Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4075 | 30 Oct 2024
Klinis : Nn. Leony, 20 tahun, dibawa ke IGD setelah tersengat listrik saat memasak menggunakan kompor listrik. Hasil pengkajian: E4M6V5, pasien mengeluh mati rasa pada tangan kanan, nadi 118x/menit, palpitasi, RR 30x/menit takipnea, TD 100/70 mmHg, SpO2 95%, CRT < 2 detik, luka bakar pada area tangan kanan, dada dan leher, terdapat pada luka area tangan, kemerahan serta kering pada luka area dada dan leher, terdapat bengkak pada area leher dan terdapat crackling sound serta krepitasi, BB 54 kg, TB 162 cm. Hasil pemeriksaan diagnostik: elektrokardiogram: PVC.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta standar SDKI - SLKI - SIKI yang sesuai untuk kondisi Nn. Leony:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko penurunan curah jantung
Penjelasan Singkat:
Nn. Leony mengalami tersengat listrik saat memasak, yang dapat menyebabkan gangguan pada jantung dan sistem kardiovaskular. Hasil pengkajian menunjukkan adanya peningkatan denyut nadi, palpitasi, dan takipnea, yang mengindikasikan risiko penurunan curah jantung.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Penurunan Curah Jantung
SLKI: Pemantauan Jantung
SIKI: Perawatan Kardiovaskular
2. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit
Penjelasan Singkat:
Nn. Leony mengalami luka bakar pada area tangan kanan, dada, dan leher, dengan kemerahan, kekeringan, dan bengkak pada luka. Hal ini mengindikasikan adanya kerusakan integritas kulit.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Kerusakan Integritas Kulit
SLKI: Perawatan Luka
SIKI: Perawatan Luka
3. Diagnosa Keperawatan: Hambatan pertukaran gas
Penjelasan Singkat:
Nn. Leony mengalami takipnea, serta adanya crackling sound dan krepitasi, yang menunjukkan adanya gangguan pada pertukaran gas di paru-paru.
Standar SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI: Hambatan Pertukaran Gas
SLKI: Pemantauan Pernapasan
SIKI: Perawatan Pernapasan
Dalam penerapan diagnosa keperawatan dan intervensi, perawat harus mengacu pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. -
Article No. 4076 | 30 Oct 2024
Klinis : Klien berinisal Tn. D, no Registrasi 123456, berusia 67 tahun, tempat dan tanggal lahir Bone, 17 Agustus 1957, status perkawinan menikah, jenis kelamin laki-laki, Beragama Islam, suku Bugis, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 28 oktober 2024, pukul 11.00 WITA dengan diagnosa medis PPOK Eksaserbasi Akut. Klien diantar istri berusia 50 tahun dengan pekerjaan IRT, pendidikan terakhir SMP. Alasan Pasien masuk Rumah Sakit. Pada tanggal 28 oktober 2024, klien datang dengan keluhan sesak nafas dan batuk, keluarga klien mengatakan “ketika klien keluar dari WC klien langsung sesak nafas dan hari itu juga langsung dibawa ke RSUD Idaman, dan sempat dirawat diruang ICU selama 1 minggu dan dipindahkan ke Ruang penyakit paru”. Pasien di rawat di ruang penyakit paru no 14. Anda perawat yang bertugas mengkaji Pasien. Saat pengkajian diperoleh data Klien mengeluh sulit bernapas, Klien mengeluh mual dan muntah, Klien mengatakan tidak mau makan, Klien mengatakan nafsu makan menurun, Keluarga klien mengatakan hanya bisa terbaring dan aktifitas dibantu oleh keluarga. Klien tampak sesak nafas. Suhu Tubuh 36,7oC. Pernapasan 24x/menit. Tekanan darah 176/60 mmHg. Klien tampak batuk berdahak. Klien sulit mengeluarkan dahak. Klien tampak lemah. Tubuh klien tampak kotor dan rambut berminyak. Klien tidak menghabiskan makan. Klien hanya makan 2-3 sendok . GCS : E4, M5, V3. Suara napas tambahan “wheezing”. Bunyi perkusi Hypersonor. Konjuctiva tampak pucat. Bibir tampak kering. Lidah tampak kotor. Kulit kering. Kulit tampak pucat BB : 50 kg, IMT : 18 kg/m2 Hasil Lab : - HB : 10.5 g/dl dan HT : 3.68 10^/uL
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk tindakan medis berdasarkan informasi yang diberikan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J44.1
- Deskripsi: PPOK Eksaserbasi Akut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.04
- Deskripsi: Pemberian Oksigen
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J44.1 (PPOK Eksaserbasi Akut):
- Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama sesak napas dan batuk, yang merupakan gejala dari eksaserbasi atau serangan akut dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
2. Kode ICD-9-CM 96.04 (Pemberian Oksigen):
- Berdasarkan data pengkajian, pasien tampak sesak napas dan membutuhkan penanganan segera, yang mungkin termasuk pemberian oksigen untuk mengatasi hipoksemia.
