Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 6000 | 16 Nov 2024
Klinis : Tn. A dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan dan kiri sejak sekitar 4 bulan, cairan berwarna putih tidak berbau. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 96/60 mmHg, N: 69x/menit, RR: 20x/menit, S : 36,4 C,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan kondisi yang Anda deskripsikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
Risiko Infeksi Telinga (SIKI)
Penjelasan:
1. Definisi: Kerentanan terhadap invasi dan perkembangan organisme patogen pada telinga yang dapat membahayakan kesehatan.
2. Faktor Risiko: Terdapat cairan keluar dari telinga kanan dan kiri sejak sekitar 4 bulan, cairan berwarna putih dan tidak berbau.
3. Gejala dan Tanda: Keluar cairan dari telinga, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak.
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan Pembersihan Jalan Napas
- Kekurangan Volume Cairan
- Risiko Infeksi
- Risiko Perdarahan
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Kontrol Infeksi
- Keseimbangan Cairan
- Pemulihan Kerusakan Jaringan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Manajemen Infeksi
- Manajemen Cairan
- Perawatan Telinga
Berdasarkan kondisi Tn. A, diagnosa keperawatan yang paling sesuai adalah Risiko Infeksi Telinga. Pasien memiliki risiko infeksi telinga karena adanya cairan yang keluar dari telinga kanan dan kiri, meskipun tidak ada tanda-tanda infeksi yang lain. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah manajemen infeksi, manajemen cairan, dan perawatan telinga untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih lanjut. -
Article No. 6001 | 16 Nov 2024
Klinis : klien merasa sangat sedih, sering menangis
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang diberikan, di mana klien merasa sangat sedih dan sering menangis, dapat diidentifikasi beberapa diagnosa keperawatan yang sesuai dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Depresi
- Definisi: Kondisi di mana individu berisiko mengalami gangguan mood dengan perasaan sedih, putus asa, dan kehilangan minat atau kesenangan yang menyebabkan gangguan fungsi sehari-hari.
- SLKI: Tingkat Depresi Menurun, Kontrol Emosi Meningkat
- SIKI: Manajemen Depresi, Terapi Kognitif, Terapi Relaksasi
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami perubahan dalam proses berpikir, yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan perilaku.
- SLKI: Proses Pikir Terarah, Fungsi Kognitif Membaik
- SIKI: Terapi Kognitif, Manajemen Stres, Edukasi Kesehatan Mental
3. Diagnosa Keperawatan: Kesedihan Kronis
- Definisi: Kondisi di mana individu mengalami kesedihan yang berkepanjangan dan mengganggu fungsi sehari-hari.
- SLKI: Ekspresi Emosi Membaik, Adaptasi Psikososial Meningkat
- SIKI: Terapi Tatalaksana Kesedihan, Konseling, Terapi Relaksasi
Dalam memberikan asuhan keperawatan untuk kondisi ini, perawat dapat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan persona "pakar" dan "nurse", dengan memberikan edukasi, terapi kognitif, dan intervensi yang berfokus pada manajemen emosi, peningkatan fungsi kognitif, dan pengembangan strategi koping yang efektif. Komunikasi yang empatik dan dukungan emosional juga sangat penting dalam membantu klien mengatasi kondisi tersebut. -
Article No. 6003 | 16 Nov 2024
Klinis : Tn. K dengan keluhan nyeri pinggang kiri vas 9, BAK terkadang ada darahnya, pasien sudah tidak mual. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 96/62 mmHg, N: 67/menit, RR: 20x/menit, S : 36 C,
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi yang Anda berikan.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut (SDKI)
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Penyebab: Cedera/penyakit.
- Gejala: Klien mengeluh nyeri pinggang kiri dengan skala 9.
2. Risiko Perdarahan (SDKI)
- Definisi: Rentan mengalami perdarahan yang dapat membahayakan kesehatan.
- Penyebab: Gangguan sistem eliminasi.
- Gejala: Klien terkadang ada darah saat berkemih.
