Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4117 | 31 Oct 2024
Klinis : Bapak S, usia 60 tahun, adalah seorang perokok berat dengan riwayat hipertensi dan diabetes. Selama beberapa bulan terakhir, ia sering merasakan nyeri pada betisnya saat berjalan, yang hilang setelah ia beristirahat. Ia juga memperhatikan bahwa luka kecil di pergelangan kakinya sulit sembuh. Akhirnya, ia berkonsultasi dengan dokter yang mendiagnosisnya dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD).
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, Bapak S, izinkan saya memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi yang Bapak alami saat ini.
Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Perfusi Perifer Berhubungan dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD)
Penjelasan Singkat:
a. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Definisi: Penurunan aliran darah ke perifer yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
- Karakteristik Definisi: Nyeri saat berjalan, luka sulit sembuh, penurunan sensasi, perubahan warna kulit.
b. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan: Perfusi jaringan perifer membaik, tidak ada tanda-tanda iskemia, luka sembuh dengan baik.
c. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi Keperawatan: Pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, perawatan luka, edukasi tentang gaya hidup sehat (berhenti merokok, kontrol diabetes, dan hipertensi).
Kesimpulannya, diagnosa keperawatan yang sesuai untuk kondisi Bapak S adalah Gangguan Perfusi Perifer Berhubungan dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD). Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan mencakup pemantauan tanda-tanda vital, manajemen nyeri, perawatan luka, dan edukasi terkait gaya hidup sehat untuk mencapai luaran yang diharapkan, yaitu perfusi jaringan perifer yang membaik dan penyembuhan luka yang baik. -
Article No. 4118 | 31 Oct 2024
Klinis : Tekanan Darah: 134/85 mmHg 2. Nadi: 86x/menit 3. RR: 20 x / menit 4. SPo2: 100% dengan nasal kanul 5. Output urine: 100 ml 6. Perdarahan: 300 ml 7. Pasien diberikan obat ketorolac 30 mg/8 jam dan Paracetamol 1 gr/8 jam oral 34 8. Pasien dibaringkan dengan posisi head up 30° 9. Obat anti hipertensi amlodipine dilanjutkan
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan data yang diberikan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat terkait dengan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Perdarahan Aktual
- Definisi: Berisiko mengalami kehilangan cairan dan darah yang melebihi volume normal, yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor Risiko: Pemberian obat antitrombotik (ketorolac).
2. Nyeri Akut
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
- Penyebab: Pemberian obat antiinflamasi non-steroid (ketorolac).
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
- Definisi: Asupan nutrisi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Faktor Risiko: Perdarahan.
Penjelasan Singkat:
1. Risiko Perdarahan Aktual:
- SLKI: Perdarahan Terkendali, Perfusi Jaringan Adekuat.
- SIKI: Manajemen Perdarahan, Terapi Cairan, Pemantauan Tanda Vital.
2. Nyeri Akut:
- SLKI: Nyeri Terkontrol.
- SIKI: Manajemen Nyeri, Pemberian Analgesik, Terapi Relaksasi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh:
- SLKI: Status Nutrisi Membaik.
- SIKI: Pemantauan Intake Nutrisi, Kolaborasi dengan Ahli Gizi, Pemberian Nutrisi Enteral/Parenteral.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan kondisi pasien secara komprehensif, termasuk memantau tanda-tanda vital, perdarahan, output urin, dan respons pasien terhadap pengobatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan standar SIKI dan bertujuan untuk mencapai luaran keperawatan yang diharapkan sesuai dengan SLKI. -
Article No. 4119 | 31 Oct 2024
Klinis : Bapak S, usia 60 tahun, adalah seorang perokok berat dengan riwayat hipertensi dan diabetes. Selama beberapa bulan terakhir, ia sering merasakan nyeri pada betisnya saat berjalan, yang hilang setelah ia beristirahat. Ia juga memperhatikan bahwa luka kecil di pergelangan kakinya sulit sembuh. Akhirnya, ia berkonsultasi dengan dokter yang mendiagnosisnya dengan Penyakit Arteri Perifer (PAD).