Catatan:
- Informasi yang diberikan tidak mencantumkan adanya tindakan medis lain, sehingga hanya pemberian oksigen yang dapat dikodekan menggunakan ICD-9-CM.
- Perawat dapat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, seperti memantau vital signs, mengatasi mual dan muntah, serta memberikan perawatan dasar untuk meningkatkan kenyamanan pasien. -
Article No. 4077 | 30 Oct 2024
Klinis : Klien berinisal Tn. D, no Registrasi 123456, berusia 67 tahun, tempat dan tanggal lahir Bone, 17 Agustus 1957, status perkawinan menikah, jenis kelamin laki-laki, Beragama Islam, suku Bugis, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 28 oktober 2024, pukul 11.00 WITA dengan diagnosa medis PPOK Eksaserbasi Akut. Klien diantar istri berusia 50 tahun dengan pekerjaan IRT, pendidikan terakhir SMP. Alasan Pasien masuk Rumah Sakit. Pada tanggal 28 oktober 2024, klien datang dengan keluhan sesak nafas dan batuk, keluarga klien mengatakan “ketika klien keluar dari WC klien langsung sesak nafas dan hari itu juga langsung dibawa ke RSUD Idaman, dan sempat dirawat diruang ICU selama 1 minggu dan dipindahkan ke Ruang penyakit paru”. Pasien di rawat di ruang penyakit paru no 14. Anda perawat yang bertugas mengkaji Pasien. Saat pengkajian diperoleh data Klien mengeluh sulit bernapas, Klien mengeluh mual dan muntah, Klien mengatakan tidak mau makan, Klien mengatakan nafsu makan menurun, Keluarga klien mengatakan hanya bisa terbaring dan aktifitas dibantu oleh keluarga. Klien tampak sesak nafas. Suhu Tubuh 36,7oC. Pernapasan 24x/menit. Tekanan darah 176/60 mmHg. Klien tampak batuk berdahak. Klien sulit mengeluarkan dahak. Klien tampak lemah. Tubuh klien tampak kotor dan rambut berminyak. Klien tidak menghabiskan makan. Klien hanya makan 2-3 sendok . GCS : E4, M5, V3. Suara napas tambahan “wheezing”. Bunyi perkusi Hypersonor. Konjuctiva tampak pucat. Bibir tampak kering. Lidah tampak kotor. Kulit kering. Kulit tampak pucat BB : 50 kg, IMT : 18 kg/m2 Hasil Lab : - HB : 10.5 g/dl dan HT : 3.68 10^/uL
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, dapat disimpulkan diagnosa keperawatan klien Tn. D sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan SDKI:
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- Faktor yang berhubungan: Produksi sekret yang berlebihan, reflek batuk tidak efektif.
- Gejala dan tanda mayor: Bunyi napas tambahan, kesulitan mengeluarkan sekret, peningkatan frekuensi napas.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor yang berhubungan: Anoreksia, mual, dan muntah.
- Gejala dan tanda mayor: Penurunan berat badan, perubahan status gizi (IMT < 18,5 kg/m2).
c. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin.
- Faktor yang berhubungan: Kelemahan umum.
- Gejala dan tanda mayor: Fatigue, penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi definisi, faktor yang berhubungan, dan gejala serta tanda mayor untuk diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi definisi, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Merupakan standar yang berisi definisi, aktivitas, dan rasionale untuk setiap intervensi keperawatan.
