Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 5923 | 15 Nov 2024
Klinis : 4. Seorang perempuan usia 40 tahun dirawat dengan fraktur cruris kanan. Pasien mengeluh nyeri pada daerah fraktur, bertambah nyeri bila melakukan alih posisi. Pada pengkajian ditemukan bengkak diarea fraktur. Perawat menegakkan masalah nyeri akut.Apakah intervensi keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri Akut berhubungan dengan fraktur cruris kanan
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri Akut berhubungan dengan fraktur cruris kanan karena adanya cedera pada tulang dan jaringan di area tersebut, yang menyebabkan rasa sakit yang dirasakan oleh pasien.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk Nyeri Akut berhubungan dengan fraktur cruris kanan adalah pasien dapat melaporkan nyeri berkurang, mempertahankan istirahat dan tidur yang adekuat, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi Nyeri Akut berhubungan dengan fraktur cruris kanan antara lain:
1. Manajemen Nyeri: Memberikan analgesik sesuai resep, mengatur posisi tubuh, menggunakan modalitas non-farmakologis (kompres dingin, terapi musik, distraksi, dan lain-lain) untuk mengurangi nyeri.
2. Perawatan Luka: Melakukan perawatan luka fraktur dengan benar, mempertahankan posisi ekstremitas yang tepat, dan memantau tanda-tanda infeksi.
3. Mobilisasi Terbatas: Membantu pasien dalam melakukan perubahan posisi dan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi.
4. Edukasi Manajemen Nyeri: Mengajarkan pasien dan keluarga tentang strategi mengatasi nyeri, seperti penggunaan analgesik, teknik relaksasi, dan distraksi.
Dengan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat, diharapkan dapat membantu mengatasi Nyeri Akut yang dialami pasien dengan fraktur cruris kanan dan mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 5924 | 15 Nov 2024
Klinis : 4. Seorang perempuan usia 40 tahun dirawat dengan fraktur cruris kanan. Pasien mengeluh nyeri pada daerah fraktur, bertambah nyeri bila melakukan alih posisi. Pada pengkajian ditemukan bengkak diarea fraktur. Perawat menegakkan masalah nyeri akut.Apakah intervensi keperawatan yang tepat?
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi berikut:
Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
Karakteristik utama: Melaporkan nyeri, mengekspresikan ketidaknyamanan, perubahan tekanan darah, nadi, dan pernapasan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Sesuai dengan diagnosis keperawatan Nyeri Akut, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
a. Kontrol Nyeri
Definisi: Kemampuan individu untuk mengendalikan nyeri.
Kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri terkontrol.
2) Menggunakan tindakan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
3) Menjelaskan strategi untuk mengendalikan nyeri.
4) Menunjukkan kecemasan yang terkontrol terkait nyeri.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output Kontrol Nyeri, intervensi keperawatan yang diperlukan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah:
a. Manajemen Nyeri
Definisi: Serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan nyeri.
Aktivitas keperawatan:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi.
2) Berikan intervensi farmakologis sesuai dengan kebutuhan.
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat/dingin, relaksasi, dan distraksi.
4) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter, fisioterapis) untuk mengelola nyeri.
5) Pantau efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
6) Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri.
Penjelasan rinci:
Berdasarkan kondisi pasien yang mengalami fraktur cruris (patah tulang betis) kanan dengan keluhan nyeri yang bertambah saat melakukan alih posisi dan adanya bengkak di area fraktur, maka diagnosis keperawatan yang tepat adalah Nyeri Akut. Hal ini sesuai dengan definisi dan karakteristik utama dari diagnosis tersebut.
Luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan adalah Kontrol Nyeri, yang mencakup kemampuan pasien untuk melaporkan nyeri terkontrol, menggunakan tindakan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, menjelaskan strategi mengendalikan nyeri, dan menunjukkan kecemasan yang terkontrol terkait nyeri.
Untuk mencapai luaran Kontrol Nyeri, intervensi keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri, yang mencakup pengkajian nyeri komprehensif, pemberian intervensi farmakologis, pengajaran teknik nonfarmakologis, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, pemantauan efektivitas intervensi, dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Intervensi ini bertujuan untuk mengendalikan nyeri yang dialami pasien secara efektif.
Dengan penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai kontrol nyeri yang optimal, sehingga dapat membantu pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. -
Article No. 5925 | 15 Nov 2024
Klinis : 7. Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu, dengan skala nyeri 7 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan saat istirahat nyeri tidak berkurang. Tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi 143 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit. Kemudian dokter memberikan Nitrogliserin untuk segera diberikan ke pasien.Apakah fungsi dari pemberian Nitrogliserin pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang Anda deskripsikan, saya sebagai perawat profesional memberikan diagnosa keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI, dan fungsi pemberian Nitrogliserin sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan sindrom koroner akut, ditandai dengan nyeri dada yang dirasakan seperti tertindih beban berat, skala nyeri 7, dan meningkat saat beraktivitas.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain).