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Baik, berikut adalah kode ICD-10 untuk diagnosis dan kode ICD-9-CM untuk prosedur medis terkait dengan kondisi Bapak S:
1. Kode ICD-10:
- Kode: I70.21
- Deskripsi: Aterosklerosis ekstremitas bawah dengan claudicatio intermittens
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 38.18
- Deskripsi: Revaskularisasi arteri ekstremitas bawah dengan bypass
Penjelasan:
Berdasarkan informasi yang diberikan, Bapak S, seorang perokok berat dengan riwayat hipertensi dan diabetes, mengalami gejala-gejala yang mengarah pada Penyakit Arteri Perifer (PAD). Secara spesifik, ia sering merasakan nyeri pada betis saat berjalan (claudicatio intermittens) yang hilang saat beristirahat, serta memiliki luka kecil di pergelangan kaki yang sulit sembuh.
Kode ICD-10 I70.21 merujuk pada aterosklerosis ekstremitas bawah dengan claudicatio intermittens. Aterosklerosis adalah penyakit pembuluh darah yang ditandai dengan penumpukan plak di dinding arteri, menyebabkan penyempitan dan pengurangan aliran darah, terutama pada ekstremitas bawah.
Jika diperlukan, kode ICD-9-CM 38.18 dapat digunakan untuk prosedur revaskularisasi arteri ekstremitas bawah dengan bypass. Prosedur ini dilakukan untuk memperbaiki aliran darah ke ekstremitas bawah yang terganggu akibat penyakit arteri perifer.
Pengodean yang tepat dan penggunaan standar internasional seperti ICD-10 dan ICD-9-CM sangat penting dalam dokumentasi medis untuk memastikan ketepatan diagnosis, perawatan, dan penagihan biaya kesehatan yang sesuai. -
Article No. 4120 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien ny d sesak nafas RR:28, Tampak hipersekresi terdengar suara gurgling
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, sebagai seorang perawat, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi pasien Ny. D dengan sesak napas, RR: 28, tampak hipersekresi terdengar suara gurgling.
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan efektif.
3. Pasien dapat bernapas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Observasi tanda-tanda vital, terutama frekuensi napas.
2. Lakukan suction untuk mengeluarkan sekret.
3. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
4. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif.
5. Berikan nebulizer atau humidifier untuk melembapkan udara.
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Dengan penerapan standar SDKI, SLKI, dan SIKI, diharapkan pasien Ny. D dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka, mengeluarkan sekret dengan efektif, dan bernapas dengan mudah. -
Article No. 4122 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien mengatakan tubuhnya agak kedinginan saat sore, malam harinya ia menggigil dan berkeringat secara bergantian. Ia mengalami demam dan batuk serta merasakan dadanya nyeri. Batuknya produktif dan mengeluarkan sputum berwarna kuning kecoklatan.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda deskripsikan, berikut adalah Diagnosa Keperawatan beserta penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia:
Diagnosa Keperawatan:
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Penjelasan:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif adalah ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan jalan napas yang terbuka.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Pasien dapat mempertahankan jalan napas yang terbuka.
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret dari saluran napas secara efektif.
3. Pasien dapat bernafas dengan mudah.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Monitor pola napas, suara napas, dan penggunaan otot bantu napas.
2. Auskultasi suara napas dan bunyi tambahan.
3. Berikan posisi Semi-Fowler atau posisi lain yang memudahkan ekspektorasi.
4. Berikan inhalasi uap air hangat atau nebulizer untuk melembapkan jalan napas.
5. Bantu pasien dalam melakukan batuk efektif dan ekspektorasi.
6. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Pasien dalam kondisi ini mengalami gejala-gejala yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan, seperti demam, batuk produktif dengan sputum berwarna, dan rasa nyeri di dada. Hal ini dapat menyebabkan jalan napas menjadi tidak efektif akibat adanya sekret atau obstruksi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk membantu membersihkan jalan napas pasien dan mempertahankan ventilasi yang adekuat. -
Article No. 4123 | 31 Oct 2024
Klinis : nyeri
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi nyeri.