Penerapan SDKI - SLKI - SIKI membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang terstandar dan berpusat pada pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan. -
Article No. 4078 | 30 Oct 2024
Klinis : Persepsi klien terhadap penyakitnya √Cobaan Tuhan hukuman lainnya Ekspresi klien terhadap penyakitnya Biasa saja √gelisah tegang marah/menangis Kegiatan ibadah: Selalu Membutuhkan rohaniawan: ya √tidak Kebutuhan hiburan: lagu rohani Kebutuhan belajar/pemahaman terhadap penyakitnya: Harapan terhadap pekerjaan:
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Tanda dan Gejala Religiositas Terganggu
Penjelasan:
Berdasarkan data yang diberikan, klien memiliki persepsi bahwa penyakitnya merupakan "cobaan Tuhan" dan tidak membutuhkan bantuan rohaniawan. Selain itu, klien juga selalu melakukan kegiatan ibadah. Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada aspek religiositas klien.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Domain: Pola Hidup Sehat
- Kelas: Praktik Spiritual
- Diagnosa Keperawatan: Tanda dan Gejala Religiositas Terganggu
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran Keperawatan: Integritas Spiritual
- Kriteria Hasil: Klien menunjukkan perasaan dekat dengan Tuhan, mengikuti ibadah sesuai keyakinan, dan menerima cobaan dengan tenang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Terapi Spiritual
- Aktivitas Keperawatan: Memfasilitasi kegiatan ibadah, memberikan dukungan emosional, dan membantu klien menggunakan sumber spiritual untuk mengatasi penyakitnya. -
Article No. 4079 | 30 Oct 2024
Klinis : Kemampuan pergerakan sendi: √Bebas Terbatas Kekuatan otot: 5,5,5,5 Kelainan ekstremitas Ya √Tidak Kelainan tulang belakang Ya √Tidak Fraktur Ya √Tidak Traksi/spalk/gips Ya √Tidak Kompartemen syndrome Ya √Tidak Nyeri saat bergerak √ Ya (Level:3 Lokasi: luka post op ) Tidak Odema: √ Ada Tidak ada Lokasi: tungkai bawah Perawatan dan Pergerakan 0 1 2 3 4 Makan / minum √ Toileting √ Berpakaian √ Mobillitas ditempat tidur √ Berpindah √ Ambulasi/ROM √ Keterangan nilai : 0 = mandiri, 1 = dibantu dengan alat, 2. dibantu dengan orang lain 3 = dibatu dengan alat dan orang lain, 4 = tergantung total.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, Diagnosa Keperawatan yang sesuai adalah:
1. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi: Keterbatasan dalam pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak, atau nyeri.
Penjelasan Singkat:
- Kemampuan pergerakan sendi yang bebas dan kekuatan otot yang normal (5/5) menunjukkan tidak adanya kelainan ekstremitas, tulang belakang, atau fraktur.
- Namun, adanya nyeri saat bergerak dengan level 3 dan lokasi di luka post-op serta adanya edema di tungkai bawah dapat menghambat mobilitas fisik pasien.
- Penilaian kemandirian pasien juga menunjukkan keterbatasan dalam mobilitas, seperti dibutuhkan bantuan dalam aktivitas toileting, berpindah, dan ambulasi/ROM.
2. Risiko Kerusakan Integritas Kulit
Definisi: Peningkatan risiko kerusakan pada epidermis dan/atau dermis.
Penjelasan Singkat:
- Adanya luka post-op dan edema di tungkai bawah meningkatkan risiko kerusakan integritas kulit, seperti terjadinya iritasi, infeksi, atau bahkan kerusakan lebih lanjut.
- Perlu pengawasan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa dan penjelasan di atas sesuai dengan kondisi yang dipaparkan. -
Article No. 4080 | 30 Oct 2024
Klinis : demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, saya Perawat yang akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat dari SDKI, SLKI, dan SIKI standar Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi demam.
Diagnosa Keperawatan:
Hiperthermi berhubungan dengan proses patologis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Hiperthermi adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal (36,5-37,5°C) yang disebabkan oleh proses patologis.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosis hiperthermi antara lain:
1. Klien mencapai suhu tubuh normal.
2. Klien menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
3. Klien bebas dari komplikasi akibat hiperthermi.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi hiperthermi antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan.
3. Pemberian obat penurun demam sesuai indikasi.
4. Pengaturan lingkungan yang nyaman.
5. Edukasi kepada klien dan keluarga mengenai manajemen demam.
Demikian penjelasan singkat dari saya mengenai Diagnosa Keperawatan dan standar SDKI, SLKI, SIKI untuk kondisi demam. Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lain, silakan ditanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 4081 | 30 Oct 2024
Klinis : Keluhan : √ sesak Batuk : √Produktif Sekret : √ Warna : kuning bau : - Pola nafas irama: - Jenis : Dispnoe Lain-lain: Suara nafas: Vesikuler Lain-lain: Alat bantú nafas: Oksigen Jenis: NC flow : 4 Lp m Lain-lain : nyeri waktu nafas tidak sesak Tidak produktif tidak batuk konsistensi : - Teratur Tidak teratur Kusmaul Ceyne Stokes Stridor Wheezing √Ronchi Ya √Tidak
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
- Penyebab: Akumulasi sekresi, bronkospasme, kelemahan otot pernapasan.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Permeabilitas Jalan Napas: Kemampuan untuk mempertahankan aliran udara yang adekuat melalui saluran napas.
