Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 20435 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan mata kabur akibat glukoma
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran/output yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk kondisi pasien dengan keluhan mata kabur akibat glaukoma.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien dengan keluhan mata kabur akibat glaukoma adalah "Gangguan Penglihatan" (SDKI, 2017). Gangguan Penglihatan didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kemampuan visual yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada kasus glaukoma, peningkatan tekanan intraokular dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan kehilangan lapangan pandang, sehingga mengakibatkan penglihatan kabur.
Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Penglihatan: Pasien mampu mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan sesuai dengan kemampuan.
2. Kemandirian dalam Aktivitas Sehari-hari: Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dengan bantuan minimal atau tanpa bantuan.
3. Kontrol Tekanan Intraokular: Pasien mampu mempertahankan tekanan intraokular dalam batas normal.
4. Pengetahuan tentang Glaukoma: Pasien dan keluarga memahami etiologi, tanda-tanda, pengobatan, dan pencegahan komplikasi glaukoma.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
1. Manajemen Penglihatan:
a. Monitoring dan dokumentasi status penglihatan pasien, seperti visus, lapangan pandang, dan adaptasi cahaya.
b. Mengoptimalkan pencahayaan di lingkungan sekitar pasien.
c. Melatih pasien untuk menggunakan bantuan visual (kacamata, lup, dll.) secara efektif.
d. Mengajarkan teknik kompensasi untuk meningkatkan fungsi penglihatan.
2. Perawatan Mata:
a. Membantu pasien dalam melakukan perawatan mata, seperti pemberian tetes mata, pembersihan kelopak mata, dan aplikasi salep.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga cara melakukan perawatan mata yang tepat.
c. Memantau efektivitas dan efek samping pengobatan mata.
3. Manajemen Nyeri:
a. Menilai intensitas, karakteristik, dan faktor yang memengaruhi nyeri mata pasien.
b. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres hangat, teknik relaksasi, dan distraksi.
c. Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
4. Edukasi Kesehatan:
a. Memberikan informasi tentang glaukoma, termasuk etiologi, tanda-tanda, pengobatan, dan pencegahan komplikasi.
b. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen glaukoma, seperti pentingnya pengobatan, kontrol tekanan intraokular, dan gaya hidup sehat.
c. Mendorong pasien dan keluarga untuk aktif terlibat dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari, mempertahankan tekanan intraokular dalam batas normal, serta memahami manajemen glaukoma dengan baik. -
Article No. 20436 | 05 Aug 2025
Klinis : kemasukan biji di lubang hidunng
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter/perekam medik, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "kemasukan biji di lubang hidung" sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: T17.0
- Deskripsi: Benda asing di lubang hidung
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 97.59
- Deskripsi: Prosedur lain untuk mengeluarkan benda asing dari lubang tubuh
Penjelasan:
- Kode ICD-10 T17.0 digunakan untuk mengidentifikasi kondisi "kemasukan biji di lubang hidung", yang merupakan keadaan di mana benda asing (dalam hal ini biji) masuk ke dalam lubang hidung.
- Kode ICD-9-CM 97.59 mencakup prosedur untuk mengeluarkan benda asing dari lubang tubuh, yang mungkin diperlukan dalam kasus ini untuk mengeluarkan biji dari lubang hidung.
Perlu dicatat bahwa kode-kode ini digunakan oleh profesional kesehatan untuk tujuan dokumentasi, pelaporan, dan penagihan yang akurat terkait dengan kondisi dan tindakan medis yang dilakukan. -
Article No. 20437 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, batuk pilek dan nyeri tenggorokan sejak 2 hari yang lalu
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin yang Anda minta, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai untuk kondisi pasien:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu demam, batuk pilek, dan nyeri tenggorokan sejak 2 hari yang lalu, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Definisi: Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
Penyebab yang mungkin: Peningkatan produksi sekret, lethargi, kelemahan otot pernapasan.
b. Hipertermia
Definisi: Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
Penyebab yang mungkin: Proses inflamasi atau infeksi.
c. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut.
Penyebab yang mungkin: Inflamasi dan iritasi pada tenggorokan.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Pasien mampu mempertahankan jalan napas terbuka.
- Pasien mampu mengeluarkan sekret dengan efektif.
- Tidak ada tanda-tanda obstruksi jalan napas.
b. Hipertermia:
- Suhu tubuh pasien kembali normal.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan demam, seperti kulit dingin dan kering.
- Pasien melaporkan perasaan lebih nyaman.
c. Nyeri Akut:
- Pasien mampu mengontrol rasa nyeri.
- Pasien melaporkan penurunan tingkat nyeri.
