKI dan SIKI yang terkait dengan kondisi psikososial Ibu F. Penanganan yang komprehensif, mencakup aspek psikologis, sosial, dan spiritual, sangat diperlukan untuk membantu Ibu F dalam menghadapi kondisi penyakitnya. -
Article No. 3818 | 28 Oct 2024
Klinis : Nama Pasien: Ibu F. Usia: 60 tahun Diagnosis: Kanker ovarium stadium IV Aspek Psikososial: Ibu Fatimah merasa cemas tentang bagaimana kondisinya akan mempengaruhi peran ibu dan neneknya dalam keluarga. Selain dukungan medis, tim perawatan paliatif perlu membantu Ibu Fatimah dalam mengatasi rasa cemas ini. Juga, ia merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, jadi perawatan spiritual dan dukungan harus disertakan dalam perawatan psikososialnya. Persepsi dan Harapan Klien/Keluarga Persepsi klien tentang masalah Ibu Fatimah merasa cemas tentang dampak kanker ovarium yang ia alami terhadap perannya sebagai ibu dan nenek dalam keluarga. Ia merasa khawatir akan menjadi beban dan tidak dapat lagi menjalankan peran tersebut sebagaimana mestinya. Persepsi keluarga tentang masalah Keluarga mungkin merasa khawatir tentang kondisi kesehatan Ibu Fatimah, tetapi belum sepenuhnya memahami tingkat kecemasan yang dirasakannya atau pengaruh emosional kondisi tersebut terhadapnya. Keluarga berusaha mendukung, namun mungkin belum menyadari pentingnya dukungan psikososial dan spiritual bagi Ibu Fatimah. Harapan klien tentang pemecahan masalah Ibu Fatimah berharap mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari tim perawatan dan keluarganya untuk mengatasi kecemasannya. Ia ingin merasa didukung secara holistik, terutama dalam hal spiritual, untuk merasa lebih tenang dan tidak menjadi beban bagi keluarganya. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah Keluarga berharap kondisi kesehatan Ibu Fatimah dapat tertangani dengan baik, dan Ibu Fatimah bisa merasa lebih tenang dalam menjalani perawatan. Keluarga juga berharap mendapat panduan untuk lebih efektif dalam mendukung dan mendampingi Ibu Fatimah melalui dukungan emosional serta memahami kebutuhannya. Pengkajian Psikologis Status emosi Ibu Fatimah menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi. Beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Konsep diri Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Gaya komunikasi Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri serta menyembunyikannya dari keluarganya agar tidak membebani orang-orang di sekitarnya. Hal ini membuatnya sulit untuk berbagi apa yang beliau rasakan. Pola interaksi Ibu Fatimah menjadi lebih tertutup. Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Pola pertahanan Ibu Fatimah tampak menghindari situasi yang membuatnya merasa cemas. Misalnya, beliau tidak rutin kontrol pergi ke dokter atau minum obat karena takut mengetahui kondisi kesehatannya. Hal ini adalah cara beliau mencoba melindungi diri dari rasa sakit emosional yang beliau alami. Pengkajian Sosial Pendidikan dan Pekerjaan : Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Klien tidak bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga Hubungan Sosial : Klien suka menyampaikan masalahnya kepada keluarganya. Karena bagi Ibu Fatimah, interaksi dengan keluarga adalah bagian penting dari kesejahteraannya. Faktor Sosial Budaya : Ibu Fatimah berasal dari Suku Jawa. Ibu Fatimah cenderung tidak banyak bicara tentang perasaannya. Beliau lebih memilih untuk menyimpan rasa takut dan khawatirnya sendiri Gaya Hidup : Setelah sakit, beliau khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek. Selain itu, beliau juga takut menjadi beban bagi keluarganya. Ibu Fatimah mungkin merasa kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pengkajian Keluarga Pengkajian Kesehatan Fisik Masalah Kesehatan yang Lalu dan Sekarang Penyakit dan perawatan di rumah sakit yang lalu : Pasien masuk RS pada 26 Oktober 2024, dengan diagnosa Kanker ovarium stadium IV Penyakit sekarang : Kanker ovarium stadium IV Pengobatan sekarang : belum terkaji Alergi : tidak ada Kebiasaan Sekarang Penampilan diri : Kulit bersih, pakaian bersih dan rapi, gigi bersih, rambut disisir rapi Rokok : tidak merokok Minuman keras : tidak pernah meminum minuman keras Pola tidur : Klien sulit tidur karena cemas dan kurang percaya diri. Dengan adanya kanker stadium IV, beliau merasa tidak mampu menjalani perannya dalam keluarga seperti dulu. Beliau merasa lebih lemah dan tidak berdaya. Pola makan : belum terkaji Pola eliminasi : belum terkaji Tingkat aktivitas : Beliau tidak lagi aktif berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lebih memilih untuk tinggal di rumah. Hal ini mungkin karena beliau merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini. Tingkat energi : Sedikit aktivitas. DIAGNOSIS 5
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diuraikan, diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah:
1. Kecemasan (NANDA-I: 00146)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya, nyata atau dibayangkan. Individu merasa tidak berdaya dalam menghadapi ancaman.
