Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6051 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan usia 24 tahun G1usia kehamilan 28 minggu datang ke poli KIA. Pasien mengeluh nyeri punggung, badan terasa capai terutama pada sore hari setelah bekerjaApakah yang saudara anjurkan pada pasien diatas? A. Tidur di atas matras yang empuk B. Berjalan jinjit minimal sehari sekali C. Latihan kegel exercise sehari D. Menggunakan sepatu hak rendah E. Tidur posisi semi fowler
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, diagnosis keperawatan yang sesuai adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan muskuloskeletal pada masa kehamilan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien melaporkan intensitas nyeri berkurang, pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa hambatan akibat nyeri.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Manajemen nyeri, mobilisasi, terapi relaksasi.
Berdasarkan kondisi pasien, saran yang dapat diberikan adalah:
E. Tidur posisi semi fowler, dengan tone = akademis, persona = pakar, nurse.
Penjelasan:
- Posisi semi fowler dapat membantu mengurangi nyeri punggung dengan mengurangi tekanan pada punggung.
- Tone akademis, persona pakar, nurse memberikan pendekatan yang profesional dan berwibawa dalam memberikan edukasi dan saran kepada pasien. -
Article No. 6053 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang perempuan, usia 24 tahun G1P0A0 hamil usia 37 minggu datang ke poli KIA. Hasil pemeriksaan leopold 1 TFU 32 cm, leopold 2 puka, leopold 3 kepala janin belum masuk PAP, leopold 4 bagian terbawah janin kepala.Berapa taksiran berat janin pada pasien diatas ? A. 2950 gram B. 3100 gram C. 3240 gram D. 3255 gram E. 3350 gram
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Bunda. Saya akan membantu Anda dengan senang hati.
Berdasarkan kondisi yang Anda uraikan, diagnosa keperawatan yang mungkin sesuai adalah:
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI):
- Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan selama kehamilan.
2. Luaran Asuhan Keperawatan (SLKI):
- Keseimbangan Cairan Terpelihara
3. Intervensi Keperawatan (SIKI):
- Pemantauan Cairan
- Manajemen Cairan
- Edukasi Kesehatan
Penjelasan singkat:
Seorang perempuan, usia 24 tahun, G1P0A0 (Gravida 1, Partus 0, Abortus 0) dengan usia kehamilan 37 minggu memiliki risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan selama kehamilan. Hal ini perlu dipantau dan dikelola dengan baik agar tercapai keseimbangan cairan yang terpelihara. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemantauan cairan, manajemen cairan, serta edukasi kesehatan kepada pasien.
Untuk taksiran berat badan janin, berdasarkan hasil pemeriksaan leopold yang Anda sampaikan, taksiran berat badan janin adalah C. 3240 gram.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda, Bunda. Jika ada pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. -
Article No. 6054 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang pria berusia 40 tahun dirawat di RSJ. Pada saat pengkajian didapatkan data pasien bicara sendiri,berteriak-teriak dan marah-marah terutama pada saat pasien sendirian karena pasien mengatakan sering mendengar suara perempuan mengejek, hampir setiap saat, dan pasien tampak jengkel.Apakah rencana keperawatan yang tepat pada pasien diatas ? A. Ajarkan pasien cara berinteraksi dengan orang lain B. Buat daftar tentang aktifitas yang dilakukan pasien C. Beri penyuluhan cara memanfaatkan obat dengan baik D. Ajarkan pasien cara menghardik untuk mengontrol halusinasi E. Diskusikan halusinasi yang dialami pasien
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dipaparkan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
E. Halusinasi Pendengaran
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Halusinasi Pendengaran: Persepsi panca indera yang terjadi tanpa rangsangan eksternal yang dirasakan sebagai suara.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialami
2. Pasien dapat menghardik halusinasi yang dialami
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialami
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Kaji karakteristik halusinasi yang dialami pasien
2. Ajarkan teknik mengontrol halusinasi (menghardik, mengalihkan perhatian)
3. Beri obat antipsikotik sesuai resep
4. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
Rencana keperawatan yang tepat adalah:
E. Diskusikan halusinasi yang dialami pasien, dengan tone = akademis, persona=pakar,nurse
Hal ini sesuai dengan standar intervensi keperawatan untuk mengatasi halusinasi pendengaran yaitu mengkaji karakteristik halusinasi yang dialami pasien dan melibatkan pasien untuk mengenali dan mengontrol halusinasi yang dialaminya. -
Article No. 6055 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita usia 30 tahun dibawa ke RSJ dengan keluhan klien melihat bayangan hitam yang selalu mengikuti dirinya dan seolah-olah menyuruh dirinya untuk membunuh orang yang berambut panjang, klien sering menangis tanpa adanya stimulus yang nyata. Setelah dikaji klien mengalami halusinasi semenjak satu tahun yang lalu karena ditinggal menikah oleh pacarnya. Klien sudah diajarkan bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Bagaimanakah validasi yang dilakukan kepada klien sesuai dengan kasus di atas ? A. “Apakah ibu masih melihat bayangan hitam? B. “Bagaimanakah perasaan ibu hari ini?” C. “Apakah yang ibu lakukan ketika melihat bayangan hitam?” D. “Apakah orang lain melihat bayangan itu?” E. “Apakah ibu merasa takut ketika melihat bayangan hitam?”
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan yang sesuai adalah:
Diagnosa Keperawatan: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
Penjelasan:
Pasien mengalami halusinasi, yaitu melihat bayangan hitam yang selalu mengikutinya dan menyuruhnya untuk membunuh orang berambut panjang. Selain itu, pasien juga sering menangis tanpa stimulus yang jelas, yang merupakan gejala halusinasi.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
- Halusinasi adalah persepsi sensorik yang terjadi tanpa stimulus eksternal yang nyata.
- Faktor yang mempengaruhi halusinasi meliputi faktor predisposisi (riwayat halusinasi, gangguan mental, dan pengalaman traumatis) serta faktor presipitasi (stres, gangguan pola tidur, dan ketidakseimbangan kimia otak).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengenali dan mengontrol halusinasi serta dapat beradaptasi terhadap lingkungan.
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen halusinasi, terapi kognitif, dan terapi realitas.
Validasi yang dapat dilakukan sesuai kasus di atas adalah:
C. "Apakah yang ibu lakukan ketika melihat bayangan hitam?"
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pasien mengatasi halusinasi yang dialaminya. -
Article No. 6056 | 16 Nov 2024
Klinis : nak perempuan usia 15 tahun di bawa ke poliklinik, dengan keluhan tidak nafsu makam. Hasil pengkajian didaptkan data bahwa anak selalu menolak makan sejak putus pacar beberapa bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik: suhu 37,80C, frekuensi nadi 70 x/menit, tekanan darah 90/70 mmHg, BB 26 kg , kulit kering dan kuku yang rapuh.Apa masalah kesehatan yang terjadi pada kasus di atas ? A. Pika B. Bulimia C. Obesitas D. Malnutrisi E. Anoreksia Nervosa
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, kasus tersebut menunjukkan gejala Anoreksia Nervosa.
Diagnosa Keperawatan:
Anoreksia Nervosa
Penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Anoreksia Nervosa didefinisikan sebagai gangguan makan yang ditandai dengan pembatasan asupan makanan yang mengarah pada berat badan yang sangat rendah, rasa takut yang intens akan penambahan berat badan, dan gangguan persepsi tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan pada kasus Anoreksia Nervosa adalah pasien dapat mencapai berat badan yang sehat, memiliki pola makan yang teratur, dan menunjukkan persepsi tubuh yang realistis.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi manajemen nutrisi, konseling psikologis, terapi kognitif-perilaku, dan edukasi bagi pasien serta keluarga untuk mengatasi gangguan makan dan persepsi tubuh yang tidak realistis.