Diagnosa Keperawatan:
Nyeri akut (NANDA-I: 00132)
Definisi:
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan dalam istilah kerusakan tersebut.
Penyebab:
1. Agen cedera biologis (misalnya, penyakit, cedera)
2. Agen cedera kimiawi (misalnya, bahan iritan)
3. Agen cedera fisik (misalnya, trauma)
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
1. Karakteristik Definisi:
- Ekspresi verbal atau nonverbal nyeri
- Perubahan tanda-tanda vital
- Perubahan perilaku
- Laporan subjektif nyeri
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Luaran Keperawatan:
- Kontrol Nyeri
- Relaksasi
- Kenyamanan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Intervensi Keperawatan:
- Manajemen Nyeri
- Terapi Relaksasi
- Terapi Teknik Koping
Dalam konteks akademis, peran perawat sebagai pakar adalah memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi nyeri pasien. Perawat perlu menilai penyebab, karakteristik, dan dampak nyeri, serta merencanakan dan melaksanakan intervensi yang tepat untuk mencapai kontrol nyeri, relaksasi, dan kenyamanan pasien. -
Article No. 4124 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien laki-laki ditemukan tidak sadar, kejang, GCS 111 Tensi 65/50
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, kondisi pasien laki-laki yang ditemukan tidak sadar, kejang dengan GCS 111 dan tekanan darah 65/50 dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Manajemen kegawatdaruratan, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
Pasien yang ditemukan dalam kondisi tidak sadar, kejang, dengan GCS 111 dan tekanan darah rendah (65/50 mmHg) menunjukkan gejala koma atau penurunan kesadaran yang tidak terspesifikasi. Oleh karena itu, kode ICD-10 yang sesuai adalah R40.2 (Koma, tidak terspesifikasi).
Terkait tindakan medis, tidak ada kode ICD-9-CM yang spesifik disebutkan dalam informasi yang diberikan. Namun, dapat diasumsikan bahwa pasien akan memerlukan tindakan manajemen kegawatdaruratan, yang tercakup dalam kode ICD-9-CM 93.90 (Manajemen kegawatdaruratan, tidak terspesifikasi).
Pemeriksaan dan intervensi lebih lanjut akan diperlukan untuk menentukan penyebab yang mendasari kondisi pasien, serta memberikan penanganan yang sesuai. -
Article No. 4125 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien laki-laki tidak sadar, kejang, GCS 111 Tensi 65/50
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Dokter, berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis yang sesuai untuk pasien laki-laki tidak sadar, kejang, dengan skor GCS 111 dan tensi 65/50 adalah:
1. Kode ICD-10:
- Kode: R40.2
- Deskripsi: Koma, tidak terspesifikasi
2. Kode ICD-9-CM Procedure (jika ada):
- Kode: 93.90
- Deskripsi: Pemantauan frekuensi pernapasan dan tekanan darah, tidak terspesifikasi
Penjelasan:
1. Kode ICD-10 R40.2 (Koma, tidak terspesifikasi) sesuai dengan kondisi pasien yang tidak sadar dan memiliki skor GCS yang rendah (111).
2. Kode ICD-9-CM 93.90 (Pemantauan frekuensi pernapasan dan tekanan darah, tidak terspesifikasi) mencakup tindakan pemantauan yang diperlukan untuk pasien dengan kondisi seperti ini, termasuk pemantauan tekanan darah rendah (65/50).