Rencana Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Manajemen Nyeri
- Tujuan: Klien melaporkan nyeri berkurang.
- Intervensi: Identifikasi skala nyeri, berikan analgesik sesuai indikasi, kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
2. Pencegahan Perdarahan
- Tujuan: Tidak terjadi perdarahan.
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, edukasi klien dan keluarga.
Implementasi Keperawatan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
- Intervensi: Identifikasi penyebab nyeri, kolaborasi pemberian analgesik, evaluasi efektivitas penanganan nyeri.
2. Pencegahan Perdarahan
- Intervensi: Monitor tanda-tanda vital, kolaborasi pemeriksaan diagnostik, edukasi klien dan keluarga tentang pencegahan perdarahan.
Tone: Akademis, Persona: Pakar, Nurse
Saya telah memberikan Diagnosa Keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI berdasarkan kondisi Tn. K yang Anda sampaikan. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan. -
Article No. 6004 | 16 Nov 2024
Klinis : Ny. F dengan keluhan benjolan di tangan kiri sejak kecil, membesar (+), nyeri kadang-kadang. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 106/82 mmHg, N: 90/menit, RR: 22x/menit, S : 36,6 C, pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, inj ketorolac
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Diagnosa Keperawatan SDKI yang Sesuai:
1. Nyeri Akut
Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam istilah-istilah tersebut.
Penyebab: Proses penyakit.
Tanda dan Gejala:
- Pasien mengeluh nyeri di daerah benjolan pada tangan kiri.
- Pasien tampak meringis saat dilakukan palpasi pada benjolan.
- Hasil pemeriksaan TTV: TD 106/82 mmHg, N 90/menit, RR 22x/menit, S 36,6°C.
Luaran/Output yang Diharapkan (SLKI):
1. Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil:
- Pasien mampu mengenali faktor penyebab nyeri.
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
- Pasien melaporkan nyeri berkurang.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan (SIKI):
1. Manajemen Nyeri
Tujuan: Untuk mengontrol nyeri yang dirasakan pasien.
Aktivitas:
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mencakup lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
- Berikan informasi tentang nyeri, penyebab, dan penatalaksanaannya.
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis, misal pemberian injeksi ketorolac.
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, seperti kompres dingin, distraksi, dan relaksasi.
- Monitor tanda-tanda vital secara berkala.
- Evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Penjelasan Rinci:
Ny. F dengan keluhan benjolan di tangan kiri sejak kecil, membesar, dan kadang-kadang nyeri, merupakan kondisi yang dapat didiagnosis dengan Nyeri Akut berdasarkan SDKI. Pasien mengeluh nyeri di daerah benjolan, dan hasil pemeriksaan TTV menunjukkan adanya peningkatan denyut nadi yang dapat menjadi indikasi adanya nyeri. Luaran/Output yang diharapkan adalah Kontrol Nyeri, di mana pasien mampu mengenali faktor penyebab nyeri, menggunakan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, melaporkan nyeri berkurang, dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi Keperawatan yang diperlukan adalah Manajemen Nyeri, yang meliputi pengkajian nyeri secara komprehensif, pemberian informasi tentang nyeri, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian terapi farmakologis, pengajaran teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, pemantauan tanda-tanda vital, dan evaluasi efektivitas intervensi dalam mengurangi nyeri.
Semoga penjelasan ini bermanfaat. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. -
Article No. 6005 | 16 Nov 2024
Klinis : Ny. F dengan keluhan benjolan di tangan kiri sejak kecil, membesar (+), nyeri kadang-kadang. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 106/82 mmHg, N: 90/menit, RR: 22x/menit, S : 36,6 C, pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, inj ketorolac
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan yang Anda sampaikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
1. Diagnosa Keperawatan:
- Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
2. Penjelasan singkat:
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengakibatkan iskemia, nekrosis, atau disfungsi organ.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Tujuan yang ingin dicapai adalah Perfusi Jaringan Perifer Efektif, yang ditandai dengan adanya sensasi normal, warna kulit normal, suhu kulit normal, dan tidak ada pembengkakan.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Manajemen Perfusi Jaringan: Mengkaji tanda-tanda perfusi jaringan, memantau TTV, mengatur posisi ekstremitas, menjaga kelembaban kulit, dan melakukan terapi farmakologi sesuai indikasi (misalnya pemberian infus RL dan injeksi ketorolac).