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Setelah intervensi keperawatan, pasien akan melaporkan penurunan skala nyeri, mampu mengontrol nyeri, dan mendemonstrasikan perilaku untuk mengurangi nyeri.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain pemberian analgetik, teknik relaksasi, terapi panas/dingin, dan edukasi manajemen nyeri.
Fungsi Pemberian Nitrogliserin:
Nitrogliserin adalah obat yang berfungsi sebagai vasodilator (melebarkan pembuluh darah). Pemberian Nitrogliserin pada pasien dengan nyeri dada akibat sindrom koroner akut bertujuan untuk mengurangi beban kerja jantung dengan melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung meningkat dan nyeri akibat iskemia miokard berkurang.
Dengan pemberian Nitrogliserin secara cepat, diharapkan dapat mengurangi gejala nyeri dada dan memperbaiki aliran darah ke jantung. Selanjutnya, diperlukan pemantauan yang cermat terhadap tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap obat. -
Article No. 5926 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu, dengan skala nyeri 7 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan saat istirahat nyeri tidak berkurang. Tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi 143 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit. Kemudian dokter memberikan Nitrogliserin untuk segera diberikan ke pasien.Apakah fungsi dari pemberian Nitrogliserin pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, pasien tersebut kemungkinan mengalami diagnosis keperawatan Nyeri Akut, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan jaringan.
SLKI (Standar luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan yang diharapkan:
1. Nyeri terkontrol
2. Pasien mampu mengontrol nyeri
3. Pasien melaporkan penurunan rasa nyeri
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Manajemen Nyeri: Tindakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan faktor yang menyebabkan atau memperberat nyeri.
2. Pemberian Vasodilatasi: Tindakan pemberian obat-obatan yang dapat melebarkan pembuluh darah, seperti nitrogliserin.
Fungsi pemberian Nitrogliserin pada pasien:
Nitrogliserin adalah obat yang bekerja sebagai vasodilator, yaitu melebarkan pembuluh darah koroner (arteri yang mensuplai darah ke jantung). Dengan melebarnya pembuluh darah koroner, aliran darah ke jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen jantung terpenuhi. Hal ini dapat mengurangi nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien.
Pemberian nitrogliserin dapat membantu mengatasi nyeri dada yang timbul akibat iskemia miokard (kurangnya pasokan darah dan oksigen ke otot jantung), yang merupakan gejala dari penyakit jantung koroner. Dengan menurunnya nyeri, diharapkan kondisi pasien dapat lebih stabil dan dapat diberikan perawatan lebih lanjut. -
Article No. 5927 | 15 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak 3 jam yang lalu, dengan skala nyeri 7 dan kualitas seperti tertindih beban berat. Pasien mengatakan saat beraktifitas nyerinya meningkat dan saat istirahat nyeri tidak berkurang. Tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 110/ 72 mmHg, frekuensi nadi 143 kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit. Kemudian dokter memberikan Nitrogliserin untuk segera diberikan ke pasien.Apakah fungsi dari pemberian Nitrogliserin pada pasien?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard, ditandai dengan keluhan nyeri dada kiri, skala nyeri 7, dan kualitas nyeri seperti tertindih beban berat.
Penjelasan Singkat SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah seperti kerusakan tersebut. Ciri-cirinya meliputi ekspresi wajah kesakitan, perubahan tanda-tanda vital, dan perilaku protektif.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
2. Pasien menunjukkan perilaku untuk mengurangi nyeri.
3. Pasien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, memberikan analgetik sesuai instruksi, dan mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. Pemantauan tanda-tanda vital: Memonitor tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi napas secara berkala.
Fungsi Nitrogliserin:
Nitrogliserin adalah obat yang bekerja sebagai vasodilator, yaitu melebarkan pembuluh darah koroner (jantung) dan menurunkan beban kerja jantung. Pemberian Nitrogliserin pada pasien ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dada dengan meningkatkan aliran darah ke jantung dan mengurangi ischemia miokard.
Dengan demikian, perawat berperan penting dalam mengatasi nyeri akut pada pasien dengan iskemia miokard melalui pengkajian yang komprehensif, pengelolaan nyeri yang efektif, serta pemantauan tanda-tanda vital secara berkala. -
Article No. 5928 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan untuk kondisi pasien anak perempuan berusia 5 tahun dengan kemungkinan penyakit campak.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus campak, ditandai dengan demam tinggi selama 3 hari.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan kelelahan akibat penyakit campak, ditandai dengan pasien tampak lemah dan kelelahan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun akibat penyakit campak, ditandai dengan adanya ruam merah di kulit dan bintik Koplik di mukosa mulut.
