Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 3920 | 29 Oct 2024
Klinis : KASUS TUBERKULOSIS PARU Seorang pasien, laki-laki Tn L, 54 tahun, pekerjaan buruh, dirawat di bangsal Paru dengan keluhan utama sesak napas, batuk berdarah, seluruh tubuh lemas dan berkeringat dingin pada malam hari. Riwayat keluhan pasien mengatakan 4 hari yang lalu merasakan seluruh badan lemas, sesak napas dan batuk berlendir susah dikeluarkan, keringat di malam hari. Selama di rumah pasien minum obat yang dibeli di kios. Nama obat pasien lupa. Satu hari yang lalu pasien merasa sangat sesak nafas, batuk dan badan lemas. Oleh keluarga diantar ke rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali masuk rumah sakit, pasien pernah mendapatkan obat Tb dari puskesmas. Riwayat kesehatan keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien tinggal serumah bersama istri dan 3 orang anak, 1 anak sudah kuliah, 1 anak SMA dan 1 anak SD. Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk. Biasanya 1 porsi habis, minum menghabiskan kurang lebih 8 gelas per hari diselingi teh hangat di pagi hari dan kopi di sore hari. Selama di rawat di RS makan 3x sehari dengan porsi habis sedikit. Pasien mengatakan malas makan, hanya menghabiskan ¼ porsi porsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit diet TKTP. TB: 168 cm, Berat badan (BB) sebelum sakit 68 kg, saat sakit berat badan (BB) 52,2 kg, LILA: 27 cm, IMT: 18,7. Sebelum sakit klien mengatakan kurang mementingkan kesehatan. Pasien mengira sakit ini hanya batuk biasa, tidak parah. Bila pasien sakit hanya minum minuman herbal dan jarang minum obat. Sekarang sejak sakit pasien menyadari pentingnya kesehatan. Terkait pengetahuan tentang penyakit saat ini pasien menyadari sakit TB paru ini harus melakukan pengobatan secara intensif. Pasien menjaga kesehatan dengan rutin minum obat dan tidak pernah putus obat. Pasien mengatakan bahwa telah mendapatkan penjelasan tentang TBC dari dokter ataupun perawat. Ketika ditanya Apakah yang bapak ketahui tentang TBC? Pasien menjawab “yang saya ketahui tentang TBC adalah penyakit menular lewat percikan ludah waktu berbicara, batuk, bersin. Saya memakai masker saat dekat dengan anak, istri atau saudara. Pasien mengatakan dirinya sedang menderita penyakit yang sangat berat, pasien tidak pernah terpikirkan akan menderita penyakit TBC, pasien merasa cemas dengan penyakitnya saat ini. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit normal 7-9 jam, saat sakit tidur malam hanya 3-4 jam saja karena batuk dan sesak nafas. Sebelum sakit pasien mengatakan bekerja sebagai teknisi di pabrik, pasien tidak pernah berolahraga. Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL, seperti mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berjalan, makan, minum dilakukan secaramandiri. Selama dirawat pasien mengatakan sulit bergerak bebas karena tangan kanan terpasang infus. Makan dan minum dilakukan secara mandiri, sedangkan mandi dan berpakaian di bantu istri. Pasien mengatakan sebelum dirawat biasanya BAB 1x dalam sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning. Selama di rawat pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pengeluaran feses lama dan sulit. Teraba masa pada colon. Pasien mengatakan sebelum dirawat frekuensi BAK kurang lebih 6 – 8 kali dalam sehari dengan warna urine kekuningan. Selama di rawat frekuensi dan warna BAK tidak berubah dari sebelum di rawat. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan fisik adalah keadaan umum pasien tampak lemah, pasien tampak sesak napas, napas cepat dan dangkal, batuk tetapi hanya sedikit lendir yang keluar, kesadaran composmentis dengan GCS: E4V5M6. TTV: TD 90/60 mmHg, S 36C, N 97x/menit, RR: 26 x/menit Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb: 11,2 g/dL Jumlah Eritrosit: 4,77 10^6/uL Ht: 34,0% MCV: 71,3 fL MCH: 23,5 pg Jumlah Lekosit: 9,53 10^3/ul Eosinofil: 6,4% Basofil: 0,6% Neutrofil: 92 % Limfosit: 20,0% Monosit: 7,7% Jumlah Eosinofil 1,0 10^3/ul GDS: 147 g/dl BUN: 13,0 md/dl Creatinin: 0,82 mg/dl (normal : 0,7 – 1,3 mg/dl) Natrium darah: 131 mEq/l Kalium 3,4 mEq/L Hasil pemeriksaan BTA Bakteriologi TB yaitu: +3 ( S,P) (normal : -/-/-) Hasil tes cepat Xpert MTB : hasil probe A,B,C,D,E positif ( normal : negative). Therapi Cairan infus: IVFD Aminoflud 1000 cc/24 jam Ceftriaxon 2x2 gr drip Nacl 100cc 30 tetes permenit Aspar K 3 x 1 moxifloxacin 1 x 40 mg Nebulizer combiven + pulmicor/ 8 jam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi Tuberkulosis Paru pada pasien Tn L:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan batuk tidak efektif.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan penyakit Tuberkulosis Paru.