b. Manajemen Nyeri: Mengkaji karakteristik nyeri, menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgesik.
c. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan informasi mengenai kondisi pasien, tujuan, dan rencana perawatan, serta melibatkan pasien dan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstruktur untuk membantu Ny. F mencapai hasil yang optimal. -
Article No. 6006 | 16 Nov 2024
Klinis : intervensi untuk diagnosa intoleransi aktivitas
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi intoleransi aktivitas.
Diagnosa Keperawatan:
Intoleransi Aktivitas
Definisi:
Intoleransi Aktivitas adalah keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia):
Intoleransi Aktivitas ditandai dengan gejala seperti kelelahan, sesak napas, nyeri dada, peningkatan denyut nadi, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas. Pasien dapat mengalami keterbatasan dalam memenuhi aktivitas sehari-hari.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
Pasien dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri, dan tidak mengalami kelelahan yang berlebihan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
Intervensi keperawatan untuk mengatasi Intoleransi Aktivitas antara lain:
1. Manajemen Aktivitas: Membantu pasien dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi aktivitas secara bertahap.
2. Teknik Konservasi Energi: Mengajarkan pasien teknik-teknik untuk menghemat energi saat melakukan aktivitas.
3. Manajemen Rasa Nyeri: Mengenali dan mengelola rasa nyeri yang mungkin muncul saat aktivitas.
4. Edukasi Pasien dan Keluarga: Memberikan edukasi tentang penyebab, tanda-tanda, dan strategi mengatasi intoleransi aktivitas.
5. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan: Berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain untuk mengevaluasi dan mengoptimalkan kemampuan fungsional pasien.
Dengan pendekatan komprehensif sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien dapat meningkatkan toleransi aktivitas, memaksimalkan kemandirian, dan mencapai kualitas hidup yang optimal. -
Article No. 6007 | 16 Nov 2024
Klinis : Tn. A dengan keluhan benjolan di tangan kiri sejak kecil, membesar (+), nyeri kadang-kadang. Demam sudah 3 hari. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD: 106/82 mmHg, N: 90/menit, RR: 22x/menit, S : 38,6 C,
ICD-SDKI: SDKI (+)
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum, Ibu. Saya akan memberikan penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi Tn. A yang Anda sampaikan.
Diagnosa Keperawatan SDKI:
Berdasarkan kondisi Tn. A dengan keluhan benjolan di tangan kiri sejak kecil yang membesar, nyeri kadang-kadang, serta demam selama 3 hari, maka diagnosa keperawatan SDKI yang sesuai adalah:
1. Nyeri Akut: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah-istilah kerusakan tersebut (International Association for the Study of Pain, 1979). Hal ini dibuktikan dengan keluhan nyeri kadang-kadang yang dirasakan Tn. A.
2. Hipertermia: Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal, ditandai dengan peningkatan suhu tubuh Tn. A menjadi 38,6 °C.
Luaran/Output yang Diharapkan Setelah Asuhan Keperawatan (SLKI):
1. Nyeri Akut:
a. Tujuan: Pasien akan melaporkan penurunan nyeri dalam 2-3 hari.
b. Kriteria Hasil:
- Pasien dapat menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi nyeri.
- Pasien dapat menyebutkan faktor-faktor yang memperberat dan memperbaiki nyeri.
- Pasien dapat menggunakan teknik manajemen nyeri yang efektif.
2. Hipertermia:
a. Tujuan: Pasien akan menunjukkan suhu tubuh normal dalam 2-3 hari.
b. Kriteria Hasil:
- Pasien dapat mengenali tanda-tanda hipertermia.
