Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3778 | 28 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 19 tahun datang dengan keluhan batuk yang berlangsung lebih dari 4bulan, disertai dahak yang bercampur darah, keringat dingin, demam, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan, terlihat bahwa pasien tampak kurang gizi, demam, dan memiliki laju pernapasan yang cepat. Pasien memiliki riwayat merokok dan kontak erat dengan kasus TB aktif”
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kasus yang Anda sampaikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.3
- Deskripsi: Tuberculosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis
Penjelasan:
- Gejala batuk yang berlangsung lebih dari 4 bulan, disertai dahak bercampur darah, keringat dingin, demam, dan penurunan berat badan mengarah pada diagnosis tuberkulosis paru.
- Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tampak kurang gizi, demam, dan memiliki laju pernapasan yang cepat, serta riwayat kontak erat dengan kasus TB aktif, memperkuat dugaan diagnosis tuberkulosis paru.
- Kode ICD-10 A15.3 digunakan untuk tuberkulosis paru dengan konfirmasi bakteriologis dan histologis.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 92.28
- Deskripsi: Pemeriksaan mikrobiologis sputum untuk bakteri lain
Penjelasan:
- Untuk mendiagnosis tuberkulosis paru, diperlukan pemeriksaan mikrobiologis sputum untuk mendeteksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
- Kode ICD-9-CM 92.28 digunakan untuk prosedur pemeriksaan mikrobiologis sputum untuk bakteri lain, termasuk bakteri penyebab tuberkulosis.
- Pemeriksaan ini akan membantu mengkonfirmasi diagnosis tuberkulosis paru dan menentukan langkah penanganan selanjutnya. -
Article No. 3779 | 28 Oct 2024
Klinis : Seorang pria berusia 19 tahun datang dengan keluhan batuk yang berlangsung lebih dari 4bulan, disertai dahak yang bercampur darah, keringat dingin, demam, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan, terlihat bahwa pasien tampak kurang gizi, demam, dan memiliki laju pernapasan yang cepat. Pasien memiliki riwayat merokok dan kontak erat dengan kasus TB aktif”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya adalah perawat profesional yang akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan. Dengan nada akademis, berikut adalah hasil analisis saya:
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Risiko Infeksi
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
4. Intoleransi Aktivitas
Penjelasan Singkat:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI: Terbukanya jalan napas.
- SIKI: Intervensi untuk memfasilitasi pembersihan jalan napas dan optimalisasi ventilasi.
2. Risiko Infeksi
- SDKI: Kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
- SLKI: Tidak ada infeksi.
- SIKI: Intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- SDKI: Asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- SLKI: Berat badan ideal.
- SIKI: Intervensi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Intoleransi Aktivitas
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas harian yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
- SLKI: Kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
- SIKI: Intervensi untuk meningkatkan toleransi terhadap aktivitas.
Kasus ini menunjukkan adanya tanda-tanda tuberkulosis paru yang perlu penanganan komprehensif. Pasien memerlukan evaluasi lebih lanjut, pemeriksaan penunjang, dan pengobatan yang sesuai untuk mengatasi masalah kesehatannya. Peran perawat sangat penting dalam memantau, melakukan intervensi, dan memberikan edukasi kepada pasien serta keluarganya. -
Article No. 3780 | 28 Oct 2024
Klinis : resiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi
Definisi:
Risiko Infeksi adalah kerentanan individu terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko:
1. Kondisi imunokompromais
2. Prosedur invasif
3. Paparan lingkungan yang tidak higienis
4. Malnutrisi
5. Usia ekstrem (bayi dan lansia)
Tanda dan Gejala:
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Peningkatan lekosit
3. Perubahan pada warna, jumlah, dan konsistensi cairan tubuh
4. Perubahan pada fungsi organ terkait
Luaran Keperawatan:
1. Tidak terjadi infeksi
2. Respon inflamasi terkendali
3. Tidak terjadi komplikasi akibat infeksi
Intervensi Keperawatan:
1. Identifikasi faktor risiko infeksi
2. Terapkan prosedur pencegahan infeksi
3. Pantau tanda dan gejala infeksi
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi yang tepat
Dengan pendekatan ini, diharapkan pasien dapat terhindar dari risiko infeksi dan komplikasinya, serta mencapai luaran yang optimal. -
Article No. 3781 | 28 Oct 2024
Klinis : buatkan rangkain dianogsa studi kasus seperti makalah dengan urutan Laporan studi kasus terdiri dari beberapa bagian, yaitu: Pendahuluan Isi yang memuat latar belakang, alasan melakukan studi kasus, dan temuan utama Kesimpulan yang menyajikan data Referensi Lampiran yang berisi data atau keterangan lain untuk melengkapi uraian utama
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan membuat rangkaian diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi yang Anda berikan, dalam bentuk studi kasus dengan struktur yang Anda minta.