Gejala dan kriteria:
- Pasien menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang cukup tinggi, seperti khawatir tentang bagaimana penyakitnya akan mempengaruhi perannya sebagai ibu dan nenek.
- Pasien takut menjadi beban bagi keluarganya.
- Pasien merasa kurang percaya diri dan lemah akibat kondisi fisiknya.
2. Gangguan Citra Tubuh (NANDA-I: 00118)
Definisi: Gangguan yang disebabkan perubahan persepsi citra tubuh seseorang.
Gejala dan kriteria:
- Pasien merasa kurang percaya diri dengan kondisi fisiknya saat ini.
- Pasien merasa tidak mampu menjalankan perannya dalam keluarga seperti dulu.
- Pasien cenderung menarik diri dari kegiatan sosial karena merasa tidak nyaman dengan kondisinya.
3. Risiko Penurunan Kesejahteraan Spiritual (NANDA-I: 00175)
Definisi: Berisiko mengalami penurunan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam semesta, dan/atau Kekuatan yang lebih Besar.
Gejala dan kriteria:
- Pasien merasa terhubung dengan kepercayaan spiritualnya, sehingga membutuhkan dukungan spiritual dalam perawatannya.
- Pasien merasa cemas dan kurang percaya diri, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan spiritualnya.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Kecemasan:
- Identifikasi penyebab dan tingkat kecemasan pasien.
- Berikan terapi relaksasi dan latihan napas dalam untuk mengurangi kecemasan.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan emosional.
- Kolaborasi dengan tim perawatan paliatif untuk memberikan dukungan psikososial yang holistik.
2. Gangguan Citra Tubuh:
- Bantu pasien mengidentifikasi perubahan citra tubuh dan perasaannya terkait hal tersebut.
- Dorong pasien untuk tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
- Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan membantu pasien menerima kondisinya.
3. Risiko Penurunan Kesejahteraan Spiritual:
- Kaji kebutuhan spiritual pasien dan keterlibatannya dalam praktik spiritual.
- Fasilitasi pasien untuk melakukan praktik spiritual yang memberikan makna dan kenyamanan baginya.
- Kolaborasi dengan pemimpin spiritual/rohaniawan untuk memberikan dukungan dan bimbingan spiritual.
- Libatkan keluarga dalam mendukung praktik spiritual pasien.
Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dapat digunakan sebagai acuan dalam perumusan diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh Ibu Fatimah. -
Article No. 3819 | 28 Oct 2024
Klinis : Tuan G masuk Rumah sakit diantar oleh keluarganya dengan alasan pasien mengatakan ingin mati saja dan mencoba bunuh diri dengan menusukan pisau kebagian perut kanannya dan mencoba meminum pemutih pakaian. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan sejak seminggu yang lalu. Pasien tidak mau makan selama seminggu karena merasa ingin mati saja dan pasien mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari. Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena ditinggal istri dan anaknya dalam kecelakaan 3 bulan yang lalu dan setahun terakhir klien menganggur karena di PHK dari pekerjaannya. Klien merasa malu dan sudah tidak berguna lagi. Saat ini skor klien 4 saat dikaji dengan SIRS. Sehingga klien diobservasi ketat.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, tampaknya Tuan G mengalami kondisi kesehatan mental yang membutuhkan penanganan segera. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai dengan kondisinya, serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Bunuh Diri
- Definisi: Keadaan di mana individu memiliki niat dan/atau keinginan untuk mengakhiri hidupnya.
- Faktor risiko: Kecemasan, depresi, perubahan suasana hati, kehilangan, riwayat percobaan bunuh diri.
2. Gangguan Tidur
- Definisi: Gangguan dalam jumlah, kualitas, atau pola tidur yang mengganggu fungsi normal individu.
- Faktor risiko: Stres, rasa cemas, depresi, perubahan gaya hidup.
3. Gangguan Harga Diri
- Definisi: Evaluasi negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
- Faktor risiko: Kehilangan pekerjaan, perceraian, kondisi medis kronis, trauma.
Penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan respons individu, keluarga, dan masyarakat terhadap masalah kesehatan.
- Terdiri dari definisi diagnosis, faktor yang berhubungan, karakteristik definisi, dan batasan karakteristik.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan dalam menentukan hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- Terdiri dari definisi luaran, kriteria hasil, dan skala pengukuran.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Merupakan standar yang digunakan dalam menentukan tindakan keperawatan yang diberikan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
- Terdiri dari definisi intervensi, aktivitas, dan batasan aktivitas.
