Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5860 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan kolesterol
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang datang dengan keluhan kolesterol, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
Penjelasan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh adalah kondisi di mana asupan nutrisi melebihi kebutuhan metabolik tubuh.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Tujuan yang ingin dicapai adalah pasien dapat mempertahankan kadar kolesterol dalam batas normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen diet, manajemen berat badan, dan konseling gizi.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Dalam konteks ini, perawat berperan sebagai seorang pakar yang memberikan penjelasan akademis tentang diagnosa keperawatan dan standar SDKI, SLKI, SIKI yang sesuai dengan kondisi pasien dengan keluhan kolesterol. -
Article No. 5861 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien datang dengan rematik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat dengan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan rematik.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit rematik
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, mempertahankan fungsi fisik, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan antara lain manajemen nyeri, terapi modalitas (seperti kompres hangat/dingin, massage, terapi arus listrik), edukasi terkait rematik dan pengelolaan nyeri, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (seperti fisioterapis, ahli gizi) untuk penanganan yang komprehensif.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Dalam mengelola pasien dengan rematik, perawat berperan penting dalam melakukan pengkajian komprehensif, merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang holistik. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain juga diperlukan untuk mencapai hasil perawatan yang optimal bagi pasien. -
Article No. 5862 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mual muntah dan diare selama 3 hari. Dia merasa pusing dan gelisah. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sekaligus sebutkan SLKI. SIKI dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang untuk pasien dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan keluhan pasien yang mengalami mual, muntah, diare selama 3 hari, serta merasa pusing dan gelisah, dapat ditegakkan diagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A09
- Deskripsi: Diare dan gastroenteritis infeksi yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.23
- Deskripsi: Endoskopi usus kecil
3. Diagnosis Keperawatan (SDKI):
- Diagnosa: Diare
- Kode: 10020
- Definisi: Pengeluaran feses yang berlebihan dan tidak normal
4. Rencana Keperawatan (SLKI):
- Intervensi: Pemantauan kondisi umum
- Kode: 10020.1
- Tujuan: Memantau dan mencatat tanda-tanda vital, asupan, dan pengeluaran cairan pasien
5. Tindakan Keperawatan (SIKI):
- Tindakan: Pemberian cairan intravena
- Kode: 10018.2
- Tujuan: Mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare
6. Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium: analisis kimia darah, pemeriksaan feses
7. Pengobatan:
- Antidiare (loperamide)
- Antiemetik (ondansetron)
- Rehidrasi oral atau intravena
Penjelasan:
Pasien dengan keluhan mual, muntah, dan diare selama 3 hari, serta merasa pusing dan gelisah, dapat didiagnosis dengan diare infeksi yang diduga disebabkan oleh organisme yang tidak dispesifikan (kode ICD-10: A09). Tindakan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, seperti analisis kimia darah dan pemeriksaan feses. Pengobatan yang dapat diberikan adalah antidiare (loperamide), antiemetik (ondansetron), serta rehidrasi oral atau intravena untuk mengatasi kehilangan cairan akibat diare. -
Article No. 5863 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mual muntah dan diare selama 3 hari. Dia merasa pusing dan gelisah. Sebutkan diagnosa ICD dan SDKI, sekaligus sebutkan SLKI. SIKI dan kodenya. Sebutkan pula pemeriksaan penunjang untuk pasien dan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, mari saya berikan penjelasan secara akademis dan profesional dari sudut pandang seorang perawat dengan kondisi pasien yang anda berikan.
Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan diare dan muntah, ditandai dengan pusing, gelisah, dan dehidrasi.
Penjelasan singkat:
Pasien mengalami kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang berlangsung selama 3 hari. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, seperti pusing, gelisah, dan tanda-tanda dehidrasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan kodenya:
1. Manajemen Cairan - [I-00033]
2. Terapi Cairan - [I-00101]
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital - [I-00074]
Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan Darah Rutin (Lengkap)
2. Pemeriksaan Elektrolit (Natrium, Kalium, Klorida)
3. Pemeriksaan Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin)
Obat-obatan yang sesuai:
1. Rehidrasi Oral (Oralit)
2. Antidiare (Loperamide)
3. Antiemetik (Ondansetron)
4. Antispasmodik (Hyoscine Butylbromide)
Dalam kondisi ini, pasien mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah yang berlangsung selama 3 hari. Pemeriksaan penunjang dan pemberian obat-obatan sesuai dengan kondisi pasien akan membantu mengatasi masalah dan memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit. -
Article No. 5864 | 15 Nov 2024
Klinis : resiko ganggungan integritas kulit berhubungan dengan fototherapi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Fototerapi
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Gangguan Integritas Kulit adalah kondisi di mana individu rentan mengalami perubahan struktur dan fungsi kulit, seperti kerusakan, luka, atau perubahan warna kulit yang disebabkan oleh faktor internal atau eksternal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kondisi ini adalah integritas kulit terpelihara, tidak terjadi kerusakan atau perubahan struktur dan fungsi kulit.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemantauan kulit secara berkala untuk mendeteksi tanda-tanda perubahan.