4. Gangguan pola napas berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan akibat penyakit campak, ditandai dengan batuk kering.
5. Gangguan penglihatan berhubungan dengan infeksi virus campak, ditandai dengan mata merah.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Suhu tubuh pasien kembali normal dalam rentang 36,5-37,5°C.
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Tidak terjadi komplikasi infeksi selama perawatan.
4. Pasien dapat bernapas dengan mudah tanpa adanya batuk yang mengganggu.
5. Tidak terjadi gangguan penglihatan yang lebih buruk selama perawatan.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen demam:
a. Pantau suhu tubuh pasien secara teratur.
b. Berikan kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh.
c. Berikan obat penurun demam sesuai indikasi.
d. Anjurkan pasien minum banyak cairan.
2. Manajemen aktivitas dan istirahat:
a. Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai tingkat energinya.
b. Anjurkan pasien untuk beristirahat yang cukup.
c. Berikan terapi bermain yang sesuai untuk anak.
3. Manajemen infeksi:
a. Lakukan perawatan kulit dan mukosa secara rutin.
b. Pantau tanda-tanda infeksi dan segera laporkan jika ada.
c. Berikan edukasi kepada keluarga tentang pencegahan penularan.
4. Manajemen pola napas:
a. Pantau frekuensi, kedalaman, dan pola napas pasien.
b. Berikan terapi uap/humidifier untuk melembapkan jalan napas.
c. Ajarkan teknik batuk efektif dan exercise pernapasan.
5. Manajemen gangguan penglihatan:
a. Bersihkan mata pasien secara rutin dengan larutan steril.
b. Berikan tetes mata sesuai indikasi untuk mengurangi iritasi.
c. Edukasi keluarga tentang perawatan mata selama perawatan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terencana dengan baik, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan dan pulih dari penyakit campak tanpa mengalami komplikasi yang lebih serius. -
Article No. 5929 | 15 Nov 2024
Klinis : 10. Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun dirawat di ICU. Pasien mengalami syok kardiogenik dan diberikan terapi oleh dokter Dopamin 10 mcg/kg/mnt melalui syringe pump. Berat badan pasien 60 kg. Sediaan obat 10 ml terdapat 200 mg dopamine. Diberikan dalam syringe 50ml.1 mg = 1000 mcg (Rumus : v = dosis x BB x 60 x Volume ) Sediaan obat.Berapa volume yang diberikan setiap jam? A. 7 B. 8 C. 9 D. 10 E. 11
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif
Penjelasan:
Kondisi pasien dengan syok kardiogenik memerlukan pemberian terapi dopamin untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat. Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif, yang mengindikasikan adanya risiko penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan akibat gangguan pada sistem kardiovaskular.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Perfusi Jaringan Tidak Efektif adalah keadaan di mana individu berisiko mengalami penurunan suplai oksigen dan/atau nutrisi ke jaringan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah Perfusi Jaringan Efektif, yang ditandai dengan parameter seperti tekanan darah, frekuensi jantung, saturasi oksigen, dan tanda-tanda vital lainnya yang berada dalam rentang normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pemantauan tanda-tanda vital secara ketat
2. Pemberian terapi obat sesuai dengan resep dokter (dalam hal ini pemberian dopamin)
3. Manajemen syok
4. Manajemen cairan dan elektrolit
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Terkait perhitungan volume dopamin yang diberikan, berdasarkan informasi yang diberikan:
Dosis dopamin = 10 mcg/kg/menit
Berat badan pasien = 60 kg
Sediaan obat = 10 ml terdapat 200 mg dopamine
Syringe yang digunakan = 50 ml
Maka, volume dopamin yang diberikan setiap jam adalah:
v = (dosis x BB x 60 x Volume syringe) / Sediaan obat
v = (10 mcg/kg/mnt x 60 kg x 60 mnt/jam x 50 ml) / (200 mg/10 ml)
v = 9 ml/jam
Jadi, jawaban yang tepat adalah C. 9 ml/jam. -
Article No. 5930 | 15 Nov 2024
Klinis : Pasien laki-laki berusia 50 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak napas, sesak napas memberat saat beraktifitas, letih dan lemah, serta edema ekstremitas bawah. Hasil X- Ray terdapat Cardiomegali. Pasien mendapatkan terapi digitalis IV. Apakah prioritas tindakan pada pasien ? A. Memantau hemodinamik B. Memantau curah jantung C. Memantau saturasi oksigen D. Memantau pola pernapasan E. Memantau status cairan dan elektrolit
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang disediakan, pasien ini tampaknya mengalami kondisi gagal jantung kongestif. Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien, serta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan peningkatan beban jantung, seperti yang ditunjukkan oleh sesak napas dan edema ekstremitas bawah.