4. Kecemasan berhubungan dengan kondisi kesehatan yang mengancam.
5. Gangguan Pola Eliminasi Bowel berhubungan dengan penurunan motilitas usus.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
SDKI: Ketidakmampuan untuk membersihkan atau mempertahankan jalan napas yang efektif untuk memfasilitasi pertukaran gas.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk membersihkan dan mempertahankan jalan napas yang efektif.
SIKI: Manajemen Jalan Napas, Fisioterapi Dada.
2. Intoleransi Aktivitas
SDKI: Ketidakmampuan untuk mentolerir aktivitas fisik karena adanya keterbatasan energi.
SLKI: Peningkatan kemampuan untuk mentolerir aktivitas fisik.
SIKI: Manajemen Energi, Peningkatan Aktivitas.
3. Risiko Infeksi
SDKI: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan kerusakan sel.
SLKI: Penurunan kerentanan terhadap infeksi.
SIKI: Pencegahan Infeksi, Manajemen Infeksi.
4. Kecemasan
SDKI: Respon emosional dan psikologis individu terhadap sumber ancaman, bahaya, atau tantangan yang tidak jelas dan nonspesifik.
SLKI: Penurunan tingkat kecemasan.
SIKI: Manajemen Kecemasan, Psikoedukasi.
5. Gangguan Pola Eliminasi Bowel
SDKI: Perubahan frekuensi, konsistensi, dan karakteristik eliminasi feses yang tidak sesuai dengan pola normal.
SLKI: Pemulihan pola eliminasi bowel.
SIKI: Manajemen Konstipasi, Perawatan Kolon.
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam memahami Diagnosa Keperawatan dan standar SDKI-SLKI-SIKI untuk kondisi Tuberkulosis Paru pada pasien Tn L. -
Article No. 3921 | 29 Oct 2024
Klinis : sakit boyok
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "sakit boyok" dalam format yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: M54.5
- Deskripsi: Low back pain (Nyeri punggung bawah)
Penjelasan:
- Kode M54.5 dalam ICD-10 adalah untuk diagnosis "Low back pain" atau nyeri punggung bawah.
- Kondisi "sakit boyok" dapat diklasifikasikan sebagai nyeri punggung bawah, yang merupakan salah satu manifestasi dari keluhan muskuloskeletal.
- Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera, gangguan struktural, kondisi degeneratif, atau faktor psikososial.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 72.29
- Deskripsi: Other manipulation of spine (Manipulasi tulang belakang lainnya)
Penjelasan:
- Kode 72.29 dalam ICD-9-CM adalah untuk prosedur "Other manipulation of spine" atau manipulasi tulang belakang lainnya.
- Jika pasien dengan keluhan "sakit boyok" memerlukan tindakan medis berupa manipulasi tulang belakang, maka prosedur ini dapat diklasifikasikan dengan kode 72.29.
- Manipulasi tulang belakang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten, seperti dokter, fisioterapis, atau chiropraktor, untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi tulang belakang.
Dalam praktik klinis, diagnosis dan prosedur yang tepat akan ditentukan setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan investigasi yang diperlukan untuk mengevaluasi kondisi pasien secara komprehensif. -
Article No. 3922 | 29 Oct 2024
Klinis : sakit boyok
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut ditandai dengan gejala seperti keluhan nyeri, wajah meringis, gelisah, dan peningkatan tanda-tanda vital. Penyebabnya dapat berasal dari cedera, penyakit, atau prosedur medis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Nyeri Akut antara lain penurunan intensitas nyeri, peningkatan kemampuan beraktivitas, dan penurunan ekspresi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Nyeri Akut mencakup pemberian analgesik, terapi non-farmakologis (seperti relaksasi, distraksi, dan terapi panas/dingin), serta pengkajian nyeri secara berkala.
Persona: Sebagai perawat, saya memahami bahwa nyeri akut merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pasien. Dengan berpedoman pada standar keperawatan nasional, saya akan berusaha memberikan intervensi yang komprehensif untuk membantu pasien mengatasi nyeri tersebut dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 3923 | 29 Oct 2024
Klinis : mata gatal dan merah
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang profesional kesehatan, saya akan memberikan informasi kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai untuk kondisi mata gatal dan merah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: H10.1
- Deskripsi: Konjungtivitis alergi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 95.02
- Deskripsi: Irrigasi mata
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 H10.1 (Konjungtivitis alergi):
- Kondisi ini umumnya disebabkan oleh alergi, seperti reaksi terhadap debu, serbuk sari, atau bahan-bahan kimia.
- Gejala yang khas adalah mata yang gatal, merah, dan bengkak.
- Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik oleh dokter dan riwayat keluhan pasien.
2. Kode ICD-9-CM Procedure 95.02 (Irrigasi mata):
- Prosedur ini dapat dilakukan untuk membantu membersihkan mata dari benda asing, iritasi, atau kontaminasi.
- Dokter atau petugas kesehatan akan menggunakan cairan steril untuk membilas mata pasien, bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi gejala yang ada.
- Prosedur ini umumnya dilakukan sebagai bagian dari penatalaksanaan awal untuk kasus-kasus konjungtivitis alergi atau kondisi mata yang terpapar benda asing.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam proses pencatatan dan pengkodean medis. Jangan ragu untuk menanyakan hal lebih lanjut jika diperlukan. -
Article No. 3924 | 29 Oct 2024
Klinis : mata gatal dan merah
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Pruritus Mata (Mata Gatal)
Definisi:
Pruritus mata adalah sensasi tidak nyaman pada mata yang menyebabkan desakan kuat untuk menggaruk atau menggosok mata.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Sensasi tidak nyaman pada mata yang menyebabkan dorongan kuat untuk menggaruk atau menggosok mata.
- Penyebab: Alergi, infeksi, iritasi, dry eye syndrome, dll.
- Gejala: Mata gatal, mata merah, mata perih, mata bengkak.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien melaporkan nyeri/gatal mata berkurang, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu.
- Kriteria hasil: Klien melaporkan gatal mata berkurang, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan: Meningkatkan kenyamanan mata, mengurangi gatal dan iritasi mata, serta mencegah komplikasi.
- Tindakan keperawatan: Kompres mata hangat, aplikasi tetes mata, edukasi tentang perawatan mata, dll.
Peran perawat adalah membantu klien mengatasi masalah mata gatal dan merah melalui intervensi keperawatan yang komprehensif sesuai dengan standar praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 3925 | 29 Oct 2024
Klinis : anc
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis jika ada, untuk kondisi yang Anda minta dalam format yang terstruktur dan detail dengan penjelasan.
1. Kode ICD-10:
- Kode: N40.0
- Deskripsi: Hiperplasia prostatik jinak
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 60.2
- Deskripsi: Prostatektomi suprapubik, dengan enukleasi prostat
Penjelasan:
Kondisi yang Anda deskripsikan adalah hiperplasia prostatik jinak, yang merupakan pembesaran kelenjar prostat yang tidak ganas. Kode ICD-10 untuk kondisi ini adalah N40.0. Jika diperlukan tindakan medis, seperti prostatektomi suprapubik dengan enukleasi prostat, maka kode ICD-9-CM prosedurnya adalah 60.2. -
Article No. 3926 | 29 Oct 2024
Klinis : periksa kehamilan normal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis untuk kondisi "periksa kehamilan normal", dengan format yang terstruktur seperti yang Anda minta.
1. Kode ICD-10:
- Kode: Z34.00
- Deskripsi: Pengawasan kehamilan normal, trimester pertama
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.26
- Deskripsi: Pemeriksaan obstetri dan ginekologi
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 Z34.00 digunakan untuk menyatakan pemantauan kehamilan normal pada trimester pertama. Kode ini termasuk dalam kategori "Z00-Z99 Faktor yang memengaruhi status kesehatan dan kontak dengan layanan kesehatan", sub-bab "Z30-Z39 Perawatan terkait kehamilan, kelahiran, dan kontrasepsi".