- Pasien dapat menjelaskan penyebab hipertermia.
- Pasien dapat melakukan tindakan yang tepat untuk menurunkan suhu tubuh.
Intervensi Keperawatan yang Diperlukan untuk Mencapai Tujuan Luaran (SIKI):
1. Nyeri Akut:
a. Pengkajian nyeri: Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.
b. Manajemen nyeri: Berikan analgesik sesuai instruksi dokter, ajarkan teknik relaksasi, kompres hangat/dingin pada area yang nyeri.
c. Edukasi: Ajarkan pasien dan keluarga tentang manajemen nyeri, identifikasi faktor-faktor yang memperberat dan memperbaiki nyeri.
2. Hipertermia:
a. Pengkajian tanda-tanda vital: Monitor suhu tubuh secara berkala.
b. Manajemen hipertermia: Berikan cairan yang cukup, kompres hangat/dingin untuk menurunkan suhu tubuh, monitor intake dan output cairan.
c. Edukasi: Ajarkan pasien dan keluarga tentang penyebab hipertermia, tanda-tanda hipertermia, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh.
Demikian penjelasan yang rinci dan terperinci terkait diagnosa keperawatan SDKI, luaran/output yang diharapkan setelah asuhan keperawatan (SLKI), serta intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan luaran (SIKI) berdasarkan kondisi Tn. A. Semoga informasi ini bermanfaat. Wassalamu'alaikum. -
Article No. 6008 | 16 Nov 2024
Klinis : Batita perempuan dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang pada tanggal 28 Maret 2015. Ibu mengeluh anaknya belum bisa berjalan. Perawat melakukan pengkajian tumbuh kembang dengan menggunakan format DDST II. Diketahui anak lahir tanggal 30 April 2013 dalam kondisi aterm. Berapa usia kronologis anak tersebut saat dilakukan pengkajian
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan senang hati saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang anda deskripsikan.
Usia Kronologis Anak:
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2015
Tanggal Lahir : 30 April 2013
Usia Kronologis Anak saat Pengkajian :
28 Maret 2015 - 30 April 2013 = 1 tahun 10 bulan 28 hari
Diagnosa Keperawatan:
1. Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar
- Definisi: Ketidakmampuan anak untuk mencapai tahap-tahap perkembangan motorik kasar sesuai dengan usia.
- Penyebab: Faktor biologis (kelainan neurologi), faktor lingkungan (kurangnya stimulasi) atau kombinasi keduanya.
- Gejala: Anak belum bisa berjalan pada usia yang seharusnya.
2. Resiko Keterlambatan Perkembangan
- Definisi: Kerentanan anak untuk mencapai tahap-tahap perkembangan yang kurang dari yang diharapkan pada usia tertentu.
- Penyebab: Faktor biologis (prematur, berat badan lahir rendah), faktor lingkungan (kurangnya stimulasi) atau kombinasi keduanya.
- Gejala: Anak belum bisa berjalan pada usia yang seharusnya.
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Stimulasi Perkembangan
- Tujuan: Meningkatkan kemampuan motorik kasar anak sesuai usia.
- Intervensi: Memberikan latihan-latihan fisik, mainan yang merangsang gerak, dan lingkungan yang mendukung perkembangan.
2. Edukasi Orang Tua
- Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam menstimulasi perkembangan anak.
- Intervensi: Memberikan informasi tentang tahap-tahap perkembangan anak, cara melakukan stimulasi, dan memantau perkembangan anak.