Dokter, berdasarkan hasil analisis kode diagnosis dan kode tindakan medis, saya sarankan agar pasien segera mendapatkan penanganan medis yang tepat dan intensif untuk menstabilkan kondisinya. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika membutuhkan informasi lebih lanjut. -
Article No. 4126 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien laki-laki tidak sadar, kejang, GCS 111 Tensi 65/50
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang Anda berikan, yaitu pasien laki-laki tidak sadar, kejang, GCS 111, dan Tensi 65/50, maka dapat diberikan beberapa diagnosa keperawatan sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Penurunan Perfusi Serebral Berhubungan dengan Penurunan Tekanan Darah
- SLKI: Perfusi Serebral Adekuat
- SIKI: Manajemen Syok, Manajemen Hipotensi, Manajemen Oksigenasi
Penjelasan singkat:
Pasien dengan tekanan darah rendah (65/50 mmHg) memiliki risiko penurunan perfusi darah ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah manajemen syok, manajemen hipotensi, dan manajemen oksigenasi untuk mempertahankan perfusi serebral yang adekuat.
2. Diagnosa Keperawatan: Penurunan Tingkat Kesadaran Berhubungan dengan Kondisi Medis
- SLKI: Tingkat Kesadaran Membaik
- SIKI: Manajemen Kejang, Manajemen Hipotermi, Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penjelasan singkat:
Pasien yang tidak sadar (GCS 11) dan mengalami kejang menunjukkan adanya gangguan neurologis. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah manajemen kejang, manajemen hipotermi, dan manajemen peningkatan tekanan intrakranial untuk memulihkan tingkat kesadaran pasien.
Perlu diperhatikan bahwa diagnosa dan intervensi keperawatan dapat berubah sesuai dengan perubahan kondisi pasien dan evaluasi yang dilakukan oleh tim perawatan kesehatan. -
Article No. 4127 | 31 Oct 2024
Klinis : pasien mengatakan demam naik turun sejak 2 hari ini, mual, muntah 2 kali, sariawan, dan nafsu makan menurun. hasil pemeriksaan : keadaan umum : cukup kesadaran : composmentis TD : - S : 36,1 N : 117 RR : 21 SPO2 : 99
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan mempertimbangkan gejala-gejala yang Anda paparkan, saya dapat memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai berikut:
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipertermia Berhubungan dengan Proses Infeksi
Penjelasan singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas batas normal.
- Dalam kasus ini, pasien mengeluhkan demam naik turun sejak 2 hari, yang menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen demam, yang meliputi pemberian obat penurun panas, kompres hangat, dan pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
2. Mual dan Muntah Berhubungan dengan Proses Infeksi
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Mual dan muntah didefinisikan sebagai sensasi ketidaknyamanan yang memaksa pengeluaran isi lambung melalui mulut.
- Dalam kasus ini, pasien mengalami mual dan muntah sebanyak 2 kali, yang terkait dengan proses infeksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mengendalikan rasa mual dan frekuensi muntah.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen mual dan muntah, seperti pemberian antiemetik, pengaturan diet, dan edukasi terkait faktor pencetus mual dan muntah.
3. Gangguan Pola Makan Berhubungan dengan Proses Infeksi
Penjelasan singkat:
SDKI:
- Gangguan pola makan didefinisikan sebagai perubahan dalam jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi.
- Dalam kasus ini, pasien mengalami penurunan nafsu makan, yang terkait dengan proses infeksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan adalah pasien dapat mempertahankan nutrisi yang adekuat.
SIKI:
- Intervensi yang dapat dilakukan adalah manajemen nutrisi, seperti pemberian makanan yang mudah dicerna, pemantauan asupan nutrisi, dan pemberian suplemen jika diperlukan.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan gejala yang dialami pasien adalah hipertermia, mual dan muntah, serta gangguan pola makan, yang berhubungan dengan proses infeksi. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berfokus pada manajemen demam, mual dan muntah, serta nutrisi, dengan tujuan untuk memulihkan kondisi pasien.