Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 18455 | 12 Jun 2025
Klinis : S: • Pasien mengatakan kakinya bengkak • Pasien mengtakan sesak jika beraktivitas • Pasien mengatakan mudah lelah saat beraktivitas O: • Pasien tampak sesak saat beraktivitas • Pasien tampak kesulitan saat berjalan • Tampak edema pada kedua kaki pasien • Hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil: TD: 130/90mmHg N: 80x/menit rr: 24x/menit S: 36,8oC SpO2: 97% S: • Pasien mengatakan jika kakinya bengkak, sulit untuk berjalan, telapak kaki terasa tebal dan kebas • Pasien mengatakan bengkak sudah ±2 tahun O: • Pasien tampak kesulitan saat berjalan • Tampak edema pada kaki pasien • Dilakukan pemeriksaan pitting edema didapatkan hasil >2detik S: • Pasien mengatakan BAK >4x • Pasien mengatakan sering bolak-balik ke kamar mandi • Pasien mengatakan sulit untuk berjalan O: • Pasien tampak bolak-balik ke kamar mandi • Pasien tampak kesulitan saat berjalan
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output SLKI, dan intervensi keperawatan SIKI yang sesuai:
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Intoleransi Aktivitas
3. Edema Perifer
Luaran/Output SLKI:
1. Bersihan Jalan Napas
- Indikator: Frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan suara napas dalam batas normal
- Target: Pasien mempertahankan frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan suara napas dalam batas normal
2. Toleransi Aktivitas
- Indikator: Mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai gejala intoleransi aktivitas
- Target: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai gejala intoleransi aktivitas
3. Keseimbangan Cairan
- Indikator: Tidak ada tanda-tanda retensi cairan (edema)
- Target: Pasien tidak mengalami edema
Intervensi Keperawatan SIKI:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Manajemen Jalan Napas
- Oksigenasi
- Pemantauan Pernapasan
2. Intoleransi Aktivitas
- Manajemen Aktivitas
- Manajemen Energi
- Peningkatan Mobilitas
3. Edema Perifer
- Manajemen Cairan
- Terapi Kompresi
- Edukasi Gaya Hidup
Penjelasan:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Pasien mengalami sesak napas saat beraktivitas, menunjukkan adanya gangguan bersihan jalan napas.
- Intoleransi Aktivitas: Pasien mudah lelah saat beraktivitas, menunjukkan adanya intoleransi aktivitas.
- Edema Perifer: Pasien mengalami pembengkakan pada kaki, menunjukkan adanya edema perifer.
2. Luaran/Output SLKI:
- Bersihan Jalan Napas: Memastikan pasien dapat mempertahankan frekuensi pernapasan, irama pernapasan, dan suara napas dalam batas normal.
- Toleransi Aktivitas: Memastikan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa disertai gejala intoleransi aktivitas.
- Keseimbangan Cairan: Memastikan pasien tidak mengalami tanda-tanda retensi cairan (edema).
3. Intervensi Keperawatan SIKI:
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pernapasan, seperti manajemen jalan napas, oksigenasi, dan pemantauan pernapasan.
- Intoleransi Aktivitas: Intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien, seperti manajemen aktivitas, manajemen energi, dan peningkatan mobilitas.
- Edema Perifer: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema, seperti manajemen cairan, terapi kompresi, dan edukasi gaya hidup.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran/output, dan intervensi keperawatan yang sesuai, diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidupnya. -
Article No. 18456 | 12 Jun 2025
Klinis : tindakan terapi komplementer dan imajinasi
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci mengenai Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI) terkait dengan tindakan terapi komplementer dan imajinasi.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa Keperawatan yang sesuai untuk kondisi tindakan terapi komplementer dan imajinasi adalah "Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan". Definisi dari diagnosa ini adalah "Adanya kemampuan dan motivasi klien untuk meningkatkan pengelolaan kesehatan secara efektif". Pasien dengan kondisi ini memiliki kesiapan untuk menggunakan terapi komplementer dan imajinasi sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatannya.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Perilaku Kesehatan Mandiri: Pasien mampu melakukan tindakan terapi komplementer dan imajinasi secara mandiri untuk meningkatkan kesehatannya.