- Pengeluaran Sekret: Kemampuan untuk mengeluarkan sekret dari saluran napas.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Jalan Napas: Tindakan untuk memelihara atau memperbaiki permeabilitas jalan napas.
- Terapi Oksigen: Pemberian oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
- Manajemen Batuk: Tindakan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dari saluran napas.
Dalam kasus ini, Anda menunjukkan gejala sesak napas, batuk produktif, dan adanya sekret dengan warna kuning. Berdasarkan data tersebut, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen jalan napas, terapi oksigen, dan manajemen batuk untuk mempertahankan permeabilitas jalan napas dan memfasilitasi pengeluaran sekret. -
Article No. 3877 | 29 Oct 2024
Klinis : pasoen kejang
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis untuk kondisi pasien kejang:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R56.8
- Deskripsi: Kejang lainnya
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 89.14
- Deskripsi: Pemantauan elektroensefalografi [EEG]
Penjelasan:
Kode ICD-10 R56.8 (Kejang lainnya) digunakan untuk mengklasifikasikan kejang yang tidak termasuk dalam kategori lainnya, seperti kejang demam (R56.0) atau kejang neonatal (P90). Kode ini mencakup semua jenis kejang yang tidak memiliki penyebab yang jelas atau tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis spesifik yang dilaporkan. Namun, salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengevaluasi pasien dengan kejang adalah pemantauan elektroensefalografi (EEG), yang memiliki kode ICD-9-CM 89.14. Prosedur ini digunakan untuk merekam aktivitas elektrik di otak, yang dapat membantu mendiagnosis dan mengelola kondisi kejang pada pasien. -
Article No. 3878 | 29 Oct 2024
Klinis : pasoen kejang
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien dengan kejang.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Cedera Berhubungan dengan Aktivitas Kejang
Penjelasan:
- Risiko Cedera adalah diagnosa keperawatan yang menggambarkan kerentanan individu terhadap luka fisik atau psikologis yang dapat terjadi selama atau sebagai hasil dari situasi atau kondisi tertentu.
- Pada pasien dengan kejang, terdapat risiko cedera yang tinggi akibat aktivitas kejang yang tidak terkontrol, seperti terjatuh, membentur kepala, menggigit lidah, dan lain-lain.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien bebas dari cedera selama episode kejang.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Identifikasi faktor-faktor pencetus kejang.
2. Monitoring tanda-tanda vital dan aktivitas kejang secara berkala.
3. Memberikan penanganan segera saat terjadi kejang, seperti memposisikan pasien dengan aman, menjaga jalan napas, dan memberikan obat anti-kejang jika dibutuhkan.
4. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manajemen kejang dan pencegahan cedera.
Dengan melaksanakan intervensi keperawatan yang tepat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat bebas dari cedera selama episode kejang dan dapat mengelola kondisinya dengan baik. -
Article No. 3879 | 29 Oct 2024
Klinis : Pasien pria, usia 45 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas, hasil rontgen menunjukkan adanya lesi di paru. Diagnosis awal adalah tuberkulosis paru.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk pasien pria berusia 45 tahun dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu, demam, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan suara napas bronkial di paru kanan atas dan lesi di paru, dengan diagnosis awal tuberkulosis paru, maka kode yang sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: A15.0
- Deskripsi: Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 33.24
- Deskripsi: Bronkoskopi, tidak dinyatakan biopsi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 A15.0 (Tuberkulosis paru dengan pemeriksaan bakteriologis atau histologis positif) dipilih karena pasien memiliki gejala yang khas untuk tuberkulosis paru, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya lesi di paru. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi kasus tuberkulosis paru yang dapat dibuktikan secara bakteriologis atau histologis.
2. Kode ICD-9-CM 33.24 (Bronkoskopi, tidak dinyatakan biopsi) dapat dipertimbangkan jika prosedur bronkoskopi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru, misalnya untuk pengambilan sampel spesimen untuk pemeriksaan bakteriologis atau histologis.
Pengkodean ini dilakukan berdasarkan informasi yang diberikan dan sesuai dengan standar klasifikasi penyakit dan prosedur medis yang berlaku. Pengkodean yang tepat sangat penting untuk dokumentasi medis, penagihan, dan analisis epidemiologis.