Pendahuluan
Studi kasus ini disusun untuk menggambarkan proses keperawatan dalam menangani seorang pasien dengan kondisi tertentu. Melalui studi kasus ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai penggunaan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dalam praktik keperawatan.
Isi
Latar Belakang
Seorang pasien, Tn. A, berusia 45 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada bagian abdomen. Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan semakin memberat dan menyebar ke pinggang. Pasien juga mengeluhkan mual, muntah, dan sulit buang air besar sejak 2 hari terakhir.
Alasan Melakukan Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan untuk menggambarkan proses keperawatan dalam menangani kondisi pasien dengan nyeri abdomen, termasuk penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI sebagai standar praktik keperawatan di Indonesia.
Temuan Utama
Setelah melakukan pengkajian, diperoleh data bahwa pasien mengalami nyeri abdomen yang disertai dengan mual, muntah, dan konstipasi. Berdasarkan data tersebut, dapat ditegakkan beberapa diagnosa keperawatan, antara lain: Nyeri akut, Mual, dan Konstipasi.
Kesimpulan
Studi kasus ini menunjukkan bahwa penggunaan SDKI, SLKI, dan SIKI dapat membantu perawat dalam melakukan proses keperawatan secara sistematis dan terstandar. Melalui penggunaan standar ini, perawat dapat mengidentifikasi masalah keperawatan pasien, merumuskan tujuan, dan merencanakan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien.
Referensi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: PPNI.
Lampiran
[Dapat ditambahkan data-data pendukung, seperti hasil pengkajian, rencana keperawatan, dan evaluasi yang dilakukan.] -
Article No. 3782 | 28 Oct 2024
Klinis : buatkan studi kasus Suatu pagi di rumah sakit N, seorang pasien bernama Ny H (40 tahun) G3P2 hamil 30 minggu yang telah dirawat bersama selama 2 hari di bangsal Obgyn karena penyakit demam berdarah. Pasien mendapatkan pemeriksaan rutin. Pada jam 06.00 setelah mandi datang bidan dan melakukan tensi darah pengukuran suhu dan tekanan darah dan menanyakan bagaimana keadaan dan apakah ada keluhan. Pada jam 06.15 datang beberapa orang koas menanyakan keluhan dan melakukan tensi darah, pengukuran suhu dan tekanan darah. Pada jam 06.30 datang nutrisionis mengantarkan sarapan dan menanyakan keadaan pasien dan saat pasien bilang sedikit berdebar pasien dilakukan pengukuran tensi, Pada jam 06.45 seorang dokter spesialis Obgyn bersama residen dan menanyakan keadaan pasien kemudian pada saat residen ingin memeriksa TD, suhu, respirasi dan denyut pasien dan keluarga tiba tiba marah. Karena pasien merasa sudah berulang ulang dilakukan prosedur yang sama sejak pagi hari. 1. Masalah apa yang Anda temukan pada kasus tersebut? 2. Bagaimana peran profesi masing-masing yang terlibat di rumah sakit N? 3. Pada kasus tersebut, bagaimana seharusnya mekanisme koordinasi/komunikasi antar tenaga kesehatan yang tepat? 4. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan Interprofessional Collaboration (IPC) bagi pasien rawat inap?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: 1. Masalah yang dapat ditemukan pada kasus tersebut adalah:
a. Kelelahan Pasien (Fatigue)
b. Ketidaknyamanan Pasien (Impaired Comfort)
c. Potensi Ketidakpatuhan (Risk for Non-Adherence)
2. Peran profesi masing-masing yang terlibat di Rumah Sakit N:
a. Bidan: Melakukan pemeriksaan rutin, seperti pengukuran tanda-tanda vital (tensi darah, suhu, dan lain-lain).
b. Koas: Melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien, termasuk pengukuran tanda-tanda vital.
c. Nutrisionis: Memberikan asupan nutrisi dan menanyakan kondisi pasien.
d. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi: Melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien, serta memberikan perawatan dan pengobatan yang sesuai.
e. Residen: Membantu dokter spesialis dalam melakukan pengkajian dan pemeriksaan pasien.
