Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4034 | 30 Oct 2024
Klinis : klien dengan diare karea gastroenteritis akut
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Diare berhubungan dengan gastroenteritis akut
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Diare berhubungan dengan gastroenteritis akut ditandai dengan peningkatan frekuensi, konsistensi cair, dan volume pengeluaran tinja. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit pada saluran pencernaan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari diagnosa ini adalah klien dapat mengenali tanda dan gejala diare, dapat mengelola diare dengan baik, dapat mempertahankan status hidrasi yang adekuat, dan dapat mencegah komplikasi akibat diare.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kaji tanda dan gejala diare, status hidrasi, dan komplikasi potensial.
2. Berikan edukasi tentang penyebab, pencegahan, dan pengelolaan diare.
3. Pantau asupan dan output cairan serta elektrolit.
4. Berikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai indikasi.
5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian obat-obatan sesuai kebutuhan.
6. Berikan kenyamanan dan dukung aktivitas perawatan diri klien.
Dengan penerapan SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas untuk mengatasi diare akibat gastroenteritis pada klien. -
Article No. 4035 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien dengan acute respiratory distress syndrom
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dengan senang hati saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis terkait kondisi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) pada pasien.
1. Kode ICD-10:
- Kode: J80
- Deskripsi: Sindrom gangguan pernapasan akut
ARDS, juga dikenal sebagai acute lung injury (ALI), merupakan kondisi medis yang ditandai dengan peradangan paru-paru dan akumulasi cairan di dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru untuk bertukar gas oksigen dan karbon dioksida secara efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi paru-paru, sepsis, aspirasi, trauma dada, dan lain-lain.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.70
- Deskripsi: Terapi ventilasi mekanis, tidak dispesifikasi lainnya
Pada pasien dengan ARDS, intervensi utama yang sering dilakukan adalah terapi ventilasi mekanis (mechanical ventilation) untuk membantu menunjang fungsi pernafasan dan memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat. Prosedur ini melibatkan penggunaan ventilator untuk membantu pasien bernafas dan mengatur parameter ventilasi sesuai kondisi klinis pasien.
Selain itu, tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah pemberian oksigen tambahan, manajemen cairan, dan penggunaan obat-obatan seperti diuretik, kortikosteroid, atau surfaktan eksogen, tergantung pada penyebab dan berat-ringannya kondisi ARDS. -
Article No. 4036 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien dengan acute respiratory distress syndrom
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien dengan acute respiratory distress syndrom.
Diagnosa Keperawatan:
1. Pola Napas Tidak Efektif
Definisi: Ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan pola napas yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Karakteristik Definisi: Peningkatan usaha bernapas, irama napas tidak teratur, hipoksemia, hiperkapnia.
- Faktor Berhubungan: Gangguan mekanik, imbalans neurologis, perubahan patologis pada paru.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran: Pola napas efektif, Pertukaran gas adekuat, Saturasi oksigen memadai.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi: Manajemen jalan napas, Manajemen ventilasi mekanis, Terapi oksigen.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan assessment menyeluruh terhadap pasien, memantau tanda-tanda vital, mengatur terapi oksigen, dan memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi pola napas tidak efektif serta memastikan pertukaran gas dan oksigenasi yang adekuat pada pasien dengan acute respiratory distress syndrom. -
Article No. 4037 | 30 Oct 2024
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien yang datang dengan keluhan demam.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas nilai normal, biasanya diakibatkan oleh proses infeksi, radang, atau gangguan termoregulasi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Tanda-tanda infeksi berkurang
3. Gejala hipertermia teratasi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Pemantauan suhu tubuh
2. Pemberian antipiretik
3. Manajemen lingkungan (mengatur suhu dan kelembaban ruangan)
4. Manajemen cairan dan elektrolit
5. Edukasi pasien dan keluarga terkait hipertermia dan penanganannya
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan langkah-langkah keperawatan sesuai dengan standar SDKI, SLKI, dan SIKI yang telah ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk menangani kondisi hipertermia pada pasien. Saya akan bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan dapat segera pulih. -
Article No. 4038 | 30 Oct 2024
Klinis : Keluarga pasien mengatakan sulit menelan makanan dan minuman, pasien tampak mengeluarkan air liur berlebih
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien tersebut dapat didiagnosis sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R13.0
- Deskripsi: Disfagia, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.02
- Deskripsi: Oesophageal manometry
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R13.0 (Disfagia, tidak terspesifikasi) sesuai dengan gejala utama yang dilaporkan, yaitu kesulitan menelan makanan dan minuman. Disfagia adalah gangguan menelan yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti gangguan neuromuskular, obstruksi saluran pencernaan atas, atau gangguan motilitas esofagus.