2. Perawatan kulit untuk mempertahankan kelembaban dan mencegah kerusakan.
3. Pemberian edukasi kepada pasien/keluarga tentang cara merawat kulit selama menjalani fototerapi.
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk mengoptimalkan perawatan kulit.
Secara akademis, pemahaman tentang SDKI, SLKI, dan SIKI merupakan hal penting bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpedoman pada standar praktik keperawatan di Indonesia. Sebagai seorang pakar, perawat harus mampu menjelaskan dan mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam praktik klinis sehari-hari. -
Article No. 5865 | 15 Nov 2024
Klinis : osteoarthritis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi osteoarthritis sesuai dengan standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Kronik berhubungan dengan proses penyakit osteoarthritis.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dan penurunan fungsi sendi.
3. Risiko Cedera berhubungan dengan penurunan fungsi sendi dan instabilitas.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik: Keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu tempat ke tempat lain, saat beraktivitas sehari-hari.
3. Risiko Cedera: Rentan terhadap luka fisik yang dapat membahayakan tubuh, yang dapat terjadi akibat interaksi individu dengan lingkungannya.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik: Menurunnya intensitas nyeri, melaporkan manajemen nyeri yang efektif, dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik: Meningkatnya kemampuan beraktivitas, meningkatnya kekuatan otot, dan meningkatnya rentang gerak sendi.
3. Risiko Cedera: Menurunnya risiko cedera, meningkatnya kemampuan beradaptasi, dan meningkatnya kepatuhan dalam penggunaan alat bantu.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Nyeri Kronik: Manajemen nyeri, distraksi, dan terapi komplementer.
2. Keterbatasan Mobilitas Fisik: Peningkatan mobilitas, perawatan sendi, dan terapi latihan.
3. Risiko Cedera: Pencegahan cedera, perawatan alat bantu, dan edukasi.
Secara akademis, sebagai pakar atau perawat, pemahaman tentang SDKI, SLKI, dan SIKI yang sesuai dengan standar PPNI sangat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan osteoarthritis. -
Article No. 5866 | 15 Nov 2024
Klinis : osteoarthritis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Osteoarthritis
1. Kode ICD-10:
- Kode: M15-M19
- Deskripsi: Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan kerusakan kartilago sendi, pembentukan tulang baru, dan perubahan struktural pada tulang dan sendi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, kekakuan, dan keterbatasan gerak pada sendi yang terkena.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 81.51-81.59
- Deskripsi: Prosedur pembedahan pada sendi, seperti artroplasti, artrodesis, atau sinovektomi.
Beberapa tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk menangani osteoartritis meliputi:
- Terapi konservatif, seperti penggunaan obat antiinflamasi, terapi fisik, dan modifikasi aktivitas.
- Injeksi sendi, seperti kortikosteroid atau asam hialuronat.
- Pembedahan, seperti artroplasti penggantian sendi, artrodesis, atau sinovektomi, untuk kasus yang berat atau tidak responsif terhadap terapi konservatif.
Pemilihan tindakan medis yang tepat akan bergantung pada tingkat keparahan penyakit, lokasi sendi yang terkena, usia pasien, dan respons terhadap terapi sebelumnya. -
Article No. 5868 | 15 Nov 2024
Klinis : Anemia berat hipokromik mikrositik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan senang hati, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci mengenai diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia berat hipokromik mikrositik.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi anemia berat hipokromik mikrositik, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah "Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh" (00002). Kondisi ini dicirikan dengan kadar hemoglobin yang rendah, yang menandakan kekurangan zat besi dalam tubuh. Anemia hipokromik mikrositik biasanya disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi, perdarahan kronis, atau gangguan penyerapan zat besi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Keseimbangan Nutrisi: Asupan Makanan
- Pasien dapat mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi sesuai dengan kebutuhan dan toleransinya.
- Pasien dapat meningkatkan asupan zat besi melalui diet atau suplemen sesuai anjuran.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan kadar hemoglobin dalam batas normal.
2. Kontrol Gejala
- Pasien dapat melaporkan penurunan gejala anemia, seperti kelelahan, pusing, dan pucat.
- Pasien dapat menunjukkan peningkatan energi dan aktivitas sehari-hari.
3. Pengetahuan: Manajemen Penyakit
- Pasien dapat menjelaskan penyebab, gejala, dan penatalaksanaan anemia hipokromik mikrositik.
- Pasien dapat menjelaskan pentingnya konsumsi makanan kaya zat besi dan penggunaan suplemen zat besi, jika diperlukan.
- Pasien dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan kepada tenaga kesehatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nutrisi
- Kaji asupan nutrisi pasien, terutama zat besi, folat, dan vitamin B12.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang kaya akan zat besi, folat, dan vitamin B12.