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan pola napas: Ketidakmampuan untuk bernapas dengan mudah dan lancar.
- Penyebab: Peningkatan beban jantung, kelelahan otot pernapasan, dan edema paru.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat bernapas dengan mudah dan lancar, tidak ada tanda-tanda kegagalan pernapasan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Memantau pola pernapasan, auskultasi bunyi napas, bantu pasien untuk posisi yang nyaman, kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi oksigen dan diuretik.
Berdasarkan informasi yang diberikan, prioritas tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
D. Memantau pola pernapasan
Alasan: Memantau pola pernapasan merupakan intervensi keperawatan yang penting untuk menilai efektivitas ventilasi dan mendeteksi adanya perubahan yang dapat menandakan adanya peningkatan beban jantung atau gangguan pernapasan lainnya. -
Article No. 5931 | 15 Nov 2024
Klinis : 12. Laki-laki (50thn) dengan congestif heart failure, mengeluh sangat haus dan ingin minum terus.Manakah tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus tersebut di atas? A. Memberikan pasien minum B. Mengukur balance cairan C. Kolaborasi dengan dokter D. Tidak memberikan pasien minum E. Mengnjurkan pasien untuk membantasi asupan cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan tone akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kasus seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan congestive heart failure yang mengeluh sangat haus dan ingin minum terus.
Diagnosa Keperawatan:
Berdasarkan kondisi yang dideskripsikan, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Ketidakseimbangan Volume Cairan (Fluid Volume Imbalance) terkait dengan retensi cairan, yang ditandai dengan keluhan pasien yang sangat haus dan ingin minum terus.
Penjelasan SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) menyatakan bahwa Ketidakseimbangan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana ada peningkatan atau penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) mengidentifikasi luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan, salah satunya adalah Keseimbangan Cairan yang Membaik. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) menyarankan beberapa intervensi keperawatan, di antaranya:
1. Kolaborasi dengan dokter untuk mengevaluasi dan mengelola kebutuhan cairan pasien.
2. Pemantauan status cairan secara ketat, termasuk pengukuran intake dan output cairan.
3. Pembatasan asupan cairan sesuai dengan kondisi klinis pasien.
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya pembatasan asupan cairan.
Tindakan Utama:
Berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI, tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus ini adalah:
C. Kolaborasi dengan dokter
Alasannya, pasien dengan congestive heart failure memerlukan pengelolaan yang komprehensif, termasuk evaluasi dan penanganan medis oleh dokter. Kolaborasi dengan dokter sangat penting untuk mengevaluasi kondisi pasien, menentukan strategi pengurangan retensi cairan yang tepat, dan membuat rencana perawatan yang sesuai. -
Article No. 5932 | 15 Nov 2024
Klinis : 13. Seorang laki-laki usia 54 th dengan keluhan ada luka pada telapak kaki sebelah kiri terkena pecahan kaca 1 minggu yang lalu, terasa nyeri, skala nyeri 4 dan keadaan luka mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan, teraba hangat disekitar luka, terdapat pus. Perawat sedang melakukan perawatan luka, saat ini balutan sudah dibuka.Apakah tindakan keperawatan selanjutnya? A. Irigasi luka B. Mengeluarkan pus C. Membersihkan luka D. Menyiapkan NaCl 0,9% E. Ganti sarung tangan steril
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien menunjukkan tanda-tanda adanya infeksi pada luka, yaitu pembengkakan, kemerahan, hangat, dan adanya pus. Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi berhubungan dengan luka terbuka pada telapak kaki kiri.
Penjelasan Singkat:
SDKI: Risiko Infeksi didefinisikan sebagai peningkatan risiko terjadinya infeksi yang disebabkan oleh organisme patogen.
SLKI: Luaran yang diharapkan adalah Tidak Terjadi Infeksi, dengan kriteria hasil seperti luka tidak mengalami infeksi, tanda-tanda infeksi tidak ada, dan tidak ada peningkatan nyeri.
SIKI: Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Irigasi luka dengan NaCl 0,9% untuk membersihkan luka dan mengurangi risiko infeksi.
2. Mengeluarkan pus dari luka untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Membersihkan luka dengan teknik aseptik menggunakan kasa steril untuk mengurangi bakteri dan mencegah infeksi.
4. Menyiapkan NaCl 0,9% sebagai cairan irigasi luka.
5. Mengganti sarung tangan steril saat melakukan perawatan luka untuk mencegah kontaminasi.
Jadi, tindakan keperawatan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah A. Irigasi luka, B. Mengeluarkan pus, C. Membersihkan luka, D. Menyiapkan NaCl 0,9%, dan E. Ganti sarung tangan steril.