2. Manajemen Gejala: Pasien mampu mengelola gejala-gejala yang dialami dengan baik melalui penggunaan terapi komplementer dan imajinasi.
3. Kontrol Nyeri: Pasien dapat mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan melalui penggunaan terapi komplementer dan imajinasi.
4. Koping Efektif: Pasien dapat menggunakan terapi komplementer dan imajinasi sebagai bentuk koping yang efektif dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Asesmen Gejala: Melakukan asesmen terhadap gejala-gejala yang dialami pasien, termasuk intensitas, frekuensi, dan durasi gejala.
2. Edukasi Terapi Komplementer: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai berbagai jenis terapi komplementer yang dapat digunakan, termasuk manfaat, cara penggunaan, dan potensi efek samping.
3. Fasilitasi Imajinasi Terpimpin: Membantu pasien untuk melakukan imajinasi terpimpin sebagai upaya untuk mengelola gejala dan meningkatkan kesehatan.
4. Kolaborasi Ahli Terapi Komplementer: Berkolaborasi dengan ahli terapi komplementer untuk mendapatkan saran dan rekomendasi terkait penggunaan terapi komplementer yang sesuai dengan kondisi pasien.
5. Evaluasi Efektivitas Terapi: Melakukan evaluasi secara berkala mengenai efektivitas penggunaan terapi komplementer dan imajinasi dalam mencapai tujuan peningkatan kesehatan pasien.
Melalui penerapan Diagnosa Keperawatan SDKI, Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI), dan Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI), diharapkan pasien dapat memanfaatkan terapi komplementer dan imajinasi secara efektif untuk meningkatkan kesehatannya. -
Article No. 18457 | 12 Jun 2025
Klinis : Os datang ke UGD RSF dengan keluhan demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, demam dirasakan naik turun, demam membaik dengan obat penurun panas, kemudian beberapa saat demam kembali, nyeri perut -, mual -, muntah +, batuk +, sesak napas + hilang timbul, BAB biasa, BAK biasa. Riwayat CKD on HD rutin di RSF, rutin hari Jumát TD : 130/73 mmHg Nadi : 132 x/menit Resp : 24 x/menit Suhu : 37 ?C SpO2 : 91% on RA Paru: vesikuler +/+, rhonci +/+, wheezing -/- Haemoglobin 8.1 g/dL L Hematokrit 25.4 % L Leukosit 16.7 ribu/ uL H Trombosit 140 ribu/ uL L Eritrosit 2.75 juta/ uL L MCV 92.3 fL MCH 29.6 pg MCHC 32.1 g/ dL H Glukosa sewaktu 100 mg/ dL Ureum darah 233.1 mg/ dl Kritis Kreatinin darah 18.79 mg/ dL Kritis eGFR (CKD-EPI 2021) 2.47 mL/menit/1.73 M2 Natrium 132 mmol/ L Kalium 6.4 mmol/ L Kritis Klorida 93 mmol/ L L CRP Kuantitatif 23.74 mg/dL H Prokalsitonin >32 ng/ mL Kritis
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi Os:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan demam intermiten, peningkatan suhu tubuh, dan gejala penyakit.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan regulasi cairan yang ditandai dengan edema, peningkatan berat badan, dan peningkatan tekanan darah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, sesak napas, dan penurunan kadar hemoglobin.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Hipertermia:
- Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5°C).
- Tanda-tanda vital stabil.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Kelebihan volume cairan:
- Berat badan kembali ke berat badan ideal.
- Tidak ada edema.
- Tekanan darah dalam batas normal.
- Tidak ada tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas:
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan.
- Tidak ada sesak napas saat beraktivitas.
- Kadar hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara berkala.
- Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi.
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat.
- Lakukan tindakan penurun panas (kompres hangat, kipas angin).
- Identifikasi dan tangani penyebab infeksi.
2. Kelebihan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan.
- Pertahankan berat badan dalam batas normal.