- Ajarkan pasien tentang makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging merah, hati, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
- Fasilitasi pemberian suplemen zat besi sesuai dengan resep dari tenaga kesehatan.
- Monitor kadar hemoglobin dan ferritin pasien secara berkala.
2. Manajemen Kelelahan
- Kaji tingkat kelelahan pasien dan dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari.
- Ajarkan teknik manajemen energi, seperti penjadwalan aktivitas dan istirahat yang cukup.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan toleransinya.
- Berikan dukungan emosional untuk mengelola kelelahan.
3. Edukasi Kesehatan
- Berikan informasi tentang anemia hipokromik mikrositik, termasuk penyebab, gejala, dan penatalaksanaannya.
- Ajarkan pasien tentang pentingnya konsumsi makanan kaya zat besi dan penggunaan suplemen zat besi.
- Informasikan pasien tentang tanda-tanda dan gejala yang perlu dilaporkan kepada tenaga kesehatan.
- Libatkan keluarga dalam proses edukasi dan dukungan bagi pasien.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dengan anemia berat hipokromik mikrositik dapat memulihkan keseimbangan nutrisi, mengelola gejala, dan meningkatkan pengetahuannya tentang manajemen penyakit. Hal ini akan membantu pasien mencapai outcome yang optimal dalam proses pemulihan. -
Article No. 5869 | 15 Nov 2024
Klinis : Anemia berat hipokromik mikrositik
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan membahas kondisi anemia berat hipokromik mikrositik dari sudut pandang keperawatan secara rinci dan terperinci.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi anemia berat hipokromik mikrositik adalah "Kekurangan Volume Cairan" (00027). Anemia berat hipokromik mikrositik dapat menyebabkan penurunan volume darah sehingga mengakibatkan kekurangan volume cairan dalam tubuh. Hal ini ditandai dengan gejala seperti pusing, lemah, kulit pucat, dan intoleransi aktivitas.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hidrasi Cairan: Klien akan menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat, seperti membran mukosa yang lembab, turgor kulit yang baik, dan produksi urin yang cukup.
2. Keseimbangan Cairan: Klien akan mencapai keseimbangan cairan yang optimal, ditandai dengan vital sign yang stabil dan tidak ada tanda-tanda overload atau kekurangan cairan.
3. Toleransi Aktivitas: Klien akan menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik, seperti mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa kelelahan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Pemantauan Cairan:
- Pantau asupan dan pengeluaran cairan secara ketat.
- Pantau tanda-tanda dehidrasi atau overload cairan.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium, seperti hematokrit, untuk mengevaluasi status cairan.
2. Manajemen Cairan:
- Berikan cairan intravena atau oral sesuai kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam menentukan jenis dan jumlah cairan yang tepat.
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya asupan cairan yang adekuat.
3. Manajemen Aktivitas:
- Rencanakan dan bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransinya.
- Berikan latihan fisik yang sesuai untuk meningkatkan toleransi aktivitas.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat.
4. Edukasi Gizi:
- Edukasi klien dan keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat, terutama zat besi, untuk mengatasi anemia.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menyusun rencana diet yang sesuai.
- Pantau asupan nutrisi klien dan lakukan intervensi jika diperlukan.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan klien dengan anemia berat hipokromik mikrositik dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu hidrasi cairan yang adekuat, keseimbangan cairan yang optimal, dan peningkatan toleransi aktivitas. Peran perawat sangat penting dalam memantau, mengelola, dan mendidik klien serta keluarga untuk mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 5870 | 15 Nov 2024
Klinis : pasien sesak rr 25x/menit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda berikan, yaitu pasien dengan sesak napas dengan laju napas 25 kali per menit, maka dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai, beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
- SDKI: Pola napas yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan pola napas yang efektif.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status pernapasan, pemberian oksigen, dan latihan pernapasan.
2. Diagnosa Keperawatan: Kelebihan Volume Cairan
- SDKI: Akumulasi cairan yang berlebihan di dalam ruang intravaskular, interstisial, dan/atau rongga tubuh.
- SLKI: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemantauan status cairan, pemberian cairan/elektrolit, dan penatalaksanaan edema.
3. Diagnosa Keperawatan: Ansietas
- SDKI: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang berlebihan tentang sesuatu yang belum terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan diekspresikan secara verbal atau nonverbal.
- SLKI: Pasien dapat mengendalikan kecemasan yang dirasakan.
- SIKI: Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pengkajian kecemasan, pemberian informasi, dan teknik relaksasi.
Dengan kondisi pasien yang disajikan, yaitu sesak napas dengan laju napas 25 kali per menit, maka diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Pola Napas Tidak Efektif. Namun, diagnosa lain seperti Kelebihan Volume Cairan dan Ansietas juga perlu dipertimbangkan berdasarkan gejala dan kondisi klinis pasien.