Dengan mengacu pada SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berkualitas untuk menangani kondisi Tuan G secara komprehensif. -
Article No. 3821 | 28 Oct 2024
Klinis : Remaja di desa “A” yang tinggal di lingkungan yang konservatif. Desa “A”mengeluh banyaknya remaja di desa “A” tersebut mengalami hamil diluar nikah. Didesa “A” sangat jauh dari kota sehingga di desa tersebut kurangnya terpapar informasi seputar sistem reproduksi pria dan wanita sehingga membuat kasus hamil diluar nikah itu sangat tinggi didesa tersebut.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan analisis berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosis Keperawatan:
1. Defisit Pengetahuan terkait Kesehatan Reproduksi
Definisi: Ketidakcukupan informasi kognitif yang dimiliki individu atau kelompok tentang kesehatan reproduksi.
Faktor Terkait: Terbatasnya akses informasi, kurangnya paparan informasi, dan lingkungan yang konservatif.
Karakteristik Mayor: Ketidakmampuan mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala, ketidakmampuan menjelaskan proses fisiologis, dan ketidakmampuan menjelaskan praktik kesehatan reproduksi yang aman.
2. Risiko Kehamilan Tidak Diinginkan
Definisi: Keadaan di mana individu berisiko mengalami kehamilan yang tidak direncanakan atau dikehendaki.
Faktor Terkait: Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kontrasepsi, serta nilai-nilai budaya dan agama yang konservatif.
Karakteristik Mayor: Aktivitas seksual tanpa penggunaan kontrasepsi, riwayat kehamilan tidak diinginkan sebelumnya, dan ketidakmampuan mengakses informasi atau layanan kontrasepsi.
Rencana Asuhan Keperawatan:
1. Intervensi berdasarkan SIKI:
- Edukasi Kesehatan Reproduksi
- Konseling Keluarga
- Fasilitasi Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Reproduksi
2. Luaran berdasarkan SLKI:
- Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Meningkat
- Kepercayaan Diri Mencegah Kehamilan Meningkat
- Akses Informasi dan Layanan Kesehatan Reproduksi Memadai
Dengan pendekatan yang komprehensif dan sensitif budaya, diharapkan remaja di desa "A" dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi, memiliki kepercayaan diri untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, serta dapat mengakses informasi dan layanan kesehatan reproduksi yang memadai. Hal ini akan berkontribusi pada penurunan angka kehamilan di luar nikah di desa tersebut. -
Article No. 3822 | 28 Oct 2024
Klinis : Perempuan berusia 60 tahun dirawat diruang ICU sejak 3 minggu yang lalu. Empat hari terakhir ini, kondisi pasien semakin menurun, GCS E1M1Vett, pupil tidak bereaksi, pernafasan dibantu total oleh ventilator, skor nyeri pasien dinilai dengan penilaian CPOT adalah 2 . Suami pasien merasa sedih melihat kondisi pasien. Dokter mendiagnosis Mati batang otak (MBO) dan memberikan order DNR. Perawat meminta keluarga berdiskusi dan memberikan support spiritual pada pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Penurunan Aliran Darah Ke Otak
2. Risiko Komplikasi Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kerusakan Neurologis
3. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran
4. Risiko Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Berhubungan dengan Penurunan Aliran Darah Ke Otak
- SDKI: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah kondisi di mana terjadi penurunan aliran darah ke jaringan perifer.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau tanda-tanda vital, mempertahankan suhu tubuh, dan meningkatkan aliran darah.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan yang membaik.
2. Risiko Komplikasi Ketidakefektifan Pola Napas Berhubungan dengan Kerusakan Neurologis
- SDKI: Risiko komplikasi ketidakefektifan pola napas adalah kondisi di mana pasien berisiko mengalami penurunan kemampuan untuk mempertahankan ventilasi yang adekuat.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memantau status respirasi, mempertahankan jalan napas, dan memberikan oksigenasi yang adekuat.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien menunjukkan pola napas yang efektif dan tidak terjadi komplikasi.
3. Gangguan Komunikasi Verbal Berhubungan dengan Penurunan Kesadaran
- SDKI: Gangguan komunikasi verbal adalah kondisi di mana pasien mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah memfasilitasi komunikasi non-verbal, menggunakan alat bantu komunikasi, dan melibatkan keluarga dalam komunikasi.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat berkomunikasi dengan efektif sesuai kemampuannya.
4. Risiko Isolasi Sosial Berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan
- SDKI: Risiko isolasi sosial adalah kondisi di mana pasien berisiko mengalami keterpisahan atau pengasingan dari orang lain.
- SLKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah melibatkan keluarga dalam perawatan, memfasilitasi interaksi sosial, dan memberikan dukungan emosional.
- SIKI: Hasil yang diharapkan adalah pasien dan keluarga dapat mempertahankan hubungan sosial yang optimal.
Dalam kondisi ini, perawat memainkan peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk memantau kondisi pasien, memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada pasien dan keluarga, serta memfasilitasi komunikasi dan interaksi sosial yang optimal.