- Batasi asupan cairan dan natrium sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi hemodialisis.
- Pantau tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Berikan bantuan dan pengawasan saat beraktivitas.
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anemia.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan data yang diberikan, Os datang ke UGD dengan keluhan demam intermiten, mual, muntah, batuk, dan sesak napas hilang timbul. Riwayat penyakit yang diderita adalah CKD (Chronic Kidney Disease) yang sedang menjalani hemodialisis rutin. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti peningkatan suhu tubuh, leukositosis, dan peningkatan biomarker infeksi (CRP, prokalsitonin). Selain itu, terdapat juga kelainan elektrolit, yaitu hiperkalemia yang merupakan komplikasi dari CKD.
Berdasarkan kondisi pasien tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan regulasi cairan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, sesak napas, dan penurunan kadar hemoglobin.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah:
1. Hipertermia: Suhu tubuh dalam rentang normal, tanda-tanda vital stabil, dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
2. Kelebihan volume cairan: Berat badan kembali ke berat badan ideal, tidak ada edema, tekanan darah dalam batas normal, dan tidak ada tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas: Dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, tidak ada sesak napas saat beraktivitas, dan kadar hemoglobin dalam batas normal.
Intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran tersebut meliputi:
1. Hipertermia:
- Monitor suhu tubuh secara berkala.
- Berikan terapi antipiretik sesuai indikasi.
- Pertahankan asupan cairan yang adekuat.
- Lakukan tindakan penurun panas (kompres hangat, kipas angin).
- Identifikasi dan tangani penyebab infeksi.
2. Kelebihan volume cairan:
- Monitor intake dan output cairan.
- Pertahankan berat badan dalam batas normal.
- Batasi asupan cairan dan natrium sesuai kebutuhan.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pengaturan terapi hemodialisis.
- Pantau tanda-tanda overload cairan.
3. Intoleransi aktivitas:
- Lakukan pengkajian toleransi aktivitas.
- Berikan bantuan dan pengawasan saat beraktivitas.
- Anjurkan aktivitas sesuai toleransi pasien.
- Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi anemia.
Melalui intervensi keperawatan yang komprehensif dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, diharapkan kondisi Os dapat stabil dan mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18458 | 12 Jun 2025
Klinis : fracture nasal
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi "fracture nasal":
1. Kode ICD-10:
- Kode: S02.2
- Deskripsi: Fraktur tulang hidung
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 21.71
- Deskripsi: Reduksi tertutup fraktur tulang hidung, tanpa pemasangan implan internal
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 S02.2 merujuk pada fraktur tulang hidung, yang merupakan salah satu jenis cedera kepala yang sering terjadi. Kode ini mencakup semua jenis fraktur yang melibatkan tulang hidung, baik fraktur tertutup maupun terbuka.
2. Kode ICD-9-CM 21.71 menggambarkan prosedur reduksi tertutup fraktur tulang hidung, tanpa pemasangan implan internal. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengembalikan tulang hidung ke posisi anatomis yang benar setelah fraktur, tanpa memerlukan pembedahan terbuka.
