Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4171 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien laki laki umur 28 tahun datang dengan keluhankelelahan ekstrem, demam, dan pendarhan gusi. pasien juga mengeluh mual dan makanan yang masuk hanya sedikkit sejak 2hari yang lalu. berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pasien anemis dan tampak lebam dibeberapa area tubuhnya. tekanan darah 90/60 mmHg, respiration rate 20x/menit, Hb 7.05 mg/dl, trombosit 75000/mcl, leukosit 24000/mcl, pasien tampak pucat, berkeringat lebih, kulit terasa hangat dan kemerahan, tugor lebih dari 1 detik, kaki teraba dingin. pasien memiliki riwayat leukimia
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini memiliki gejala-gejala yang mengarah pada kondisi hematologis yang serius. Berikut adalah kode ICD-10 dan kode ICD-9-CM procedure/tindakan medis yang sesuai:
1. Kode ICD-10:
- Kode: D69.6
- Deskripsi: Trombositopenia idiopatik
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 99.04
- Deskripsi: Transfusi trombosit
Penjelasan:
Pasien laki-laki berusia 28 tahun ini datang dengan keluhan kelelahan ekstrem, demam, dan perdarahan gusi, disertai dengan mual dan asupan makanan yang sedikit sejak 2 hari terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis, lebam di beberapa area tubuh, tekanan darah rendah, frekuensi napas tinggi, serta nilai laboratorium yang abnormal (Hb rendah, trombosit rendah, leukosit tinggi). Pasien juga tampak pucat, berkeringat lebih, kulit hangat dan kemerahan, serta tugor lebih dari 1 detik dengan kaki teraba dingin. Dengan riwayat leukemia, kondisi ini mengarah pada trombositopenia idiopatik (kode ICD-10: D69.6).
Tindakan medis yang mungkin diperlukan adalah transfusi trombosit (kode ICD-9-CM: 99.04) untuk meningkatkan jumlah trombosit dan mengatasi perdarahan. Selain itu, pasien juga akan membutuhkan penanganan lain sesuai dengan kondisi klinis dan pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap. -
Article No. 4172 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien wanita, 64 tahun masuk rs dengan keluhan nyeri perut menjalar sampai kebelakang pantat, nyeri tajam, sering muncul tiap 1-2 jam, kesadaran compos mentis, tekanan darah 137/88, nadi 66, suhu 36.6, respirasi 20, diagnosa dokter tumor sigmoid, susp hepatic metastasis
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis pasien adalah sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C18.7
- Deskripsi: Tumor ganas pada bagian sigmoid kolon.
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 45.74
- Deskripsi: Reseksi sigmoid kolon, prosedur yang mungkin dilakukan untuk menangani tumor pada bagian sigmoid kolon.
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 C18.7 merujuk pada tumor ganas pada bagian sigmoid kolon, yang sesuai dengan diagnosa dokter yaitu tumor sigmoid.
2. Kode ICD-9-CM 45.74 adalah kode untuk prosedur reseksi sigmoid kolon, yang mungkin dilakukan sebagai tindakan operatif untuk menangani tumor pada bagian sigmoid kolon.
Pasien wanita berusia 64 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut menjalar sampai ke belakang pantat, nyeri tajam, sering muncul tiap 1-2 jam, dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 137/88, nadi 66, suhu 36.6, dan respirasi 20. Diagnosa dokter adalah tumor sigmoid, dengan dugaan adanya metastasis hepatik. -
Article No. 4082 | 31 Oct 2024
Klinis : defisit nutrisi
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Sebagai seorang dokter atau perekam medis, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis defisit nutrisi dan kode ICD-9-CM untuk prosedur atau tindakan medis yang mungkin terkait, jika ada.
1. Kode ICD-10:
- Kode: E46
- Deskripsi: Malnutrisi tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 96.6
- Deskripsi: Nutrisi parenteral total
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 E46 (Malnutrisi tidak terspesifikasi) digunakan untuk kondisi defisit nutrisi atau malnutrisi yang tidak dapat diklasifikasikan dengan lebih spesifik. Ini mencakup kondisi seperti malnutrisi protein-energi tidak terspesifikasi, kekurangan nutrisi tidak terspesifikasi, dan malnutrisi tidak terspesifikasi.
2. Kode ICD-9-CM 96.6 (Nutrisi parenteral total) dapat digunakan jika pasien dengan defisit nutrisi memerlukan intervensi medis berupa pemberian nutrisi parenteral total (TPN) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Perlu dicatat bahwa selain kode diagnosis ICD-10 dan prosedur ICD-9-CM, diperlukan juga dokumentasi yang komprehensif mengenai riwayat, pemeriksaan fisik, dan hasil tes laboratorium untuk mendukung diagnosis dan tindakan yang dilakukan. -
Article No. 4083 | 31 Oct 2024
Klinis : diagnosa yang muncul pada pasien ppb
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda paparkan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
- SDKI: Ketidakmampuan individu untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam rentang normal.