- Pasien menunjukkan tanda-tanda penurunan nyeri, seperti relaksasi otot.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- Pantau status pernapasan pasien, seperti frekuensi, kedalaman, dan irama pernapasan.
- Berikan oksigen, jika diperlukan, untuk mempertahankan saturasi oksigen yang adekuat.
- Ajarkan teknik batuk efektif dan latihan pernapasan.
- Lakukan suction, jika diperlukan, untuk membantu mengeluarkan sekret.
- Pertahankan posisi pasien yang memfasilitasi drainase sekret.
- Berikan cairan dan nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan hidrasi.
b. Hipertermia:
- Pantau suhu tubuh pasien secara teratur.
- Berikan kompres hangat-dingin, jika diperlukan, untuk menurunkan suhu.
- Berikan obat antipiretik, sesuai dengan resep dokter, untuk membantu menurunkan demam.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum cairan.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk dan nyaman.
c. Nyeri Akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri.
- Berikan analgesik, sesuai dengan resep dokter, untuk mengurangi nyeri.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengelola nyeri.
- Pertahankan posisi yang nyaman bagi pasien.
- Berikan kompres hangat-dingin, jika diperlukan, untuk mengurangi nyeri.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terfokus pada diagnosa keperawatan yang sesuai, diharapkan pasien dapat mencapai luaran yang diharapkan, yaitu mempertahankan bersihan jalan napas, penurunan demam, dan pengelolaan nyeri yang efektif. -
Article No. 20438 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, dan sakit perut dan susah BAB
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan keluhan pasien, yaitu demam, sakit perut, dan susah BAB, maka diagnosa keperawatan yang sesuai menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
1. Diare Akut
Definisi: Pengeluaran feses cair atau lembek dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Penyebab: Infeksi bakteri, virus, parasit, intoleransi makanan, obat-obatan, stres.
Gejala: Demam, nyeri perut, mual, muntah, dehidrasi.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Mengendalikan episode diare akut dalam 3-5 hari.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Melaporkan berkurangnya rasa tidak nyaman akibat diare.
4. Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai usia dan status kesehatan.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran yang diharapkan, intervensi keperawatan yang diperlukan antara lain:
1. Pantau tanda-tanda vital, intake-output, dan berat badan pasien.
2. Berikan terapi rehidrasi oral atau intravena sesuai kebutuhan.
3. Berikan diet yang mudah dicerna dan kaya cairan.
4. Berikan obat antidiare atau antiemetik sesuai indikasi.
5. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen diare, pencegahan komplikasi, dan perawatan di rumah.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (dokter, ahli gizi) untuk penatalaksanaan yang komprehensif.
Penjelasan rinci:
Diagnosa keperawatan "Diare Akut" dipilih karena pasien memiliki gejala-gejala yang sesuai, yaitu demam, nyeri perut, dan susah BAB. Diare akut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi mikroorganisme, intoleransi makanan, atau efek samping obat-obatan.
Luaran/output yang diharapkan mencakup pengendalian episode diare, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengurangi rasa tidak nyaman, serta menunjukkan peningkatan berat badan. Hal ini penting untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi.
Intervensi keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi penyebab diare, mencegah dehidrasi, memberikan kenyamanan, serta edukasi pasien dan keluarga. Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian terapi rehidrasi, pengaturan diet, pemberian obat-obatan, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain merupakan intervensi komprehensif yang dibutuhkan.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang tepat, diharapkan pasien dapat segera pulih dari diare akut dan mencapai luaran yang diinginkan. -
Article No. 20439 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan demam, dan sakit perut dan susah BAB
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat, saya akan memberikan analisis yang rinci dan terperinci mengenai kondisi pasien yang Anda kemukakan.
1. Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai:
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, yaitu demam, sakit perut, dan susah BAB, diagnosa keperawatan yang sesuai mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit, ditandai dengan keluhan demam, sakit perut, dan susah BAB.
b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas, ditandai dengan susah BAB.
2. Luaran/Output yang diharapkan setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
a. Nyeri akut:
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Pasien dapat mengenali skala nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik non-farmakologi untuk mengurangi nyeri.
b. Konstipasi:
- Pasien dapat BAB secara teratur.
- Pasien dapat mengenali faktor-faktor yang memengaruhi BAB.
- Pasien dapat menerapkan intervensi untuk mengatasi konstipasi.
3. Intervensi Keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan Luaran (SIKI):
a. Nyeri akut:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik yang sesuai.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri.
- Pantau tanda-tanda vital dan respons pasien terhadap intervensi.
b. Konstipasi:
- Lakukan pengkajian faktor-faktor yang memengaruhi BAB.
- Anjurkan peningkatan asupan cairan dan serat dalam diet.
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian laksatif atau supositoria jika perlu.