Outcome (SLKI):
1. Perkembangan Motorik Kasar Membaik
2. Pengetahuan Orang Tua tentang Stimulasi Perkembangan Meningkat
Saya harap penjelasan ini dapat membantu anda dalam memahami diagnosa keperawatan dan rencana intervensi untuk kondisi anak yang anda deskripsikan. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, saya akan senang untuk membantu. -
Article No. 6009 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusian 36 tahun dirawat di rumah sakit jiwa sejak satu minggu yang lalu. Pada saat pengkajian, klien sering menyalahkan dirinya, pembicaraan klien sering berputar-putar tetapi diakhir pembicaraan sampai pada tujuan. Apakah proses fikir yang terjadi pada pada pasien sesuai dengan kasus diatas?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Assalamualaikum,
Berdasarkan kasus yang Anda paparkan, proses berpikir yang terjadi pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai gangguan proses pikir berjenis perseverasi (pembicaraan berputar-putar tetapi akhirnya sampai pada tujuan). Perseverasi adalah kecenderungan untuk terus-menerus mempertahankan atau mengulang-ulang respon atau perilaku tertentu, meskipun sudah tidak sesuai dengan situasi yang ada.
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kasus tersebut adalah:
1. Gangguan Proses Pikir
Definisi: Kemampuan berpikir yang tidak adekuat, terganggu, atau tidak efektif.
Karakteristik Utama:
- Perseverasi (pembicaraan berputar-putar tetapi akhirnya sampai pada tujuan)
- Sering menyalahkan diri sendiri
Penjelasan Singkat:
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Pasien dapat mengenali proses pikir yang terganggu, dapat mengontrol proses pikir yang terganggu, dan dapat mendemonstrasikan proses pikir yang efektif.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan meliputi terapi realitas, terapi kognitif, dan terapi perilaku.
Sebagai perawat, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membantu pasien dengan gangguan proses pikir ini antara lain:
1. Mengkaji proses pikir pasien secara komprehensif.
2. Mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhi gangguan proses pikir.
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan yang berfokus pada peningkatan kemampuan pasien dalam mengenali, mengontrol, dan mendemonstrasikan proses pikir yang efektif.
4. Melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai, seperti terapi realitas, terapi kognitif, dan terapi perilaku.
5. Melakukan evaluasi secara berkala untuk menilai kemajuan pasien dan mengoptimalkan asuhan keperawatan.
Semoga informasi ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silakan tanyakan.
Wassalamualaikum. -
Article No. 6010 | 16 Nov 2024
Klinis : Seorang laki-laki berusia 20 tahun dirawat di RSJ AGH Semarang, saat dikaji oleh perawat, pembicaraan pasien suka beralih dari satu topik ke topik lain tanpa terarah dan sulit difokuskan.Apakah tanda dan gejala gangguan jiwa yang pasien alami?
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan nada akademis dan persona sebagai pakar perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI-SLKI-SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda deskripsikan.
Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir Tidak Efektif
Penjelasan:
Berdasarkan tanda dan gejala yang Anda deskripsikan, pasien laki-laki berusia 20 tahun ini mengalami gangguan proses pikir tidak efektif. Ini ditandai dengan pembicaraan pasien yang suka beralih dari satu topik ke topik lain tanpa terarah dan sulit difokuskan.
Menurut SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), gangguan proses pikir tidak efektif didefinisikan sebagai "Gangguan dalam pengorganisasian pikiran yang menyebabkan komunikasi yang tidak logis, abstrak, atau tidak relevan".
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) menyebutkan bahwa hasil yang diharapkan dari perawatan pasien dengan gangguan proses pikir tidak efektif adalah pasien dapat berkomunikasi secara logis, terstruktur, dan fokus.
Selanjutnya, SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) memberikan beberapa intervensi yang dapat dilakukan, seperti:
1. Menjalin hubungan saling percaya dengan pasien
2. Memberikan lingkungan yang tenang dan terfokus
3. Membantu pasien untuk tetap fokus pada satu topik pembicaraan
4. Menggunakan pertanyaan terbuka untuk memfasilitasi komunikasi yang terarah
5. Memberikan umpan balik positif ketika pasien dapat berkomunikasi secara efektif.
Dengan penanganan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI-SLKI-SIKI, diharapkan pasien dapat mengatasi gangguan proses pikir tidak efektif dan memiliki komunikasi yang lebih logis, terstruktur, dan fokus.