- SLKI: Pemantauan kadar glukosa darah, Pemberian insulin, Edukasi manajemen diabetes.
- SIKI: Pemantauan kadar glukosa darah, Pemberian insulin, Edukasi manajemen diabetes.
2. Risiko Perubahan Perfusi Jaringan
- SDKI: Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke jaringan tubuh.
- SLKI: Pemantauan perfusi jaringan, Terapi oksigen, Manajemen aktivitas.
- SIKI: Pemantauan perfusi jaringan, Terapi oksigen, Manajemen aktivitas.
3. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- SDKI: Ketidakmampuan secara mandiri mengatur atau melakukan aktivitas untuk memelihara kesehatan.
- SLKI: Edukasi manajemen kesehatan, Manajemen stres, Koordinasi pelayanan kesehatan.
- SIKI: Edukasi manajemen kesehatan, Manajemen stres, Koordinasi pelayanan kesehatan.
Penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) merupakan standar yang digunakan untuk menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah-masalah kesehatan yang dialami pasien.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan luaran atau hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang digunakan untuk menentukan tindakan atau intervensi keperawatan yang akan dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan. -
Article No. 4084 | 31 Oct 2024
Klinis : diagnosa yang muncul pada pasienpost partum blues
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien postpartum blues.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perubahan Proses Berpikir Kronis
Penjelasan:
Berdasarkan SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia), risiko perubahan proses berpikir kronis adalah keadaan di mana individu memiliki potensi untuk mengalami perubahan proses berpikir yang menetap atau terus-menerus, yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam membuat keputusan, memecahkan masalah, dan berfungsi secara efektif.
Pada pasien postpartum blues, kondisi ini dapat terjadi karena adanya perubahan hormonal dan emosional yang signifikan setelah persalinan. Gejala-gejala yang mungkin muncul antara lain perasaan sedih, cemas, lelah, sulit berkonsentrasi, dan perubahan suasana hati yang cepat. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat berlanjut menjadi depresi postpartum.
Menurut SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), outcome yang diharapkan dari penanganan risiko perubahan proses berpikir kronis pada pasien postpartum blues adalah pasien dapat mengelola perubahan emosi dengan baik, mempertahankan konsentrasi, dan membuat keputusan yang tepat.
Intervensi keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dapat mencakup:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status mental
2. Pemberian dukungan emosional dan psikologis
3. Edukasi tentang perubahan mood dan manajemen stres
4. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penanganan komprehensif
Dengan pendekatan keperawatan yang holistik dan berpusat pada pasien, diharapkan pasien postpartum blues dapat segera pulih dan kembali ke kondisi yang optimal. -
Article No. 4085 | 31 Oct 2024
Klinis : Tn K usia 70 tahun dibawa ke UGD dengan penurunan kesadaran setelah kecelakaan sepeda motor tunggal karena menabrak batu lalu jatuh dari motor. Hasil pengkajian menujukkan adanya suara gurgling serta terdapat sekret dan air liur pada mulut, klien terlihat sesak dengan RR 38 x/menit, cepat dan dangkal, terdapat retraksi intercosta, SpO2 70%. TD 210/120 mmHg, nadi 118 x/menit, T 36,3 C, akral dingin, GCS E2M3V2, terdapat jejas pada dada kanan, kepala dan leher. Klien terlihat gelisah. Hasil X ray menunjukkan fraktur clavicula dekstra, gambaran kontusio pulmonum, hemithorax kanan dan emfisema subcutis pada lateral hemithoraks kanan. Hasil CT Scan menunjukkan subdural dan subarachnoid hemorrhage, multiple fraktur pada sinus maksilaris kiri, curiga fraktur vertebrae C4-C5. pH 7,398, PCO2 25,6 mmHg, PO2 177,9 mmHg, HCO3 16,1 mmol/L, BE -7,2, FiO2 52%, AaDO2 166,5.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan mencoba memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Oksigenasi (SDKI: Gangguan Oksigenasi)
- Penjelasan: Klien mengalami penurunan saturasi oksigen (SpO2 70%) dan sesak napas dengan frekuensi napas yang cepat dan dangkal (38 x/menit), serta terdapat retraksi intercosta. Hal ini menunjukkan adanya gangguan oksigenasi akibat cedera pada paru-paru (kontusio pulmonum) dan kemungkinan adanya obstruksi jalan napas.
2. Gangguan Perfusi Jaringan Serebral (SDKI: Gangguan Perfusi Jaringan Serebral)
- Penjelasan: Klien mengalami penurunan kesadaran (GCS E2M3V2) dan kemungkinan terdapat perdarahan intrakranial (subdural dan subarachnoid hemorrhage) yang dapat menyebabkan gangguan perfusi jaringan serebral.