3. Mekanisme koordinasi/komunikasi antar tenaga kesehatan yang tepat:
a. Perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan untuk menghindari duplikasi pemeriksaan dan mengurangi kelelahan pasien.
b. Dapat dilakukan ronda atau briefing bersama setiap pagi untuk mendiskusikan kondisi pasien dan rencana perawatan yang akan dilakukan.
c. Komunikasi dan koordinasi yang efektif dapat dilakukan melalui dokumentasi elektronik atau catatan pasien yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Interprofessional Collaboration (IPC) bagi pasien rawat inap:
a. Saling menghargai dan menghormati peran serta kompetensi masing-masing profesi.
b. Membangun komunikasi yang terbuka, jelas, dan efektif antar tenaga kesehatan.
c. Memastikan adanya koordinasi dan kolaborasi yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan pasien.
d. Melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan terkait perawatan.
e. Menjaga keselamatan pasien dengan memastikan tidak ada kesalahan atau duplikasi pemeriksaan atau intervensi.
f. Melakukan evaluasi dan refleksi secara periodik untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Dengan menerapkan IPC yang efektif, dapat meningkatkan kualitas perawatan, kepuasan pasien, dan mencegah terjadinya kesalahan atau komplikasi selama perawatan. -
Article No. 3783 | 28 Oct 2024
Klinis : rumusan masalah dari Suatu pagi di rumah sakit N, seorang pasien bernama Ny H (40 tahun) G3P2 hamil 30 minggu yang telah dirawat bersama selama 2 hari di bangsal Obgyn karena penyakit demam berdarah. Pasien mendapatkan pemeriksaan rutin. Pada jam 06.00 setelah mandi datang bidan dan melakukan tensi darah pengukuran suhu dan tekanan darah dan menanyakan bagaimana keadaan dan apakah ada keluhan. Pada jam 06.15 datang beberapa orang koas menanyakan keluhan dan melakukan tensi darah, pengukuran suhu dan tekanan darah. Pada jam 06.30 datang nutrisionis mengantarkan sarapan dan menanyakan keadaan pasien dan saat pasien bilang sedikit berdebar pasien dilakukan pengukuran tensi, Pada jam 06.45 seorang dokter spesialis Obgyn bersama residen dan menanyakan keadaan pasien kemudian pada saat residen ingin memeriksa TD, suhu, respirasi dan denyut pasien dan keluarga tiba tiba marah. Karena pasien merasa sudah berulang ulang dilakukan prosedur yang sama sejak pagi hari.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan uraian kasus di atas, berikut adalah diagnosis keperawatan, penjelasan singkat SDKI-SLKI-SIKI, serta standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosis Keperawatan:
1. Kecemasan berhubungan dengan persepsi ancaman terhadap integritas diri, ditandai dengan pasien merasa terganggu dengan prosedur yang dilakukan berulang-ulang.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kecemasan adalah respons emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman yang tidak jelas atau tidak diketahui.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Tingkat kecemasan menurun
2. Pasien dapat mengidentifikasi sumber kecemasan
3. Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Identifikasi penyebab dan faktor yang memengaruhi kecemasan
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Libatkan keluarga dalam upaya menurunkan kecemasan
Standar PPNI:
Perawat harus mampu mengidentifikasi masalah kecemasan pada pasien, merancang intervensi yang tepat, dan mengevaluasi efektivitas intervensi dalam upaya memenuhi kebutuhan pasien secara holistik. -
Article No. 3784 | 28 Oct 2024
Klinis : rumusan masalah dari Suatu pagi di rumah sakit N, seorang pasien bernama Ny H (40 tahun) G3P2 hamil 30 minggu yang telah dirawat bersama selama 2 hari di bangsal Obgyn karena penyakit demam berdarah. Pasien mendapatkan pemeriksaan rutin. Pada jam 06.00 setelah mandi datang bidan dan melakukan tensi darah pengukuran suhu dan tekanan darah dan menanyakan bagaimana keadaan dan apakah ada keluhan. Pada jam 06.15 datang beberapa orang koas menanyakan keluhan dan melakukan tensi darah, pengukuran suhu dan tekanan darah. Pada jam 06.30 datang nutrisionis mengantarkan sarapan dan menanyakan keadaan pasien dan saat pasien bilang sedikit berdebar pasien dilakukan pengukuran tensi, Pada jam 06.45 seorang dokter spesialis Obgyn bersama residen dan menanyakan keadaan pasien kemudian pada saat residen ingin memeriksa TD, suhu, respirasi dan denyut pasien dan keluarga tiba tiba marah. Karena pasien merasa sudah berulang ulang dilakukan prosedur yang sama sejak pagi hari.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A91
- Deskripsi: Demam berdarah dengue
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.91
- Deskripsi: Pemantauan tanda-tanda vital, seperti pengukuran tekanan darah, suhu, dan respirasi.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A91 (Demam berdarah dengue) sesuai dengan diagnosis bahwa pasien (Ny. H) dirawat di bangsal Obgyn karena penyakit demam berdarah.