Jadi, berdasarkan gejala yang dipaparkan, yaitu tidak nafsu makan sejak putus dengan pacar, berat badan rendah, serta perubahan fisik seperti suhu, nadi, tekanan darah, dan kondisi kulit dan kuku, maka diagnosa yang tepat adalah Anoreksia Nervosa. -
Article No. 6057 | 16 Nov 2024
Klinis : Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya dan Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan Perkembangan
2. Ansietas (Cemas) berhubungan dengan Hambatan Interaksi Sosial
Penjelasan:
1. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan Perkembangan
- Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), gangguan interaksi sosial didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membentuk, mempertahankan, atau memperbaiki hubungan interpersonal yang memuaskan.
- Kondisi ini dapat terkait dengan gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya yang menghambat kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain secara efektif.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi bermain, terapi perilaku, terapi keterampilan sosial, dan konseling.
2. Ansietas (Cemas) berhubungan dengan Hambatan Interaksi Sosial
- Berdasarkan SDKI, ansietas (cemas) didefinisikan sebagai respon emosional dan fisik terhadap ancaman yang sumbernya tidak spesifik atau tidak diketahui.
- Dalam kasus ini, perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial dapat menjadi penyebab atau konsekuensi dari gangguan interaksi sosial.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi relaksasi, terapi kognitif-perilaku, teknik manajemen stres, dan konseling.
Standar Keperawatan:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Semua standar ini dikembangkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai acuan bagi perawat dalam praktik keperawatan di Indonesia. -
Article No. 6058 | 16 Nov 2024
Klinis : SIKI untuk Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya dan Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi Gangguan Interaksi Sosial yang berhubungan dengan Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya, serta Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya.
2. Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Gangguan Interaksi Sosial: Ketidakmampuan untuk memulai, mempertahankan, atau menyelesaikan interaksi sosial yang memuaskan.
- Cemas: Perasaan tidak nyaman atau takut yang disertai dengan respons otonom, perasaan tegang, dan perubahan perilaku.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Interaksi Sosial: Kemampuan untuk memulai, mempertahankan, dan menyelesaikan hubungan sosial yang memuaskan.
- Kontrol Kecemasan: Kemampuan untuk mengendalikan perasaan tidak nyaman atau takut yang disertai dengan respons otonom, perasaan tegang, dan perubahan perilaku.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Terapi Bermain: Intervensi yang digunakan untuk memfasilitasi perkembangan dan pembelajaran melalui aktivitas bermain.
- Terapi Komunikasi: Intervensi yang digunakan untuk membantu individu dalam mengembangkan kemampuan komunikasi.
- Terapi Relaksasi: Intervensi yang digunakan untuk mengurangi ketegangan, kecemasan, dan stres.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan pendekatan yang holistik dan berpusat pada pasien untuk menangani kondisi ini. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain terapi bermain, terapi komunikasi, dan terapi relaksasi untuk membantu pasien dalam meningkatkan interaksi sosial dan mengelola kecemasan atau ketakutannya. -
Article No. 6059 | 16 Nov 2024
Klinis : SIKI untuk Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya dan Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan, luaran, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, yaitu Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya, dan Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Gangguan Interaksi Sosial
Definisi: Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam interaksi sosial yang memuaskan.
Faktor yang Berhubungan: Gangguan perkembangan seperti autisme, keterlambatan bicara, atau gangguan komunikasi lainnya, dan Perasaan cemas atau takut yang menghambat interaksi sosial.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan pasien dapat:
1. Menunjukkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam interaksi sosial yang memuaskan.
2. Mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor yang menghambat interaksi sosial.
3. Mendemonstrasikan peningkatan kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
4. Menunjukkan peningkatan rasa percaya diri dan kenyamanan dalam situasi sosial.
5. Melaporkan peningkatan dalam kepuasan dan kualitas hubungan sosial.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
Untuk mencapai luaran/output yang diharapkan, berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
1. Terapi Perilaku
- Mengidentifikasi pola perilaku yang menghambat interaksi sosial.