Dalam praktik klinis, penanganan fraktur tulang hidung dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan karakteristik fraktur. Pada kasus fraktur nasal yang tidak terlalu kompleks, reduksi tertutup dapat dilakukan. Namun, pada kasus yang lebih parah atau tidak dapat ditangani secara konservatif, prosedur pembedahan terbuka mungkin diperlukan. -
Article No. 18459 | 12 Jun 2025
Klinis : Ny. R, seorang ibu rumah tangga berusia 28 tahun, datang ke Puskesmas dan dirawat di ruang mawar dengan keluhan utama berupa lemas, nafsu makan menurun, serta diare cair lebih dari lima kali sehari selama tiga hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan sariawan yang disertai lapisan putih pada lidah (candidiasis oral), serta keputihan berwarna putih kekuningan, berbau, dan terasa gatal yang sangat mengganggu aktivitas. Saat ini, Ny. R sedang hamil anak kedua dengan usia kehamilan 24 minggu. Berdasarkan riwayat kesehatan, pasien telah terdiagnosis HIV sejak lima bulan lalu, setelah suaminya dinyatakan positif terlebih dahulu. Pasien menyampaikan rasa cemas yang mendalam terkait risiko penularan HIV kepada janin yang sedang dikandungnya. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien mengalami penurunan berat badan sebesar 2 kg dalam satu bulan terakhir, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 96x/menit, suhu tubuh 37,8°C, dan lingkar lengan atas 22 cm yang mengindikasikan status gizi kurang. Pemeriksaan fisik dan penunjang memperlihatkan adanya candidiasis oral dan infeksi jamur pada area genital, hasil kultur lendir vagina menunjukkan positif Candida albicans, dan pemeriksaan feses menunjukkan banyak leukosit meskipun tanpa parasit, mengarah pada diare akibat infeksi oportunistik. Hasil laboratorium juga mencatat jumlah CD4 < 250 sel/mm³, dan hasil CTG 150 Bpm menandakan imunosupresi berat.Pasien tinggal bersama suami dan anak pertamanya, tidak memiliki riwayat penyakit kronis lain, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi pasca-kehamilan pertama. Ia memiliki kebiasaan makan hanya 1 kali per hari, dengan jenis makanan terbatas dan tidak bergizi seimbang. Kebersihan diri dan kebersihan mulut kurang terjaga, serta pasien mengaku sering terbangun malam karena cemas pasien merasa tidak berdaya disertai, gelisah dan tegang. Pasien mengatakan merasa bingung bagaimana menghadapi penyakitnya dan kurang kontak mata saat pengkajian Dari segi sosial ekonomi, keluarga ini berpenghasilan rendah dan menggunakan BPJS PBI sebagai jaminan kesehatan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. R yang telah dipaparkan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI yang dapat ditetapkan sesuai dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Oportunistik (SIKI kode 00004)
Definisi: Kerentanan terhadap masuknya patogen pada individu imunocompromised yang dapat menyebabkan penyakit.
Penjelasan: Ny. R memiliki risiko tinggi infeksi oportunistik terkait dengan kondisi HIV/AIDS yang dideritanya, ditandai dengan penurunan jumlah CD4 yang rendah, infeksi candidiasis oral dan vaginal, serta diare akibat infeksi oportunistik.
2. Kerusakan Integritas Kulit (SIKI kode 00046)
Definisi: Perubahan epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan: Ny. R mengalami candidiasis oral dan infeksi jamur pada area genital, yang dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit dan mukosa.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (SIKI kode 00002)
Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penjelasan: Ny. R mengalami penurunan berat badan 2 kg dalam 1 bulan terakhir, dengan indikasi status gizi kurang, serta pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang.
4. Kecemasan (SIKI kode 00146)
Definisi: Respon emosional dan perilaku terhadap ancaman yang tidak jelas dan nonspesifik.
Penjelasan: Ny. R mengalami kecemasan yang mendalam terkait risiko penularan HIV kepada janin yang dikandungnya, serta merasa tidak berdaya dan gelisah.