3. Nyeri Akut (SDKI: Nyeri Akut)
- Penjelasan: Klien terlihat gelisah, yang dapat menunjukkan adanya nyeri akut akibat cedera pada beberapa bagian tubuh, seperti fraktur klavikula kanan, dan kemungkinan adanya cedera lain.
4. Risiko Kematian (SDKI: Risiko Kematian)
- Penjelasan: Kondisi klien yang kritis dengan penurunan kesadaran, gangguan oksigenasi, dan kemungkinan adanya perdarahan intrakranial serta cedera lain, menempatkan klien pada risiko kematian yang tinggi.
SLKI:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Manajemen Jalan Napas
3. Manajemen Oksigenasi
4. Manajemen Hemodinamik
5. Manajemen Nyeri
6. Manajemen Perdarahan
7. Manajemen Cedera Kepala
SIKI:
1. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
2. Pemberian Oksigen
3. Fisioterapi Dada
4. Terapi Cairan
5. Pemberian Analgetik
6. Perawatan Luka
7. Pengkajian Neurologis
Secara singkat, penanganan yang diperlukan adalah stabilisasi kondisi klien dengan memastikan jalan napas, pemberian oksigen, manajemen hemodinamik, penanganan cedera, serta pemantauan yang ketat untuk mencegah komplikasi dan mencapai kondisi yang lebih stabil. -
Article No. 4086 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien atas nama Ny. A yang berusia 42 tahun, seorang ibu rumah tangga masuk ke RSUD Melati pada Selasa, 15 Oktober 2024 pada pukul 08.30 WIB dengan diagnosa medis Carsinoma mammae sinistra residif., dengan riwayat melakukan prosedur mastektomi sebanyak 2 kali di tahun 2019 dan 2022. Riwayat haid Ny. A tidak memiliki gangguan dan Ny. A pernah menggunakan kontrasepsi hormonal. Pasien Ny. A memiliki keluhan utama nyeri pada daerah luka prosedur mastektomi di area dada kiri. Selain itu mengeluh sesak ketika bernafas, mengalami penurunan nafsu makan karena rasa mual, merasa lemah sehingga dibantu oleh anaknya untuk membersihkan diri dan sudah tidak mampu beribadah. Ny. A mengatakan merasa malu dengan perubahan bentuk tubuhnya setelah prosedur mastektomi, karena merasa kehilangan jati diri sebagai perempuan karena kehilangan salah satu payudaranya. Data yang didapatkan dari Ny. A dalam keadaan compos mentis, mengalami kesenjangan yaitu RR : 26x/menit, IMT berada di atas normal dan masuk ke dalam kategori berat badan lebih yaitu 23,5. Ny. A mengalami nyeri akibat prosedur mastektomi dengan skala nyeri 4, nyeri seperti teriris, nyeri terasa di area dada kiri, nyeri berlangsung terus menerus dan nyeri muncul selama 1 jam. Lalu pada pemeriksaan payudara, dada dan ketiak ditemukan payudara tidak simetris akibat telah melakukan prosedur mastektomi di payudara kiri serta antara payudara kanan dan kiri tidak simetris. Lalu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, patologi anatomi dan pemeriksaan EKG. Dengan hasil pada pemeriksaan laboratorium pada 15 oktober 2024 ditemukan nilai hematokrit, ureum darah dan kreatinin darah berada di bawah batas normal, sementara nilai leukosit berada di atas batas normal. Pada pemeriksaan patologi anatomi tanggal 8 Juli 2019, disimpulkan pada hasil pemeriksaan terdapat tumor mammae sinistra sedangkan pada tanggal 8 Agustus 2022 didapatkan hasil pemeriksaan yaitu Carsinoma Mammae sinistra residif.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi Ny. A yang berusia 42 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan diagnosa medis Carsinoma mammae sinistra residif dan riwayat prosedur mastektomi 2 kali, serta keluhan utama nyeri pada daerah luka prosedur mastektomi di area dada kiri, sesak napas, penurunan nafsu makan, merasa lemah, dan malu dengan perubahan bentuk tubuhnya, serta hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya ketidakseimbangan kondisi, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia):
a. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur mastektomi
b. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh akibat mastektomi
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
a. Kontrol Nyeri
b. Citra Tubuh
c. Toleransi Aktivitas
3. Diagnosa Keperawatan berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
a. Manajemen Nyeri
b. Peningkatan Citra Tubuh
c. Peningkatan Toleransi Aktivitas
Penjelasan singkat:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur mastektomi:
- Pasien mengalami nyeri di area dada kiri akibat prosedur mastektomi yang dilakukan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri, seperti pemberian analgesik, terapi relaksasi, dan manajemen lingkungan.
2. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh akibat mastektomi:
- Pasien merasa malu dengan perubahan bentuk tubuhnya setelah prosedur mastektomi dan merasa kehilangan jati diri sebagai perempuan.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan citra tubuh, seperti konseling, terapi kognitif-perilaku, dan pemberian dukungan emosional.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik:
- Pasien mengalami kelemahan sehingga membutuhkan bantuan dalam membersihkan diri dan sudah tidak mampu beribadah.
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah peningkatan toleransi aktivitas, seperti latihan fisik yang bertahap, manajemen energi, dan pengaturan lingkungan yang mendukung. -
Article No. 4087 | 31 Oct 2024
Klinis : resiko defisit nutrisi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi risiko defisit nutrisi.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Defisit Nutrisi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Defisit Nutrisi didefinisikan sebagai keadaan di mana individu berisiko mengalami asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari intervensi keperawatan untuk risiko defisit nutrisi adalah:
1. Asupan nutrisi adekuat
2. Berat badan stabil atau meningkat
3. Kadar albumin dalam batas normal
4. Tidak terjadi komplikasi akibat malnutrisi
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko defisit nutrisi antara lain:
1. Pemantauan asupan nutrisi
2. Pemberian konseling gizi
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk perencanaan diet yang sesuai
4. Pemberian suplemen nutrisi jika diperlukan
5. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang kebutuhan nutrisi yang adekuat
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk mengatasi risiko defisit nutrisi pada pasien. -
Article No. 4088 | 31 Oct 2024
Klinis : resiko defisit nutris
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Tentu, saya akan memberikan kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur/tindakan medis yang sesuai dengan kondisi "risiko defisit nutris" dengan format yang terstruktur serta penjelasan yang detail.
1. Kode ICD-10:
- Kode: R64
- Deskripsi: Kekurangan nutrisi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "risiko defisit nutris". Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi ini dapat mencakup:
- Konsultasi dengan ahli gizi (kode ICD-9-CM: V65.3 - Konsultasi dengan ahli gizi)
- Pemeriksaan fisik yang terfokus pada status nutrisi (tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik)
- Tes laboratorium untuk mengevaluasi status nutrisi, seperti tes darah untuk mengukur kadar albumin, hemoglobin, atau zat gizi mikro (kode ICD-9-CM: 84.x - Tes laboratorium klinik)
- Intervensi nutrisi, seperti pemberian suplemen atau modifikasi diet (tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik)
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R64 (Kekurangan nutrisi) digunakan untuk menggambarkan kondisi "risiko defisit nutris". Kode ini mencakup situasi di mana terdapat risiko atau kemungkinan defisiensi nutrisi, tetapi belum terdapat defisiensi yang jelas terlihat.
2. Tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk "risiko defisit nutris". Namun, tindakan medis yang mungkin dilakukan untuk mengevaluasi dan menangani kondisi ini dapat mencakup konsultasi dengan ahli gizi, pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan intervensi nutrisi. Meskipun tidak ada kode ICD-9-CM prosedur yang spesifik untuk kondisi ini, tindakan-tindakan tersebut dapat dikodekan sesuai dengan kode prosedur yang relevan. -
Article No. 4089 | 31 Oct 2024
Klinis : Keadaan umum : Pasien tidak sadar Kesadaran : Koma GCS : 3 (E1M1V1) terpasang infus RL 20 tpm, DC, dan NGT TTV : SpO2 : 88% dengan oksigen masker 15 lpm RR : 10 x/menit Suhu : 36,3 C HR : 135 x/menit Tekanan darah : 80/60 mmHg dengan Sp.vascon 1,8 cc/jam Hasil lab : Hemoglobin : 12,4 Hematokrit : 39,3 Leukosit : 16,3 Trombosit : 326
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien yang diberikan, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkat menurut SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan Kesadaran
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan Singkat:
1. Penurunan Kesadaran
- SDKI: Penurunan Kesadaran
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Kognitif
- SIKI: Manajemen Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran ditandai dengan GCS 3, yang menunjukkan kondisi koma. Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah mempertahankan fungsi kognitif, memantau status neurologis, dan mengelola penurunan kesadaran.
2. Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SDKI: Perfusi Jaringan Tidak Efektif
- SLKI: Mempertahankan Sirkulasi
- SIKI: Manajemen Sirkulasi
Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan tekanan darah rendah (80/60 mmHg) yang membutuhkan vasopresor, serta saturasi oksigen yang rendah (88%). Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau dan mempertahankan sirkulasi darah, serta mengelola perfusi jaringan.
3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Mempertahankan Fungsi Respirasi
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan adanya frekuensi napas yang rendah (10 x/menit) dan kebutuhan oksigen yang tinggi (15 lpm). Intervensi keperawatan yang diperlukan adalah memantau dan mempertahankan fungsi respirasi, serta mengelola jalan napas.
Dalam penanganan pasien, perawat harus melakukan intervensi keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.