- Mengajarkan keterampilan sosial dan komunikasi yang tepat.
- Menerapkan teknik modifikasi perilaku untuk meningkatkan interaksi sosial.
2. Terapi Kognitif
- Membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi pemikiran dan keyakinan negatif yang menghambat interaksi sosial.
- Mengajarkan teknik pengaturan diri dan manajemen kecemasan.
- Memfasilitasi pengembangan strategi koping yang efektif.
3. Terapi Kelompok
- Memfasilitasi partisipasi pasien dalam kelompok sosial atau terapi kelompok.
- Mendorong interaksi dan komunikasi yang positif di dalam kelompok.
- Memberikan umpan balik dan dukungan dari anggota kelompok.
4. Terapi Lingkungan
- Mengidentifikasi dan memodifikasi lingkungan yang dapat memfasilitasi interaksi sosial.
- Memfasilitasi keterlibatan pasien dalam aktivitas sosial yang sesuai.
- Melibatkan keluarga dan orang terdekat dalam mendukung interaksi sosial pasien.
Penjelasan yang rinci dan terperinci untuk setiap poin di atas dapat diberikan secara lebih detail jika diperlukan. Sebagai perawat, saya berkomitmen untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpusat pada pasien dalam upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial dan kualitas hidup pasien. -
Article No. 6060 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita usia 30 tahun dengan diagnosa medis Acut Mielositik Leukimia saat ini dirawat di ruang onkologi. Pasien mengeluhkan lemah, lemas, perdarahan pada area gusi sekitar 50 cc perhari, mual, dan muntah 3 kali sebanyak 100 cc, dan bedrest. Pengukuran tanda vital menunjukan bahwa TD : 100/60 mmHg, respirasi : 20 kali/menit, nadi : 72 kali/menit, suhu : 37,20C. Hasil pengkajian : konjungtiva anemis, kulit kekuningan, nyeri kepala skala 3 dari 10, mengeluh sulit tidur selama beberapa hari, terlihat mengantuk, kedua mata tampak sayu, kekuatan otot ekstremitas atas 5-5-5-5/5-5-5-5 dan ekstremitas bawah 5-5-5-5/5-5-5-5.semua aktivitas pasien dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan laboratorium : hemoglobin=8,6 g/dL (abnormal/normal=12,3); hematokrit=27 % (abnormal/normal= 36-48); leukosit= 9,05 ribu/𝜇L (normal). Pasien direncanakan mendapatkan transfusi PRC 2 kolf.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan, penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan energi dan efek samping pengobatan.
2. Risiko Perdarahan berhubungan dengan penurunan sistem pembekuan darah.
3. Mual Muntah berhubungan dengan efek samping pengobatan.
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyeri dan efek samping pengobatan.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan, yang disebabkan oleh perasaan kelelahan.
2. Risiko Perdarahan: Kerentanan terhadap perdarahan yang dapat membahayakan kesehatan.
3. Mual Muntah: Sensasi tidak nyaman di perut yang berpotensi menyebabkan muntah.
4. Gangguan Pola Tidur: Gangguan dalam jumlah atau kualitas tidur yang mengganggu fungsi normal.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan.
2. Risiko Perdarahan: Tidak terjadi perdarahan yang membahayakan.
3. Mual Muntah: Pasien dapat mengendalikan mual dan muntah.
4. Gangguan Pola Tidur: Pasien dapat mempertahankan pola tidur yang adekuat.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intoleransi Aktivitas: Manajemen Energi, Manajemen Aktifitas, Peningkatan Mobilitas.