2. Jika diperlukan, tindakan medis yang dapat dilakukan adalah oesophageal manometry (kode ICD-9-CM 96.02). Ini adalah prosedur diagnostik yang mengukur tekanan dan pola pergerakan di sepanjang esofagus, membantu mengidentifikasi penyebab disfagia pada pasien.
Pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut oleh dokter spesialis, seperti gastroenterolog atau neurolog, akan diperlukan untuk menentukan penyebab spesifik disfagia pada pasien ini dan rencana tatalaksana yang sesuai. -
Article No. 4039 | 30 Oct 2024
Klinis : Keluarga pasien mengatakan sulit menelan makanan dan minuman, pasien tampak mengeluarkan air liur berlebih
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Menelan (Disfagia)
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Disfagia merupakan suatu gangguan dalam proses menelan yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti penyakit saraf, penyakit otot, kelainan anatomi, atau perkembangan yang tidak normal. Gejala klinik yang sering muncul adalah kesulitan dalam menelan makanan dan minuman, adanya perasaan tersumbat saat menelan, serta keluarnya air liur berlebih.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dalam penanganan disfagia adalah pasien dapat menelan makanan dan minuman dengan aman, tidak terjadi aspirasi, dan tidak ada komplikasi lainnya. Pasien juga dapat mempertahankan berat badan dan asupan nutrisi yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Manajemen disfagia, meliputi pengkajian status menelan, edukasi pasien dan keluarga, serta pemberian diet yang sesuai.
2. Terapi menelan, seperti latihan otot-otot pada proses menelan.
3. Pencegahan komplikasi, seperti pencegahan aspirasi dan mempertahankan status nutrisi.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti ahli gizi dan terapis wicara, untuk penanganan komprehensif.
Dengan penanganan yang tepat, diharapkan pasien dapat memperbaiki kemampuan menelannya dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. -
Article No. 4040 | 30 Oct 2024
Klinis : bab sakit di sekitar anus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Gangguan Eliminasi Fekal
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Gangguan Eliminasi Fekal adalah ketidakmampuan untuk buang air besar secara teratur dan tidak nyaman, yang ditandai dengan adanya nyeri atau rasa tidak nyaman di sekitar anus.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari penanganan Gangguan Eliminasi Fekal adalah pasien dapat melakukan eliminasi fekal secara normal, dengan indikator seperti frekuensi BAB normal, konsistensi feses normal, dan tidak ada rasa nyeri atau tidak nyaman saat BAB.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Manajemen konstipasi, dengan tindakan seperti pemberian laksatif, pengaturan pola makan, dan peningkatan aktivitas fisik.
2. Manajemen nyeri, dengan tindakan seperti pemberian analgesik, kompres hangat, dan teknik relaksasi.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai pola eliminasi normal dan perawatan diri.