- Ajarkan teknik defekasi yang benar.
- Lakukan stimulasi rektal jika diperlukan.
- Pantau pola BAB dan evaluasi efektivitas intervensi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien secara holistik, melakukan pengkajian yang komprehensif, menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai, menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat, serta melakukan evaluasi yang berkelanjutan untuk memastikan tercapainya luaran yang diharapkan. -
Article No. 20440 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan lemas, dan demam
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan informasi yang rinci dan terperinci terkait kondisi pasien yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien yang datang dengan lemas dan demam, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Ketidakseimbangan Suhu Tubuh (00006)
Definisi: Perubahan suhu tubuh dari rentang normal, seperti peningkatan (hipertermia) atau penurunan (hipotermia).
Faktor yang Berhubungan: Infeksi, peradangan, kurangnya kontrol termoregulasi.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan, diharapkan pasien dapat mencapai luaran/output sebagai berikut:
1. Stabilitas Suhu Tubuh (0800)
Definisi: Kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria Hasil:
- Suhu tubuh dalam rentang normal
- Kulit hangat dan kering
- Tidak ada menggigil atau berkeringat
- Tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
Untuk mencapai Luaran/Output yang diharapkan, maka Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah:
1. Manajemen Demam (3740)
Definisi: Tindakan untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat.
Aktivitas:
- Lakukan pemantauan suhu tubuh secara berkala
- Berikan obat penurun demam sesuai resep
- Pertahankan intake cairan yang adekuat
- Berikan kompres hangat atau dingin untuk menurunkan suhu
- Anjurkan pasien untuk beristirahat
2. Peningkatan Kenyamanan Fisik (1400)
Definisi: Memfasilitasi peningkatan kenyamanan pasien.
Aktivitas:
- Identifikasi sumber ketidaknyamanan
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Lakukan manajemen nyeri sesuai kebutuhan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk manajemen gejala
Penjelasan Rinci:
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Suhu Tubuh dipilih karena pasien datang dengan keluhan lemas dan demam, yang menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh dari rentang normal. Faktor yang berhubungan adalah adanya infeksi atau peradangan yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh.
Luaran/Output yang diharapkan adalah Stabilitas Suhu Tubuh, dimana pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal, dengan kriteria hasil seperti suhu tubuh normal, kulit hangat dan kering, serta tidak ada tanda-tanda perubahan suhu tubuh yang lain.
Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Demam untuk menurunkan suhu tubuh yang meningkat, serta Peningkatan Kenyamanan Fisik untuk memfasilitasi kenyamanan pasien selama proses pemulihan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam intervensi ini meliputi pemantauan suhu, pemberian obat penurun demam, manajemen cairan, kompres, serta upaya untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi pasien.
Dengan penerapan Asuhan Keperawatan yang komprehensif, diharapkan pasien dapat mencapai Luaran/Output yang diinginkan, yaitu Stabilitas Suhu Tubuh, sehingga pasien dapat segera pulih dari kondisi lemas dan demam yang dialaminya. -
Article No. 20441 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak kapan setahun terakhir
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
Berdasarkan keluhan pasien dengan nyeri perut yang berlangsung selama setahun terakhir, Diagnosa Keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Kronis (00133)
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah seperti itu (International Association for the Study of Pain). Nyeri yang berlangsung lebih dari 3-6 bulan.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri (1605)
- Tingkat Nyeri: Menurun
- Kontrol Nyeri: Meningkat
- Menggunakan Teknik Non-Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri: Meningkat
2. Kualitas Hidup (1700)
- Kepuasan dengan Kualitas Hidup: Meningkat
- Fungsi Sosial: Meningkat
- Fungsi Fisik: Meningkat
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri (1400)
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan, dan faktor pencetus nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya dokter, ahli gizi, fisioterapis) untuk menentukan strategi manajemen nyeri yang tepat.
- Ajarkan teknik manajemen nyeri non-farmakologis, seperti relaksasi, distraksi, terapi panas/dingin, dan teknik nafas dalam.
- Berikan analgesik sesuai dengan resep dokter dan pantau efektivitas dan efek sampingnya.
- Evaluasi efektivitas intervensi manajemen nyeri dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
2. Peningkatan Koping (5230)
- Kaji sumber stres dan pola koping pasien.
- Bantu pasien mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
- Dorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat membantu mengurangi stres.
- Berikan dukungan emosional dan bantu pasien untuk meningkatkan harga diri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (misalnya psikolog, pekerja sosial) untuk memberikan intervensi yang lebih komprehensif.
3. Peningkatan Aktivitas Fisik (0200)
- Kaji kemampuan fisik dan minat pasien dalam beraktivitas.
- Berikan edukasi tentang manfaat aktivitas fisik dalam mengelola nyeri kronis.