2. Risiko Perdarahan: Pencegahan Perdarahan, Manajemen Perdarahan, Perawatan Luka.
3. Mual Muntah: Manajemen Mual Muntah, Manajemen Nutrisi.
4. Gangguan Pola Tidur: Manajemen Lingkungan, Terapi Relaksasi, Manajemen Nyeri.
Penjelasan singkat:
Pasien dengan Akut Mielositik Leukemia mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti intoleransi aktivitas, risiko perdarahan, mual muntah, dan gangguan pola tidur. Perawat harus menggunakan SDKI, SLKI, dan SIKI untuk mengidentifikasi dan mengelola masalah-masalah tersebut secara komprehensif, guna meningkatkan kualitas hidup pasien selama menjalani perawatan. -
Article No. 6061 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang wanita usia 30 tahun dengan diagnosa medis Acut Mielositik Leukimia saat ini dirawat di ruang onkologi. Pasien mengeluhkan lemah, lemas, perdarahan pada area gusi sekitar 50 cc perhari, mual, dan muntah 3 kali sebanyak 100 cc, dan bedrest. Pengukuran tanda vital menunjukan bahwa TD : 100/60 mmHg, respirasi : 20 kali/menit, nadi : 72 kali/menit, suhu : 37,20C. Hasil pengkajian : konjungtiva anemis, kulit kekuningan, nyeri kepala skala 3 dari 10, mengeluh sulit tidur selama beberapa hari, terlihat mengantuk, kedua mata tampak sayu, kekuatan otot ekstremitas atas 5-5-5-5/5-5-5-5 dan ekstremitas bawah 5-5-5-5/5-5-5-5.semua aktivitas pasien dibantu keluarga. Hasil pemeriksaan laboratorium : hemoglobin=8,6 g/dL (abnormal/normal=12,3); hematokrit=27 % (abnormal/normal= 36-48); leukosit= 9,05 ribu/𝜇L (normal). Pasien direncanakan mendapatkan transfusi PRC 2 kolf.
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan, luaran yang diharapkan, dan intervensi keperawatan yang sesuai untuk kondisi pasien yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
1. Perdarahan oral berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit akibat kondisi Akut Mielositik Leukemia.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan otot akibat anemia dan penurunan energi.
3. Mual dan muntah berhubungan dengan efek samping pengobatan Akut Mielositik Leukemia.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala dan kecemasan.
Luaran/Output yang diharapkan (SLKI):
1. Perdarahan oral terkendali: perdarahan pada area gusi berkurang menjadi < 25 cc per hari.
2. Toleransi aktivitas meningkat: pasien dapat melakukan aktivitas dasar perawatan diri dengan bantuan minimal.
3. Mual dan muntah berkurang: pasien mengalami mual dan muntah 1 kali atau kurang per hari.
4. Pola tidur membaik: pasien dapat tidur nyenyak selama 6-8 jam per hari.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Perdarahan oral terkendali:
- Monitor tanda-tanda perdarahan oral
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penghentian perdarahan (misalnya pemberian trombosit)
- Ajarkan pasien dan keluarga teknik menjaga kebersihan mulut
- Pertahankan kebersihan mulut pasien
2. Toleransi aktivitas meningkat:
- Lakukan pengkajian komprehensif terhadap tingkat energi dan kemampuan fungsional pasien
- Susun rencana peningkatan aktivitas secara bertahap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi yang adekuat
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sesuai kemampuan
3. Mual dan muntah berkurang:
- Lakukan pengkajian terhadap faktor penyebab mual dan muntah
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti-emetik
- Ajarkan teknik manajemen mual dan muntah (misalnya relaksasi, distraksi)
- Pertahankan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
4. Pola tidur membaik:
- Lakukan pengkajian terhadap penyebab gangguan tidur
- Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur
- Ajarkan teknik relaksasi dan manajemen nyeri
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi farmakologis jika diperlukan
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi pasien secara holistik, melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan asuhan, serta berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai luaran yang diharapkan.