2. Kode ICD-9-CM 99.91 (Pemantauan tanda-tanda vital) mencakup semua prosedur yang dilakukan oleh bidan, koas, dan dokter spesialis Obgyn serta residen, yaitu pengukuran tekanan darah, suhu, dan respirasi untuk memantau kondisi pasien.
Dalam kondisi ini, pasien merasa terganggu karena telah berulang kali dilakukan prosedur yang sama sejak pagi hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekhawatiran pasien terhadap kondisi kesehatannya atau ketidaknyamanan dengan frekuensi pemeriksaan yang tinggi. Komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarga sangat penting untuk memahami dan mengelola situasi ini dengan tepat. -
Article No. 3785 | 28 Oct 2024
Klinis : febris
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis terkait kondisi febris:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R50.9
- Deskripsi: Demam, tidak terklasifikasi di tempat lain (NOS)
Penjelasan:
- Kode R50.9 digunakan untuk mewakili kondisi febris atau demam yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori yang lebih spesifik.
- Kondisi febris atau demam adalah tanda umum dari berbagai penyakit atau kondisi medis, dan kode ini digunakan ketika penyebab spesifik dari demam belum dapat ditentukan.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang secara khusus terkait dengan febris atau demam.
Penjelasan:
- Febris atau demam umumnya tidak memerlukan prosedur atau tindakan medis secara langsung, kecuali jika terkait dengan penyakit atau kondisi medis yang mendasarinya.
- Penanganan febris atau demam biasanya berfokus pada manajemen gejala, seperti pemberian obat penurun demam, pendinginan tubuh, dan identifikasi serta pengobatan penyebab yang mendasarinya.
Jadi, dalam kasus ini, hanya tersedia kode ICD-10 untuk diagnosis febris atau demam, yaitu R50.9, tanpa adanya kode ICD-9-CM prosedur yang secara khusus terkait. -
Article No. 3786 | 28 Oct 2024
Klinis : febris
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi febris.
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal, biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan kemampuan untuk mengeluarkan panas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertermia antara lain:
1. Suhu tubuh normal
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Tidak ada tanda-tanda komplikasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan hipertermia antara lain:
1. Pemantauan suhu tubuh
2. Pemberian terapi antipiretik
3. Manajemen lingkungan (menjaga suhu ruangan nyaman)
4. Edukasi tentang perawatan diri saat demam
Secara akademis, diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang telah disebutkan di atas merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk menangani kondisi febris atau demam pada pasien. Sebagai seorang pakar perawat, saya dapat memberikan penjelasan lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 3787 | 28 Oct 2024
Klinis : bintik ditangan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi bintik di tangan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Integritas Kulit
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Gangguan Integritas Kulit adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan atau melindungi struktur dan fungsi kulit.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Integritas Kulit adalah pasien dapat mempertahankan integritas kulit yang optimal.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani Gangguan Integritas Kulit meliputi:
a. Perawatan luka
b. Manajemen gejala
c. Edukasi tentang perawatan kulit
d. Pemantauan status kulit
Secara akademis, sebagai seorang pakar perawat, dapat disimpulkan bahwa bintik di tangan merupakan salah satu bentuk gangguan integritas kulit yang memerlukan penanganan komprehensif sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia.