Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4149 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan muntah-muntah dan diare sejak kemarin. Ibunya melaporkan bahwa anak tampak lemah, tidak nafsu makan, dan hanya minum sedikit air. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bibir anak kering, mata cekung, serta turgor kulit menurun. Hasil pemeriksaan ttv menunjukkan frekuensi nadi 130 kali/menit , suhu 37,3oCdan nafas 20kali/menit. Diagnosa keperawatan yang paling tepat berdasarkan kasus diatas adalah... 10 poin a. Risiko cedera b. Hipovolemia c. Hipervolemia d. Hipertermia e. Risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kasus yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah:
b. Hipovolemia
Penjelasan:
Hipovolemia adalah kondisi kekurangan volume cairan tubuh. Dalam kasus ini, anak perempuan berusia 4 tahun mengalami gejala-gejala yang mengindikasikan hipovolemia, seperti:
- Muntah-muntah dan diare sejak kemarin
- Tampak lemah, tidak nafsu makan, dan hanya minum sedikit air
- Bibir kering, mata cekung, dan turgor kulit menurun
- Frekuensi nadi yang tinggi (130 kali/menit)
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), diagnosa keperawatan "Hipovolemia" merupakan diagnosis yang paling sesuai dengan kondisi pasien ini.
Diagnosa keperawatan lainnya seperti "Risiko cedera", "Hipervolemia", "Hipertermia", dan "Risiko infeksi" tidak sesuai dengan gejala-gejala yang dialami oleh pasien. -
Article No. 4150 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak napas, batuk, dan suara mengi. Hasil pemeriksaan menunjukkan frekuensi napas 40 kali/menit. Apa diagnosa keperawatan yang paling tepat? 10 poin a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. Hipovolemia c. Gangguan pola napas d. Defisit nutrisi e. Risiko infeksi
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda sampaikan.
Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Penjelasan:
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka. Kondisi ini ditandai dengan frekuensi napas yang meningkat (40 kali/menit), adanya batuk, dan suara napas mengi, yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan napas.
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang sesuai adalah:
- SDKI: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
- SLKI: Jalan Napas Bebas Sekret
- SIKI: Manajemen Jalan Napas
Jadi, diagnosa keperawatan yang paling tepat adalah "Bersihan jalan napas tidak efektif" dengan penjelasan singkat tersebut. -
Article No. 4151 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang anak berusia 3 tahun mengalami batuk berdahak dan demam. Ibu anak tersebut mengeluhkan anaknya sering lelah dan kurang aktif. Tindakan utama perawat untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen anak adalah: 10 poin a. Menyediakan makanan kaya protein b. Menjaga posisi tidur anak tetap datar c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan anak d. Memberikan minuman dalam jumlah besar sekaligus e. Menghindari aktivitas fisik
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi anak tersebut dapat didiagnosis dengan:
1. Kode ICD-10:
- Kode: J15.9
- Deskripsi: Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasi di tempat lain
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemberian oksigen, tidak diklasifikasi di tempat lain
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 J15.9 (Pneumonia bakteri, tidak diklasifikasi di tempat lain) digunakan untuk diagnosis karena anak mengalami gejala batuk berdahak dan demam, yang dapat mengarah ke infeksi saluran pernapasan seperti pneumonia.
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemberian oksigen, tidak diklasifikasi di tempat lain) sesuai dengan tindakan utama perawat untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen anak, yaitu dengan memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
Dalam hal ini, tindakan utama perawat yang paling tepat adalah:
c. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan anak
Hal ini karena pemberian oksigen dapat membantu memenuhi kebutuhan oksigen pada anak yang mengalami gejala batuk berdahak dan demam, serta sering lelah dan kurang aktif. Tindakan lain seperti menyediakan makanan kaya protein, menjaga posisi tidur anak tetap datar, memberikan minum dalam jumlah besar sekaligus, dan menghindari aktivitas fisik juga dapat dilakukan, tetapi tidak merupakan tindakan utama untuk membantu pemenuhan kebutuhan oksigen anak. -
Article No. 4152 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun datang ke ruang perawatan dengan keluhan batuk berdahak yang sulit keluar, sesak napas, dan suara mengi. Pada pemeriksaan, didapatkan frekuensi napas 40 kali/menit, frekuensi nadi 110 kali/menit, dan saturasi oksigen 91%. Terdengar bunyi napas tambahan berupa ronkhi di kedua sisi paru. Anak juga tampak menggunakan otot bantu pernapasan. Berdasarkan data di atas, diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kasus ini adalah... 10 poin a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. Pola nafas tidak efektif c. Gangguan rasa nyaman d. Intoleransi aktivitas e. Gangguan mobilitas fisik
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, diagnosa keperawatan yang paling tepat untuk kasus ini adalah:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Bersihan jalan napas tidak efektif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Luaran yang diharapkan adalah pasien akan mempertahankan jalan napas yang terbuka dan bersih.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain memantau status pernapasan, memberikan posisi semi fowler, memberikan suplementasi oksigen, dan melakukan fisioterapi dada.
Penjelasan ini mengacu pada kondisi pasien dengan keluhan batuk berdahak yang sulit keluar, sesak napas, dan bunyi napas tambahan berupa ronkhi, yang menunjukkan adanya obstruksi jalan napas. -
Article No. 4154 | 31 Oct 2024
Klinis : mudah lelah, nyeri luka operasi, sesak nafas berkurang Echocardiography RSUP HAM 26-08-2024 *1. Fungsi sistolik LV baik, EF 65% (BP Simpson) Fungsi diastolik terganggu grade I (E/A : 0.7; E/e’ : 17) Wallmotion : global normokinetik 2. Dimensi ruang jantung baik (LVEDD : 44 mm; LVEDV : 77ml; LAVi : 19 ml/m2) 3. Kontraktilitas RV baik, TAPSE 22 mm (RV S’ : 10 cm/s) 4. Katup-katup : - Katup Aorta : baik - Katup Mitral : MR Mild d/t functional (soft jet) - Katup Trikuspid : baik - Katup Pulmonal : baik 5. Perikardium : baik 6. Thromus : (-) 7. Tidak terlihat shunt intrakardiak Conclusions Fungsi sistolik LV Baik, EF : 65% (BP Simpson) Fungsi diastolic terganggu grade I MR Mild d/t functional Angiografi Koroner RSUP HAM 27-08-2024 LAD : Stenosis 70-80% di proximal-mid, kalsifikasi (+). TIMI flow III. LCx : Stenosis 70-80% di proximal-distal. TIMI flow III. RCA : Dominan. CTO di mid, mendapat kolateral dari kontralateral (LAD & LCx) Kesimpulan : CAD3VD
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri dan fungsi diastolik yang terganggu, ditandai dengan mudah lelah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi.
3. Penurunan kapasitas jantung berhubungan dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri dan penyakit jantung koroner, ditandai dengan sesak napas.
Penjelasan Singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau yang diperlukan, diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
- Nyeri akut: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau dijelaskan dalam istilah seperti kerusakan tersebut.
- Penurunan kapasitas jantung: Ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas, terpenuhinya kebutuhan oksigen saat melakukan aktivitas, dan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas.
- Nyeri akut: Menurunnya frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri.
- Penurunan kapasitas jantung: Meningkatnya kapasitas jantung, menurunnya gejala penurunan kapasitas jantung, dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intoleransi aktivitas: Manajemen aktivitas, terapi latihan, dan manajemen energi.
- Nyeri akut: Manajemen nyeri, terapi modalitas nyeri, dan kolaborasi pemberian analgesik.
- Penurunan kapasitas jantung: Manajemen sirkulasi, manajemen cairan, dan perawatan jantung.
Kesimpulan, diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien adalah intoleransi aktivitas, nyeri akut, dan penurunan kapasitas jantung. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup manajemen aktivitas, terapi latihan, manajemen nyeri, dan perawatan jantung. -
Article No. 4155 | 31 Oct 2024
Klinis : nyeri pinggang kiri menjalar ke testis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi nyeri pinggang kiri menjalar ke testis.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan penyakit muskuloskeletal, seperti hernia diskus, spasme otot, atau gangguan saraf.
Penjelasan:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Karakteristik utama: Pernyataan verbal atau nonverbal mengenai rasa nyeri, perubahan ekspresi wajah, dan perubahan postur tubuh.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Klien melaporkan nyeri terkontrol, kemampuan melakukan aktivitas meningkat, dan tidak ada komplikasi.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan:
- Manajemen nyeri: Identifikasi faktor penyebab nyeri, implementasi tindakan farmakologis dan non-farmakologis untuk mengurangi nyeri, dan evaluasi efektivitas intervensi.
- Edukasi terkait nyeri: Memberikan informasi tentang penyebab, gejala, dan cara penanganan nyeri.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain: Konsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan lebih lanjut.
Sebagai seorang perawat, saya akan melakukan penilaian komprehensif, menerapkan intervensi keperawatan yang sesuai, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk membantu klien mengatasi nyeri pinggang kiri yang menjalar ke testis dan mencapai hasil yang diharapkan. -
Article No. 4156 | 31 Oct 2024
Klinis : intoleransi aktifitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Diagnosa Keperawatan: Intoleransi Aktivitas
Penjelasan singkat berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
SDKI:
Intoleransi Aktivitas adalah ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan akibat keterbatasan fisik dan/atau psikologis.
SLKI:
1. Toleransi Aktivitas Meningkat
2. Keterlibatan dalam Aktivitas Meningkat
3. Kenyamanan Meningkat
SIKI:
1. Manajemen Aktivitas
2. Peningkatan Energi
3. Manajemen Kelelahan
Penjelasan:
Intoleransi Aktivitas adalah kondisi di mana pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau diperlukan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan kemampuan fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya. Tujuan utama penanganan adalah untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap aktivitas, keterlibatan dalam aktivitas, dan kenyamanan secara keseluruhan. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain manajemen aktivitas, peningkatan energi, dan manajemen kelelahan, dengan tujuan akhir membantu pasien mencapai kemandirian dan kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 4157 | 31 Oct 2024
Klinis : kelebihan volume cairan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi kelebihan volume cairan, dengan nada akademis dan persona sebagai seorang pakar perawat.
Diagnosa Keperawatan:
Kelebihan Volume Cairan
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Kelebihan Volume Cairan didefinisikan sebagai kondisi di mana individu memiliki peningkatan retensi cairan yang disebabkan oleh mekanisme kompensasi yang tidak efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit ginjal, gangguan jantung, atau asupan cairan yang berlebihan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Luaran yang diharapkan dari perawatan pasien dengan Kelebihan Volume Cairan adalah pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat, menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil, dan tidak mengalami gejala kelebihan cairan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengelola Kelebihan Volume Cairan meliputi:
1. Pemantauan tanda-tanda vital dan status cairan,
2. Pembatasan asupan cairan,
3. Pemberian diuretik sesuai indikasi,
4. Edukasi pasien dan keluarga tentang manajemen cairan,
5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengatasi penyebab kelebihan cairan.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang SDKI, SLKI, dan SIKI, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas dan terarah untuk mengatasi kondisi Kelebihan Volume Cairan pada pasien. -
Article No. 4158 | 31 Oct 2024
Klinis : Masyarakat ingin mencari cara untuk lebih memahami dan menerima anggota yang terinfeksi..
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia, berikut adalah diagnosa keperawatan beserta penjelasan singkatnya untuk kondisi tersebut:
Diagnosa Keperawatan:
Stigma Sosial Terkait Penyakit
Penjelasan:
- Stigma Sosial Terkait Penyakit merupakan diagnosa keperawatan yang merujuk pada persepsi negatif atau prasangka masyarakat terhadap seseorang yang terinfeksi penyakit tertentu.
- Kondisi ini dapat menyebabkan anggota masyarakat yang terinfeksi merasa terisolasi, dikucilkan, atau didiskriminasi oleh lingkungan sosialnya.
- Diagnosa ini berfokus pada upaya meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap anggota yang terinfeksi, sehingga dapat mengurangi stigma sosial yang terjadi.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Penerimaan Sosial
- Keterlibatan dalam Kegiatan Sosial
- Keberfungsian Sosial
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Edukasi Kesehatan
- Konseling
- Advokasi
- Pengembangan Kelompok Dukungan
Penjelasan Singkat:
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi stigma sosial terkait penyakit meliputi:
1. Edukasi Kesehatan: memberikan informasi yang akurat dan komprehensif kepada masyarakat mengenai penyakit dan cara penularannya, sehingga dapat mengurangi ketakutan dan prasangka buruk.
2. Konseling: memberikan dukungan dan bimbingan kepada individu atau kelompok yang mengalami stigma sosial, agar dapat meningkatkan penerimaan diri dan membangun ketahanan.
3. Advokasi: memperjuangkan hak-hak dan kesempatan yang setara bagi anggota masyarakat yang terinfeksi, sehingga dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial.
4. Pengembangan Kelompok Dukungan: memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok yang dapat saling memberikan dukungan dan berbagi pengalaman, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan sosial.
Dengan penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap anggota yang terinfeksi, sehingga dapat mengurangi stigma sosial yang terjadi. -
Article No. 4159 | 31 Oct 2024
Klinis : Risiko perfusi miokard tidak efektif bb cedera akut pada miokardium, nekrosis atau kerusakan jaringan jantung, kerusakan pada otot jantung, kontraktilitas jantung berkurang db gambaran segmen ST elevasi dengan Q patologis, hasil pemeriksaan lab CKMB : 39,7 u/L (N< 24), pemeriksaan echocardiografi menunjukkan hiphotatic mid anteroseptal apical dengan segmen normal
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, pasien mengalami kondisi Risiko perfusi miokard tidak efektif yang disebabkan oleh cedera akut pada miokardium, nekrosis atau kerusakan jaringan jantung, kerusakan pada otot jantung, dan kontraktilitas jantung yang berkurang.
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Definisi:
Risiko terjadinya ketidakcukupan suplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung.
Karakteristik Definisi:
1. Gambaran segmen ST elevasi dengan Q patologis
2. Hasil pemeriksaan laboratorium CKMB 39,7 u/L (N< 24)
3. Pemeriksaan ekokardiografi menunjukkan hipokinetik mid anteroseptal apical dengan segmen normal
Faktor Risiko:
1. Cedera akut pada miokardium
2. Nekrosis atau kerusakan jaringan jantung
3. Kerusakan pada otot jantung
4. Kontraktilitas jantung berkurang
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Pemantauan Hemodinamik
2. Manajemen Nyeri
3. Manajemen Aktifitas
4. Manajemen Sirkulasi
5. Edukasi Penyakit Jantung
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Hemodinamik: Pantau tanda-tanda vital, irama jantung, dan parameter hemodinamik lainnya
2. Manajemen Nyeri: Berikan analgesik sesuai dengan resep, dan lakukan manajemen nyeri non-farmakologis
3. Manajemen Aktifitas: Atur aktivitas pasien untuk meminimalkan konsumsi oksigen miokard
4. Manajemen Sirkulasi: Pantau dan pertahankan perfusi jaringan yang adekuat
5. Edukasi Penyakit Jantung: Berikan edukasi tentang penyakit jantung, pengelolaan, dan gaya hidup yang sehat
Dalam menerapkan asuhan keperawatan, perawat harus mempertimbangkan kondisi klinis pasien, menerapkan intervensi yang tepat, dan melakukan pemantauan yang ketat untuk mencegah komplikasi dan memaksimalkan pemulihan pasien.