- Buat rencana aktivitas fisik yang realistis dan sesuai dengan kondisi pasien.
- Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik secara bertahap dan berikan umpan balik positif.
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk menyusun program latihan yang tepat.
Dengan intervensi keperawatan yang komprehensif dan terpadu, diharapkan pasien dapat mencapai manajemen nyeri yang efektif, peningkatan kualitas hidup, dan peningkatan kemampuan beraktivitas secara optimal. -
Article No. 20442 | 05 Aug 2025
Klinis : cidera lutut
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Untuk kondisi cidera lutut, kode ICD-10 dan ICD-9-CM yang sesuai adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: S83
- Deskripsi: Dislokasi, keseleo, dan distorsi sendi dan ligamen pada sendi lutut
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 80.26
- Deskripsi: Artroskopi lutut, diagnostik dalam prosedur yang terpisah
Penjelasan detail:
1. Kode ICD-10 S83 mencakup berbagai cedera pada sendi dan ligamen lutut, termasuk dislokasi, keseleo, dan distorsi. Ini merupakan kode yang umum digunakan untuk menggambarkan cedera lutut yang terjadi akibat trauma atau kecelakaan.
2. Prosedur artroskopi lutut, kode ICD-9-CM 80.26, adalah tindakan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi dan memeriksa kondisi sendi lutut secara langsung. Artroskopi memberikan visibilitas yang baik pada struktur internal sendi, memungkinkan identifikasi dan diagnosis cedera yang lebih akurat.
Dalam praktik klinis, kode-kode ini akan digunakan oleh dokter, perekam medis, dan profesional kesehatan lainnya untuk mencatat, mendokumentasikan, dan melaporkan kondisi cidera lutut serta tindakan medis yang dilakukan untuk diagnosis dan penanganannya. -
Article No. 20443 | 05 Aug 2025
Klinis : pasien datang dengan keluhan haid tidak teratur
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, yaitu pasien datang dengan keluhan haid tidak teratur, berikut adalah diagnosa keperawatan, penjelasan singkat, serta kode dan definisi dari SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Siklus Menstruasi (00177)
Definisi: Perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai dengan siklus normal.
SDKI:
Kode: 00177
Definisi: Perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai dengan siklus normal.
SLKI:
Kode: 0301 Keseimbangan Cairan
Definisi: Kemampuan untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh.
SIKI:
Kode: I0207 Manajemen Cairan
Definisi: Tindakan untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh.
Penjelasan Singkat:
Diagnosa keperawatan "Gangguan Siklus Menstruasi" mengacu pada perubahan pola menstruasi yang tidak sesuai dengan siklus normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti hormonal, stres, atau kondisi medis tertentu. Perawat harus melakukan pengkajian yang komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab dan menyusun rencana perawatan yang sesuai.
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) yang terkait adalah "Keseimbangan Cairan", yang mengacu pada kemampuan pasien untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh. Tujuan perawatan adalah untuk membantu pasien mencapai keseimbangan cairan yang optimal, yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah "Manajemen Cairan", yang merupakan tindakan untuk mengatur volume dan komposisi cairan tubuh. Perawat dapat melakukan intervensi seperti pemantauan intake dan output cairan, pemberian cairan, serta edukasi dan konseling terkait manajemen cairan.
Dengan memahami diagnosa keperawatan, SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan perawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi masalah gangguan siklus menstruasi pada pasien. -
Article No. 20444 | 05 Aug 2025
Klinis : hemoroid
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis hemoroid, serta kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang mungkin terkait:
1. Kode ICD-10:
- Kode: K64
- Deskripsi: Hemoroid dan perianal venous thrombosis
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 49.44
- Deskripsi: Prosedur non-eksisi untuk hemoroid, termasuk ligasi, skleroterapy, dan termokoagulasi
Penjelasan:
Kode ICD-10 K64 mencakup berbagai kondisi hemoroid, termasuk hemoroid internal, eksternal, trombotik, dan perianal venous thrombosis. Kode ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkodekan diagnosis hemoroid pada rekam medis pasien.
Sementara itu, kode ICD-9-CM 49.44 mencakup prosedur non-eksisi untuk pengobatan hemoroid, seperti ligasi, skleroterapy, dan termokoagulasi. Prosedur-prosedur ini ditujukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi hemoroid tanpa melakukan eksisi atau pengangkatan lesi hemoroid secara langsung.
Pemilihan kode prosedur yang tepat akan bergantung pada jenis intervensi yang dilakukan oleh dokter untuk menangani kondisi hemoroid pada pasien. Kode-kode ini penting untuk dokumentasi dan penagihan layanan kesehatan yang diberikan.