5. Gangguan Pola Tidur (SIKI kode 00096)
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Penjelasan: Ny. R sering terbangun malam karena kecemasan yang dialaminya.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
SDKI adalah standar yang digunakan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi diagnosis keperawatan. Kode-kode diagnosis keperawatan tersebut adalah:
00004 - Risiko Infeksi Oportunistik
00046 - Kerusakan Integritas Kulit
00002 - Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
00146 - Kecemasan
00096 - Gangguan Pola Tidur
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
SLKI adalah standar yang digunakan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
SIKI adalah standar yang digunakan untuk mengembangkan dan mengidentifikasi intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan. -
Article No. 18460 | 12 Jun 2025
Klinis : Tn. A, laki-laki berusia 58 tahun, datang ke Rumah Sakit Mitra Sehat pada Selasa, 10 Maret 2025, pukul 09.30 WIB dengan keluhan nyeri yang menetap di perut bagian bawah selama 6 bulan terakhir. Pasien mengeluhkan bahwa nyeri semakin parah terutama saat beraktivitas dan setelah makan, yang menyebabkan ia merasa depresi dan tertekan karena sulit menjalani aktivitas sehari-hari. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 99x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu tubuh 36,8°C, serta skala nyeri yang dilaporkan pasien mencapai 7/10. Pasien tampak meringis saat bergerak, sering mengubah posisi duduk untuk mengurangi nyeri, dan terlihat gelisah. Selain itu, pasien sulit berkonsentrasi, lebih banyak diam, dan hanya berfokus pada rasa nyeri yang dialami. Pasien juga mengatakan mengalami gangguan tidur akibat nyeri yang dirasakan terutama di malam hari, yang menyebabkan kantung matanya tampak menghitam, wajahnya pucat, serta mengalami pusing di pagi hari karena kurang tidur. Selain itu, pasien menunjukkan sikap protektif dengan menghindari posisi tertentu yang dapat memperparah nyerinya. Ia juga mengalami penurunan nafsu makan (anoreksia) serta penurunan berat badan dalam beberapa bulan terakhir. Pasien mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kondisi ini akan semakin memburuk dan menghambat aktivitasnya.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI untuk kasus Tn. A.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut (NYAS) - SDKI
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang dijelaskan dalam istilah kerusakan semacam itu.
Kode: 00132
2. Gangguan Pola Tidur (PTRG) - SDKI
Definisi: Gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur yang mengganggu fungsi sehari-hari.
Kode: 00198
3. Gangguan Citra Tubuh (CTBG) - SDKI
Definisi: Perubahan persepsi dan perasaan tentang ukuran, penampilan, atau fungsi tubuh.
Kode: 00118
4. Ansietas (ANSI) - SDKI
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau khawatir yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
Kode: 00146
5. Anoreksia (ANEK) - SIKI
Definisi: Berkurangnya dorongan untuk makan atau tidak ada minat untuk makan.
Kode: 10033
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk membantu perawat dalam menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan tanda dan gejala yang dialami pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan yang dilakukan terhadap pasien.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang ditetapkan oleh PPNI untuk memandu perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat bagi pasien.
Kode-kode yang diberikan merupakan kode unik yang digunakan untuk mengidentifikasi masing-masing diagnosa, luaran, dan intervensi keperawatan dalam sistem klasifikasi SDKI, SLKI, dan SIKI. -
Article No. 18461 | 12 Jun 2025
Klinis : Isolasi diri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi "Isolasi Diri".
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Diri (00054)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Isolasi Diri (00054): Pengalaman menarik diri dari hubungan interpersonal yang disengaja atau tidak disengaja.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Interaksi Sosial (1503): Kemampuan untuk terlibat dalam pertukaran informasi, perasaan, dan makna dengan orang lain.
Harga Diri (1205): Penilaian individu tentang nilai atau harga dirinya.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Fasilitasi Interaksi Sosial (5100): Memfasilitasi kemampuan individu untuk terlibat dalam pertukaran informasi, perasaan, dan makna dengan orang lain.
Peningkatan Harga Diri (5400): Membantu individu untuk meningkatkan penilaian positif terhadap dirinya.
Penjelasan singkat:
Isolasi Diri adalah kondisi di mana individu menarik diri dari hubungan interpersonal, baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Hal ini dapat berdampak pada interaksi sosial dan harga diri individu. Perawat dapat memfasilitasi interaksi sosial dan meningkatkan harga diri pasien untuk mengatasi isolasi diri. -
Article No. 18462 | 12 Jun 2025
Klinis : Intervensi Isolasi diri pada pasien diabetes post operasi amputasi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI beserta kodenya dan definisinya yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi Intervensi Isolasi Diri pada pasien diabetes post operasi amputasi. Saya akan menjawab dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Isolasi Sosial (10017) - Perilaku atau pengalaman individu yang merasa terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Kode: 10017
Definisi: Perilaku atau pengalaman individu yang merasa terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Kode: 10017.1 Tingkat Isolasi Sosial
Definisi: Derajat perasaan terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Kode: 10017.1 Intervensi Isolasi Diri
Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi perasaan terisolasi secara sosial atau terpisah dari orang lain, baik secara nyata maupun subjektif.