2. Kode ICD-9-CM 89.26 digunakan untuk prosedur pemeriksaan obstetri dan ginekologi. Kode ini termasuk dalam kategori "89 Prosedur diagnostik dan terapeutik, lain-lain", sub-bab "89.2 Prosedur obstetri dan ginekologi". Prosedur ini mencakup pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan panggul, dan prosedur lainnya yang terkait dengan kehamilan dan perawatan wanita.
Berdasarkan informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kode yang sesuai untuk "periksa kehamilan normal" adalah kode ICD-10 Z34.00 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM 89.26 untuk prosedur atau tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 3927 | 29 Oct 2024
Klinis : periksa kehamilan resiko tinggi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi "periksa kehamilan resiko tinggi", kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: O09.9
- Deskripsi: Pengawasan kehamilan risiko tinggi, tidak dispesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 59.8
- Deskripsi: Pemeriksaan dan evaluasi prenatal lainnya
Penjelasan:
Kode ICD-10 O09.9 digunakan untuk mengindikasikan adanya kondisi kehamilan dengan risiko tinggi, tetapi tidak dispesifikasi secara lebih detail. Ini dapat mencakup berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi kehamilan, seperti usia ibu, riwayat medis, atau kondisi kesehatan lainnya.
Pada kode ICD-9-CM 59.8, ini menunjukkan prosedur pemeriksaan dan evaluasi prenatal lainnya, yang dapat mencakup berbagai jenis pemeriksaan tambahan yang dilakukan selain pemeriksaan rutin kehamilan, seperti skrining genetik, pemantauan janin yang lebih intensif, atau prosedur diagnostik lainnya untuk mengevaluasi risiko kehamilan.
Penggunaan kode-kode ini membantu dalam pendokumentasian dan penyediaan data epidemiologis terkait dengan kehamilan berisiko tinggi, serta memfasilitasi proses perencanaan, pembiayaan, dan pengambilan keputusan dalam layanan kesehatan maternal. -
Article No. 3928 | 29 Oct 2024
Klinis : periksa kehamilan resiko tinggi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi:
Keadaan di mana individu berisiko mengalami kekurangan asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh, yang dapat menyebabkan perubahan status gizi.
Penjelasan Singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Penyebab: Peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan, keterbatasan asupan nutrisi, faktor ekonomi, dan faktor psikososial.
- Gejala dan Tanda: Penurunan berat badan, kelelahan, pusing, mual, dan perubahan tanda-tanda vital.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Keseimbangan nutrisi, peningkatan berat badan ibu hamil, dan tidak ada komplikasi akibat kekurangan nutrisi.
- Intervensi Keperawatan: Pengkajian status nutrisi, edukasi gizi, pemantauan berat badan, dan kolaborasi dengan ahli gizi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Manajemen Nutrisi, Manajemen Berat Badan, dan Edukasi Gizi.
- Tindakan Keperawatan: Identifikasi kebutuhan nutrisi, pengaturan diet, pemantauan asupan dan output, dan pemberian informasi terkait gizi seimbang selama kehamilan.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan pengkajian komprehensif terhadap kondisi ibu hamil, mengidentifikasi faktor risiko, dan menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada memenuhi kebutuhan nutrisi ibu serta memantau perkembangan status gizi selama kehamilan. Kolaborasi dengan ahli gizi juga diperlukan untuk memastikan ibu mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat. -
Article No. 3929 | 29 Oct 2024
Klinis : kb implan
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: 1. Kode ICD-10:
- Kode: Z30.5
- Deskripsi: Pemasangan kontrasepi implan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 86.94
- Deskripsi: Pemasangan kontrasepi implan subdermal
Dalam konteks medis, kondisi "KB implan" merujuk pada penggunaan metode kontrasepsi dengan menempatkan alat kontrasepsi kecil di bawah kulit, biasanya di lengan atas wanita. Kode ICD-10 yang sesuai adalah Z30.5, yang mendeskripsikan "Pemasangan kontrasepi implan". Prosedur ini juga memiliki kode ICD-9-CM yang spesifik yaitu 86.94, yang menggambarkan "Pemasangan kontrasepi implan subdermal".
Sebagai praktisi kesehatan, kami memahami pentingnya penggunaan kode diagnosis dan prosedur yang tepat dalam dokumentasi medis. Kode-kode ini membantu kami untuk mengidentifikasi kondisi pasien dengan akurat, melacak tren epidemiologis, dan memfasilitasi proses tagihan serta pembayaran yang efisien. Penggunaan kode yang sesuai juga menjadi bagian integral dari praktik kedokteran yang bertanggung jawab dan terdokumentasi dengan baik.