Sebagai perawat, saya akan memastikan bahwa pasien mendapatkan penanganan yang komprehensif sesuai dengan standar keperawatan yang berlaku, dengan tujuan untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal dan memulihkan kesehatan pasien. -
Article No. 4041 | 30 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosis yang paling sesuai adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: B05.9
- Deskripsi: Campak, tanpa komplikasi
Penjelasan:
Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami gejala-gejala khas campak, yaitu demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Berdasarkan manifestasi klinis tersebut, diagnosis yang paling tepat adalah campak, tanpa komplikasi, yang tercakup dalam kode ICD-10 B05.9.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik untuk tindakan medis dalam kasus ini.
Pada kasus ini, tidak ada tindakan medis khusus yang memerlukan kode ICD-9-CM. Perawatan yang diberikan biasanya bersifat suportif, seperti pemberian obat penurun demam, menjaga hidrasi, dan memantau perkembangan gejala. Penanganan utama adalah memberikan terapi simptomatik dan memastikan pemulihan pasien. -
Article No. 4042 | 30 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan analisis diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien anak perempuan usia 5 tahun yang mengalami gejala kemungkinan penyakit campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Infeksi Terkait Penyakit Campak
- Penjelasan: Pasien anak usia 5 tahun mengalami demam tinggi, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah, yang merupakan gejala-gejala khas penyakit campak. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi lebih lanjut.
2. Intoleransi Aktivitas Terkait Demam dan Kelemahan
- Penjelisan: Pasien mengalami demam tinggi yang dapat menyebabkan kelemahan dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
3. Nyeri Akut Terkait Gejala Penyakit Campak
- Penjelasan: Pasien dapat mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan gejala penyakit campak, seperti ruam merah di kulit dan peradangan pada mata.
Penjelasan Singkat Berdasarkan Standar SDKI, SLKI, dan SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
1. Risiko Infeksi: Keadaan rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan.
3. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Bebas Infeksi: Pasien terbebas dari infeksi.
2. Toleransi Aktivitas Meningkat: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
3. Nyeri Terkendali: Pasien mampu mengontrol nyeri yang dirasakan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Infeksi: Upaya perlindungan terhadap infeksi dengan mencegah, mengendalikan, dan mengobati.
2. Manajemen Aktivitas: Upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
3. Manajemen Nyeri: Upaya untuk mengidentifikasi dan mengurangi faktor penyebab nyeri serta meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi nyeri. -
Article No. 4043 | 30 Oct 2024
Klinis : Pasien H umur 63 tahun dibawa keluarganya masuk rumah sakit. Dengan riwayat perokok, tidak dapat berbicara, dan kesulitan menelan makanan dan minuman. Catatan klinis hemiparesis sinistra.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien H, seorang laki-laki berusia 63 tahun, dengan riwayat perokok, tidak dapat berbicara, kesulitan menelan makanan dan minuman, serta catatan klinis hemiparesis sinistra (kelumpuhan setengah badan sebelah kiri), maka dapat ditentukan diagnosis dan kode ICD-10 sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I69.351
- Deskripsi: Hemiplegia dan hemiparesis yang mengikuti stroke, yang memengaruhi anggota gerak tidak dominan, dengan gangguan menelan
Penjelasan:
- Kode I69.351 menggambarkan kondisi hemiparesis (kelumpuhan setengah badan) yang disebabkan oleh stroke sebelumnya, yang memengaruhi anggota gerak yang tidak dominan (dalam kasus ini, sisi kiri), disertai dengan gangguan menelan.
- Pasien memiliki riwayat perokok, yang merupakan salah satu faktor risiko stroke. Kondisi tidak dapat berbicara dan kesulitan menelan makanan dan minuman juga sesuai dengan gejala hemiparesis akibat stroke.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode spesifik prosedur medis yang tercantum.
- Deskripsi: Tidak ada prosedur medis yang dijelaskan dalam kasus ini.
Dalam kasus ini, tidak disebutkan adanya prosedur atau tindakan medis spesifik yang dilakukan. Fokus utama adalah pada diagnosis hemiparesis sinistra akibat stroke sebelumnya, disertai dengan gangguan menelan.