Penjelasan singkat:
Pasien diabetes post operasi amputasi berisiko mengalami isolasi sosial akibat perubahan kondisi fisik dan psikologis yang dialami. Diagnosa keperawatan Isolasi Sosial dapat ditegakkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah tersebut. Intervensi Isolasi Diri yang diberikan bertujuan untuk membantu pasien meningkatkan interaksi sosial dan mengurangi perasaan terisolasi, baik secara nyata maupun subjektif. -
Article No. 18463 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai untuk Kondisi Demam:
Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi demam adalah "Hipertermia". Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C (99,5°F) yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas atau penurunan pelepasan panas dari tubuh.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu Tubuh Terkendali
- Definisi: Pemeliharaan suhu tubuh dalam rentang normal.
- Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5°C - 37,5°C).
b. Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
c. Pasien melaporkan kenyamanan suhu tubuh.
2. Pengendalian Nyeri
- Definisi: Kemampuan untuk mengontrol dan melaporkan pengurangan rasa sakit.
- Kriteria Hasil:
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
c. Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Hipertermia
- Definisi: Tindakan untuk mengendalikan peningkatan suhu tubuh.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Pantau suhu tubuh pasien secara teratur.
b. Berikan intervensi penurun suhu, seperti kompres hangat, pemberian cairan, dan obat-obatan antipiretik.
c. Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman.
d. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup.
e. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen hipertermia.
2. Manajemen Nyeri
- Definisi: Tindakan untuk mengontrol atau mengurangi rasa sakit yang dialami pasien.
- Aktivitas Keperawatan:
a. Kaji intensitas, lokasi, karakteristik, dan durasi nyeri yang dialami pasien.
b. Berikan intervensi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti pemberian analgesik dan teknik relaksasi.
c. Ajarkan pasien dan keluarga teknik manajemen nyeri yang efektif.
d. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan nyeri yang optimal.
e. Monitor efektivitas intervensi nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
Penjelasan rinci dan terperinci:
Diagnosa Keperawatan SDKI "Hipertermia" dipilih karena kondisi demam menunjukkan peningkatan suhu tubuh di atas 37,5°C. Hipertermia adalah kondisi yang membutuhkan penanganan keperawatan yang tepat untuk mengendalikan suhu tubuh pasien.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI) mencakup "Suhu Tubuh Terkendali" dan "Pengendalian Nyeri". Tujuan utamanya adalah mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal dan mengurangi rasa sakit yang mungkin dialami pasien akibat demam.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) meliputi Manajemen Hipertermia dan Manajemen Nyeri. Intervensi Manajemen Hipertermia fokus pada pemantauan suhu tubuh, pemberian intervensi penurun suhu, dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Sementara Manajemen Nyeri bertujuan untuk mengkaji, mengurangi, dan mengelola nyeri yang mungkin dialami pasien akibat demam.
Dengan penerapan diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi yang tepat, diharapkan kondisi demam pada pasien dapat dikendalikan, suhu tubuh kembali normal, dan rasa sakit yang dialami dapat berkurang, sehingga pasien dapat mencapai pemulihan yang optimal. -
Article No. 18464 | 12 Jun 2025
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI, SLKI, dan SIKI untuk kondisi demam, dengan tone akademis dan persona pakar/perawat.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Hipertermia (00007)
Definisi: Suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pemulihan Suhu Tubuh (1800)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Demam (3900)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
Dalam kondisi demam, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Hipertermia (00007), yang didefinisikan sebagai suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) juga menggunakan kode dan definisi yang sama untuk hipertermia.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) menetapkan Pemulihan Suhu Tubuh (1800) sebagai luaran yang diharapkan, yaitu kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Sementara itu, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) menetapkan Manajemen Demam (3900) sebagai intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, yang didefinisikan sebagai tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang lebih tinggi dari rentang normal.
Dengan demikian, pendekatan keperawatan yang komprehensif untuk kondisi demam meliputi diagnosis, luaran, dan intervensi yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia.