Daftar Diagnosa Terbaru
-
Article No. 4106 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien klinis tampak kuning seluruh tubuh, malas menyusu, sempat ada kejang dan demam
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk kondisi pasien yang Anda sampaikan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan homeostasis.
Penjelasan Singkat:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer: Kondisi di mana ada penurunan sirkulasi darah ke jaringan perifer yang dapat mengancam kesehatan.
- Faktor yang berhubungan: Gangguan homeostasis, seperti perubahan pada fungsi hati, ginjal, atau sistem kardiovaskular.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Perfusi jaringan: Status sirkulasi darah ke jaringan perifer yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi.
- Luaran yang diharapkan: Pasien menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang membaik, seperti warna kulit yang normal, hangat, dan tidak ada edema.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan: Observasi tanda-tanda vital, pemantauan cairan masuk-keluar, pemberian oksigen, terapi suportif, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.
Tone: Akademis
Persona: Pakar
Nurse: Diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat yang saya berikan didasarkan pada standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari PPNI. Saya berharap informasi ini dapat membantu Anda memahami kondisi pasien dan intervensi keperawatan yang diperlukan. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menanyakannya. -
Article No. 4107 | 31 Oct 2024
Klinis : Demam 5 hari muntah 3x diare lebih dari 10 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat mengenai SDKI, SLKI, dan SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi demam 5 hari, muntah 3 kali, dan diare lebih dari 10 kali.
Diagnosa Keperawatan:
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare dan muntah.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas akibat demam.
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan akibat demam, diare, dan muntah.
Penjelasan singkat:
1. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
- Hipovolemia: Penurunan volume cairan intravaskular.
- Risiko Infeksi: Peningkatan risiko terserang patogen.
- Defisit Perawatan Diri: Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
2. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
- Hipovolemia: Mempertahankan volume cairan dan elektrolit yang adekuat.
- Risiko Infeksi: Tidak terjadi infeksi.
- Defisit Perawatan Diri: Kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri yang mandiri.
3. SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
- Hipovolemia: Pemantauan tanda-tanda vital, pemberian cairan intravena, dan edukasi tentang penggantian cairan dan elektrolit.
- Risiko Infeksi: Pemantauan tanda-tanda infeksi, manajemen demam, dan edukasi tentang pencegahan infeksi.
- Defisit Perawatan Diri: Bantuan dalam aktivitas perawatan diri, edukasi tentang perawatan diri, dan peningkatan kapasitas fungsional.
Sebagai perawat, saya akan menggunakan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan terstandar bagi pasien dengan kondisi demam, muntah, dan diare. -
Article No. 4108 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien klinis tampak kuning seluruh tubuh, malas menyusu, sempat ada kejang dan demam, kulit tampak kering
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, dengan kondisi klinis yang Anda deskripsikan, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan standar SDKI (Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Diagnosa Keperawatan:
1. Ikterus Neonatorum (SDKI)
Definisi: Keadaan hiperbilirubinemia pada neonatus yang ditandai dengan kulit dan sklera tampak kekuningan.
2. Intoleransi Menyusu (SDKI)
Definisi: Ketidakmampuan bayi untuk menyusu secara adekuat.
3. Risiko Kejang (SDKI)
Definisi: Rentan mengalami aktivitas neurologis abnormal yang tidak dapat dikendalikan.
4. Hipertermia (SDKI)
Definisi: Kenaikan suhu tubuh di atas normal.
5. Intoleransi Aktivitas (SDKI)
Definisi: Keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik yang diinginkan atau dibutuhkan.
Luaran Keperawatan (SLKI):
1. Pemulihan Ikterus Neonatorum
2. Adaptasi Menyusu yang Efektif
3. Kontrol Kejang
4. Pemulihan Suhu Tubuh
5. Toleransi Aktivitas yang Memadai
Intervensi Keperawatan (SIKI):
1. Pemantauan Tingkat Bilirubin
2. Manajemen Menyusu
3. Pencegahan Kejang
4. Manajemen Hipertermia
5. Manajemen Aktivitas
Penjelasan singkat:
Pasien dengan kondisi klinis seperti yang dideskripsikan mengalami kondisi ikterus neonatorum (kuning pada seluruh tubuh), intoleransi menyusu (malas menyusu), risiko kejang (sempat ada kejang), hipertermia (demam), dan intoleransi aktivitas (tampak lemah). Diagnosa keperawatan dan intervensi yang sesuai diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien tersebut dan mencapai luaran keperawatan yang diharapkan. -
Article No. 4109 | 31 Oct 2024
Klinis : Demam 5 hari suhu 40 derajat muntah 3x diare lebih dari 10 kali
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Baik, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat SDKI - SLKI - SIKI standar dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk kondisi yang Anda jelaskan:
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko Disekuilibrasi Cairan dan Elektrolit berhubungan dengan Diare dan Muntah
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia):
Risiko Disekuilibrasi Cairan dan Elektrolit: Keadaan di mana individu berisiko mengalami ketidakseimbangan antara intake dan output cairan serta elektrolit yang dapat mengancam kesehatan.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia):
1. Keseimbangan Cairan
2. Keseimbangan Elektrolit
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia):
1. Manajemen Cairan
2. Manajemen Elektrolit
3. Pemantauan Tanda-Tanda Vital
4. Perawatan Diare
5. Perawatan Muntah
Penjelasan Singkat:
Pasien dengan demam, muntah, dan diare yang berlangsung lebih dari 5 hari berisiko mengalami disekuilibrasi cairan dan elektrolit. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, dan komplikasi lainnya jika tidak segera diatasi. Intervensi keperawatan yang diperlukan meliputi manajemen cairan dan elektrolit, pemantauan tanda-tanda vital, perawatan diare, dan perawatan muntah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pasien. -
Article No. 4111 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Tn H umur 60 tahun, petani, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat selama 6 bulan, batuk kronis disertai dahak bercampur darah (hemoptisis), dan penurunan berat badan sebesar 10 kg dalam 4 bulan terakhir karena tidak nafsu makan. Memiliki Riwayat merokok 25 batang/hari selama 35 tahun dan Riwayat penyakit Bronkitis kronis. Pasien mengetahui bahwa merokok merupakan penyebab penyakitnya, tetapi merasa tidak siap dengan diagnosis kanker paru dan prognosisnya. Pasien merasa sesak saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan, cepat merasa lelah, dan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Sulit tidur karena batuk yang sering dan sesak napas pada malam hari. Tidur kurang dari 5 jam per malam. Tidak ada gangguan dalam proses berpikir, namun pasien merasa bingung dan takut mengenai penyakit dan pengobatannya. Pasien merasa rendah diri dan cemas karena kondisi fisiknya yang semakin melemah dan tidak mampu bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya. Pasien mulai merenung tentang arti hidup dan merasa bersalah karena tidak berhenti merokok lebih awal. Pasien merasa sangat stres dan cemas dengan diagnosis kanker paru dan takut terhadap kemungkinan prognosis yang buruk. Pasien menyatakan tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual karena merasa lemah dan sesak napas. Pasien adalah kepala keluarga dan tulang punggung keluarga, namun saat ini tidak dapat bekerja karena kondisi fisiknya. Pasien merasa tidak berguna bagi keluarga. Pemeriksaan Fisik • Kesadaran:Compos mentis • Frekuensi napas: 30 kali/menit • Frekuensi jantung: 105 kali/menit • Saturasi oksigen: 85% (tanpa oksigen) • Tekanan darah:130/80 mmHg • Suara napas : Ronki Ditemukan pada lobus atas paru kanan, Suara napas melemah di bagian atas paru kanan • Jantung: Bunyi jantung normal, tanpa murmur Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah • Hemoglobin (Hb): 11,2 g/dL • Leukosit: 14.500/mm3 • Trombosit: 300.000/mm3 • SGOT: 38 IU/L • SGPT: 32 IU/L • Albumin:3,0 g/dL • CEA (Carcinoembryonic Antigen): 55 ng/mL 2. Rontgen Dada Massa di lobus atas paru kanan dengan diameter 6 cm, ada infiltrasi ke jaringan sekitarnya. 3. CT-Scan Thoraks Mengonfirmasi massa di lobus atas kanan sebesar 6,5 cm dengan perluasan ke mediastinum. Ada pembesaran kelenjar getah bening mediastinum. 4. Biopsi Massa (Histopatologi) Hasil: Adenokarsinoma Paru (kanker paru tipe non-sel kecil) pada lobus atas kanan. 5. Pemeriksaan Fungsi Paru FEV1/FVC: 60% Kapasitas vital paru: 65% dari prediksi Pengobatan dan Obat yang Diberikan: 1. Kemoterapi • Cisplatin 75 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 120 mg IV. • Pemetrexed 500 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 820 mg IV. 2. Terapi Oksigen Oksigen nasal kanul 3-4 L/menit untuk menjaga saturasi oksigen di atas 90%. 3. Obat-obatan yang Diberikan • Salbutamol Inhalasi (Ventolin®) 2,5 mg nebulisasi setiap 6-8 jam: • Dexamethasone 5 mg IV setiap 12 jam: • Ondansetron 8 mg IV sebelum kemoterapi: • Morphine Sulfate 5 mg IV setiap 4 jam jika diperlukan: • Paracetamol 500 mg PO setiap 6-8 jam jika diperlukan: • Lansoprazole 30 mg PO sekali sehari: • Filgrastim (G-CSF) 300 mcg SC hari ke-2 hingga ke-5 setelah kemoterapi: 4. Radioterapi Setelah kemoterapi, pasien direncanakan menjalani radioterapi dengan dosis total 60 Gray (Gy) yang diberikan dalam 30 sesi (2 Gy per sesi). 5. Nutrisi Pemberian diet tinggi kalori dan protein untuk meningkatkan status gizi pasien yang mengalami penurunan berat badan drastis. 6. Rehabilitasi Paru Latihan pernapasan untuk meningkatkan kapasitas paru dan mengurangi sesak napas.
ICD-SDKI: ICD
Diagnosa:
Kode ICD-10: Berdasarkan informasi yang diberikan, diagnosis dan tindakan medis pada pasien tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kode ICD-10:
- Kode: C34.1
- Deskripsi: Adenokarsinoma pada lobus atas paru kanan
2. Kode ICD-9-CM Procedure:
- Kode: 99.25
- Deskripsi: Pemberian kemoterapi, kombinasi obat antineoplastik
- Kode: 92.24
- Deskripsi: Radioterapi, dosis tunggal atau fraksi multiple
Penjelasan:
Pasien ini didiagnosis dengan adenokarsinoma paru pada lobus atas kanan (C34.1) berdasarkan hasil pemeriksaan radiologis dan biopsi. Pasien menjalani pengobatan yang meliputi:
1. Kemoterapi kombinasi dengan Cisplatin dan Pemetrexed selama 6 siklus (99.25).
2. Radioterapi dengan dosis total 60 Gray (Gy) dalam 30 sesi (92.24) setelah kemoterapi.
3. Terapi suportif lainnya seperti terapi oksigen, pemberian obat-obatan simptomatik, rehabilitasi paru, dan dukungan nutrisi.
Pasien mengalami gejala sesak napas, batuk kronis dengan hemoptisis, penurunan berat badan, dan penurunan kapasitas fungsional. Pasien juga mengalami dampak psikologis akibat diagnosis kanker paru, seperti stress, kecemasan, rendah diri, dan kebingungan terkait prognosis penyakitnya. -
Article No. 4112 | 31 Oct 2024
Klinis : Seorang laki-laki Tn H umur 60 tahun, petani, masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang semakin memberat selama 6 bulan, batuk kronis disertai dahak bercampur darah (hemoptisis), dan penurunan berat badan sebesar 10 kg dalam 4 bulan terakhir karena tidak nafsu makan. Memiliki Riwayat merokok 25 batang/hari selama 35 tahun dan Riwayat penyakit Bronkitis kronis. Pasien mengetahui bahwa merokok merupakan penyebab penyakitnya, tetapi merasa tidak siap dengan diagnosis kanker paru dan prognosisnya. Pasien merasa sesak saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan, cepat merasa lelah, dan tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari. Sulit tidur karena batuk yang sering dan sesak napas pada malam hari. Tidur kurang dari 5 jam per malam. Tidak ada gangguan dalam proses berpikir, namun pasien merasa bingung dan takut mengenai penyakit dan pengobatannya. Pasien merasa rendah diri dan cemas karena kondisi fisiknya yang semakin melemah dan tidak mampu bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya. Pasien mulai merenung tentang arti hidup dan merasa bersalah karena tidak berhenti merokok lebih awal. Pasien merasa sangat stres dan cemas dengan diagnosis kanker paru dan takut terhadap kemungkinan prognosis yang buruk. Pasien menyatakan tidak tertarik untuk melakukan hubungan seksual karena merasa lemah dan sesak napas. Pasien adalah kepala keluarga dan tulang punggung keluarga, namun saat ini tidak dapat bekerja karena kondisi fisiknya. Pasien merasa tidak berguna bagi keluarga. Pemeriksaan Fisik • Kesadaran:Compos mentis • Frekuensi napas: 30 kali/menit • Frekuensi jantung: 105 kali/menit • Saturasi oksigen: 85% (tanpa oksigen) • Tekanan darah:130/80 mmHg • Suara napas : Ronki Ditemukan pada lobus atas paru kanan, Suara napas melemah di bagian atas paru kanan • Jantung: Bunyi jantung normal, tanpa murmur Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Darah • Hemoglobin (Hb): 11,2 g/dL • Leukosit: 14.500/mm3 • Trombosit: 300.000/mm3 • SGOT: 38 IU/L • SGPT: 32 IU/L • Albumin:3,0 g/dL • CEA (Carcinoembryonic Antigen): 55 ng/mL 2. Rontgen Dada Massa di lobus atas paru kanan dengan diameter 6 cm, ada infiltrasi ke jaringan sekitarnya. 3. CT-Scan Thoraks Mengonfirmasi massa di lobus atas kanan sebesar 6,5 cm dengan perluasan ke mediastinum. Ada pembesaran kelenjar getah bening mediastinum. 4. Biopsi Massa (Histopatologi) Hasil: Adenokarsinoma Paru (kanker paru tipe non-sel kecil) pada lobus atas kanan. 5. Pemeriksaan Fungsi Paru FEV1/FVC: 60% Kapasitas vital paru: 65% dari prediksi Pengobatan dan Obat yang Diberikan: 1. Kemoterapi • Cisplatin 75 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 120 mg IV. • Pemetrexed 500 mg/m2 IV setiap 21 hari. Diberikan selama 6 siklus. Dosis pasien: 820 mg IV. 2. Terapi Oksigen Oksigen nasal kanul 3-4 L/menit untuk menjaga saturasi oksigen di atas 90%. 3. Obat-obatan yang Diberikan • Salbutamol Inhalasi (Ventolin®) 2,5 mg nebulisasi setiap 6-8 jam: • Dexamethasone 5 mg IV setiap 12 jam: • Ondansetron 8 mg IV sebelum kemoterapi: • Morphine Sulfate 5 mg IV setiap 4 jam jika diperlukan: • Paracetamol 500 mg PO setiap 6-8 jam jika diperlukan: • Lansoprazole 30 mg PO sekali sehari: • Filgrastim (G-CSF) 300 mcg SC hari ke-2 hingga ke-5 setelah kemoterapi: 4. Radioterapi Setelah kemoterapi, pasien direncanakan menjalani radioterapi dengan dosis total 60 Gray (Gy) yang diberikan dalam 30 sesi (2 Gy per sesi). 5. Nutrisi Pemberian diet tinggi kalori dan protein untuk meningkatkan status gizi pasien yang mengalami penurunan berat badan drastis. 6. Rehabilitasi Paru Latihan pernapasan untuk meningkatkan kapasitas paru dan mengurangi sesak napas.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi pasien Tn. H yang dideskripsikan, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat berdasarkan SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret dan bronkospasme akibat kanker paru.
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kapasitas fungsional dan kelelahan akibat kanker paru.
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik dan penurunan kemampuan fungsional akibat kanker paru.
4. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis kanker paru dan prognosis yang tidak pasti.
5. Gangguan Proses Keluarga berhubungan dengan perubahan peran pasien sebagai pencari nafkah utama keluarga.
Penjelasan Singkat:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas:
- SDKI: Proses pernapasan tidak efektif dalam membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan.
- SLKI: Pasien dapat secara efektif membersihkan jalan napas.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk memfasilitasi bersihan jalan napas yang efektif.
2. Intoleransi Aktivitas:
- SDKI: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- SLKI: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat energi yang cukup.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk meningkatkan toleransi aktivitas pasien.
3. Gangguan Citra Tubuh:
- SDKI: Gangguan dalam persepsi atau gambaran diri seseorang terhadap tubuhnya.
- SLKI: Pasien dapat menerima perubahan citra tubuh dan mengelola dampak psikologisnya.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien menerima perubahan citra tubuh.
4. Kecemasan:
- SDKI: Respon emosional dan psikologis terhadap sumber ancaman, bahaya, atau perubahan yang tidak diketahui.
- SLKI: Pasien dapat mengelola kecemasan terkait penyakit dan pengobatannya.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu pasien mengelola kecemasan.
5. Gangguan Proses Keluarga:
- SDKI: Perubahan dalam pola interaksi dan fungsi keluarga sebagai unit.
- SLKI: Keluarga dapat beradaptasi dan mengelola perubahan dalam fungsi keluarga.
- SIKI: Intervensi keperawatan untuk membantu keluarga beradaptasi dengan perubahan.
Secara keseluruhan, diagnosa keperawatan ini mencakup aspek fisik, psikologis, dan sosial yang terkait dengan kondisi kanker paru yang dialami oleh Tn. H. Intervensi keperawatan yang sesuai akan membantu pasien dan keluarganya dalam menghadapi tantangan yang muncul akibat penyakitnya. -
Article No. 4113 | 31 Oct 2024
Klinis : Ny. N, usia 60 tahun, masuk ruang perawatan RS pada tanggal 15 Desember 2022 dengan rencana kemoterapi karena kanker payudara stadium lanjut. Pasien berasal dari Sulawesi Tengah dengan riwayat pengobatan kemoterapi 6 siklus dan radiasi payudara 6x sebelumnya di RS Makassar. Pasien dan keluarga memutuskan pindah berobat ke RSKD Jakarta atas keinginan sendiri dengan harapan kesembuhan yang tinggi. Kondisi pasien saat masuk rawat kesadaran compos mentis, hemodinamik dalam batas normal. Tekanan darah 112/70 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 20 x/menit, temperatur 36,2 °C dan saturasi oksigen 97%. Pasien mengeluh merasa capek dan nyeri seluruh tubuhnya. Dari hasil pengkajian perawat, diperoleh data bahwa pasien mengalami gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang tidak adekuat dan nafsu makan yang menurun akibat lemah dan nyeri. Berat badan sekitar 38 kg dengan tinggi badan 150 cm, diperoleh IMT 16,9 yang termasuk kategori kurus. Pasien hanya mampu menghabiskan 5 sendok makan dari porsi makan yang diberikan dari RS. Pasien tampak lemah dan tubuh pasien terlihat kaheksia. Hasil pengkajian nyeri diperoleh skala nyeri NRS= 7 hilang timbul dan terasa seperti ditusuk-tusuk. Terdapat luka payudara yang luas di dada pasien hingga area perut dan punggung kanan. Luka terbalut kasa dan terlihat banyak mengeluarkan cairan serta terdapat perdarahan di beberapa titik luka saat perawat melakukan penggantian balutan luka. Hasil laboratorium menunjukkan Hb: 10,1 g/dL Leukosit: 5,3 103/µl, Trombosit: 213 103/µl, Protein total: 4,8 g/dL, Albumin: 2,0 g/dL. Elektrolit Natrium: 132 mmol/L, Kalium: 2,8 mmol/L, Klorida: 90 mmol/L, GDS 92 mg/dL. Pasien tampak lemah, sebagian besar kebutuhannya dibantu oleh perawat dan keluarga. Keluarga menyampaikan bahwa mereka mengikuti keinginan ibu mereka (pasien itu sendiri) yang menginginkan pengobatan di RS Jakarta. Pasien adalah seorang istri, dan ibu dari 3 orang anak yang memiliki semangat dan harapan sembuh tinggi. Suami dan anak-anak pasien tidak ingin mematahkan semangat pasien dan mendukung keputusan pasien untuk pindah pengobatan dari RS Makassar ke RSKD Jakarta. Keluarga besar lainnya juga turut mendukung keputusan pasien dan mensupportnya sehingga pasien merasa bertambah semangat untuk menjalani pengobatan di RS Jakarta.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan informasi yang diberikan, dapat disusun diagnosa keperawatan Ny. N, beserta penjelasan singkat mengenai standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, sebagai berikut:
1. Diagnosa Keperawatan: Risiko Malnutrisi Berhubungan dengan Asupan Nutrisi Tidak Adekuat
- SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia): Risiko Malnutrisi adalah status gizi yang buruk akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat.
- SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia): Salah satu luaran yang diharapkan adalah Berat Badan Membaik, dengan kriteria hasil seperti Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam rentang normal.
- SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia): Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Gizi, seperti Pemantauan Asupan Nutrisi, Pemberian Suplemen Nutrisi, dan Kolaborasi dengan Ahli Gizi.
2. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Kenyamanan Nyeri Berhubungan dengan Luka Kanker Payudara
- SDKI: Gangguan Kenyamanan Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- SLKI: Salah satu luaran yang diharapkan adalah Nyeri Terkontrol, dengan kriteria hasil seperti Skala Nyeri Menurun dan Kemampuan Mengatasi Nyeri Meningkat.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Manajemen Nyeri, seperti Pemberian Analgesik, Terapi Relaksasi, dan Kolaborasi dengan Tim Medis untuk Penatalaksanaan Nyeri.
3. Diagnosa Keperawatan: Risiko Infeksi Berhubungan dengan Luka Kanker Payudara
- SDKI: Risiko Infeksi adalah kerentanan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan.
- SLKI: Salah satu luaran yang diharapkan adalah Infeksi Terkendali, dengan kriteria hasil seperti Tanda-tanda Infeksi Menurun dan Penyembuhan Luka Membaik.
- SIKI: Intervensi yang dapat dilakukan adalah Perawatan Luka, seperti Pengkajian Luka, Pemberian Balutan Luka, dan Kolaborasi dengan Tim Medis untuk Penatalaksanaan Luka.
Penjelasan singkat di atas menggambarkan pendekatan keperawatan yang komprehensif berdasarkan standar SDKI, SLKI, dan SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk menangani kondisi Ny. N. -
Article No. 4114 | 31 Oct 2024
Klinis : Ckd, hipertensi, diabetes melitus
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Dengan memahami kondisi pasien yang Anda sampaikan, yaitu CKD (Chronic Kidney Disease), hipertensi, dan diabetes melitus, berikut adalah diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI - SLKI - SIKI dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI):
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan Perfusi Ginjal Kronis
- Definisi: Penurunan aliran darah ke ginjal yang dapat mengganggu fungsi ginjal secara kronis.
- Penyebab: Penyakit ginjal kronis, hipertensi, diabetes melitus.
- Gejala: Penurunan laju filtrasi glomerulus, peningkatan urea dan kreatinin darah, edema, perubahan output urin.
2. Intoleransi Aktivitas
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin akibat keterbatasan energi.
- Penyebab: Penyakit ginjal kronis, hipertensi, diabetes melitus.
- Gejala: Kelelahan, kelemahan, dispnea, palpitasi.
3. Manajemen Regimen Terapeutik Tidak Efektif
- Definisi: Pola perilaku yang tidak konsisten dalam menjalankan regimen terapeutik untuk mengelola kondisi kesehatan.
- Penyebab: Kurangnya pengetahuan, dukungan sosial yang tidak memadai, hambatan ekonomi.
- Gejala: Ketidakpatuhan terhadap pengobatan, diet, dan olahraga.
Penjelasan Singkat SDKI - SLKI - SIKI:
SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi definisi, penyebab, dan gejala dari diagnosa keperawatan yang digunakan di Indonesia.
SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi luaran (outcome) yang diharapkan dari intervensi keperawatan.
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) adalah standar yang berisi intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mencapai luaran yang diharapkan.
Penggunaan standar SDKI - SLKI - SIKI ini memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi pasien dengan kondisi CKD, hipertensi, dan diabetes melitus. -
Article No. 4115 | 31 Oct 2024
Klinis : Ny. N, usia 60 tahun, masuk ruang perawatan RS pada tanggal 15 Desember 2022 dengan rencana kemoterapi karena kanker payudara stadium lanjut. Pasien berasal dari Sulawesi Tengah dengan riwayat pengobatan kemoterapi 6 siklus dan radiasi payudara 6x sebelumnya di RS Makassar. Pasien dan keluarga memutuskan pindah berobat ke RSKD Jakarta atas keinginan sendiri dengan harapan kesembuhan yang tinggi. Kondisi pasien saat masuk rawat kesadaran compos mentis, hemodinamik dalam batas normal. Tekanan darah 112/70 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 20 x/menit, temperatur 36,2 °C dan saturasi oksigen 97%. Pasien mengeluh merasa capek dan nyeri seluruh tubuhnya. Dari hasil pengkajian perawat, diperoleh data bahwa pasien mengalami gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang tidak adekuat dan nafsu makan yang menurun akibat lemah dan nyeri. Berat badan sekitar 38 kg dengan tinggi badan 150 cm, diperoleh IMT 16,9 yang termasuk kategori kurus. Pasien hanya mampu menghabiskan 5 sendok makan dari porsi makan yang diberikan dari RS. Pasien tampak lemah dan tubuh pasien terlihat kaheksia. Hasil pengkajian nyeri diperoleh skala nyeri NRS= 7 hilang timbul dan terasa seperti ditusuk-tusuk. Terdapat luka payudara yang luas di dada pasien hingga area perut dan punggung kanan. Luka terbalut kasa dan terlihat banyak mengeluarkan cairan serta terdapat perdarahan di beberapa titik luka saat perawat melakukan penggantian balutan luka. Hasil laboratorium menunjukkan Hb: 10,1 g/dL Leukosit: 5,3 103/µl, Trombosit: 213 103/µl, Protein total: 4,8 g/dL, Albumin: 2,0 g/dL. Elektrolit Natrium: 132 mmol/L, Kalium: 2,8 mmol/L, Klorida: 90 mmol/L, GDS 92 mg/dL. Pasien tampak lemah, sebagian besar kebutuhannya dibantu oleh perawat dan keluarga. Keluarga menyampaikan bahwa mereka mengikuti keinginan ibu mereka (pasien itu sendiri) yang menginginkan pengobatan di RS Jakarta. Pasien adalah seorang istri, dan ibu dari 3 orang anak yang memiliki semangat dan harapan sembuh tinggi. Suami dan anak-anak pasien tidak ingin mematahkan semangat pasien dan mendukung keputusan pasien untuk pindah pengobatan dari RS Makassar ke RSKD Jakarta. Keluarga besar lainnya juga turut mendukung keputusan pasien dan mensupportnya sehingga pasien merasa bertambah semangat untuk menjalani pengobatan di RS Jakarta.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Berdasarkan kondisi yang dijelaskan, diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan untuk Ny. N adalah sebagai berikut:
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat dan penurunan nafsu makan.
- SDKI: Nutrisi Tidak Adekuat
- SLKI: Kepatuhan Nutrisi Buruk
- SIKI: Manajemen Nutrisi
2. Nyeri kronis berhubungan dengan luka pada payudara, dada, perut, dan punggung.
- SDKI: Nyeri Kronis
- SLKI: Kontrol Nyeri Buruk
- SIKI: Manajemen Nyeri
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan ketergantungan pasien.
- SDKI: Defisit Perawatan Diri
- SLKI: Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Buruk
- SIKI: Peningkatan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari
Penjelasan singkat:
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh:
- SDKI: Nutrisi Tidak Adekuat - Ketidakcukupan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
- SLKI: Kepatuhan Nutrisi Buruk - Ketidakmampuan atau ketidakmauan pasien untuk mengikuti rencana nutrisi yang direkomendasikan.
- SIKI: Manajemen Nutrisi - Intervensi keperawatan untuk memantau, mengatur, dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
2. Nyeri kronis:
- SDKI: Nyeri Kronis - Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
- SLKI: Kontrol Nyeri Buruk - Ketidakmampuan pasien untuk mengontrol atau mengendalikan nyeri yang dirasakannya.
- SIKI: Manajemen Nyeri - Intervensi keperawatan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola nyeri yang dialami pasien.
3. Defisit perawatan diri:
- SDKI: Defisit Perawatan Diri - Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
- SLKI: Kemandirian Aktivitas Sehari-hari Buruk - Keterbatasan dalam kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- SIKI: Peningkatan Kemandirian Aktivitas Sehari-hari - Intervensi keperawatan untuk membantu pasien meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. -
Article No. 4116 | 31 Oct 2024
Klinis : Pasien anak perempuan, usia 5 tahun, mengalami demam tinggi selama 3 hari, ruam merah di kulit, bintik Koplik di mukosa mulut, batuk kering, dan mata merah. Hasil pemeriksaan menunjukkan kemungkinan campak.
ICD-SDKI: SDKI
Diagnosa:
DIAGNOSE SDKI: Sebagai seorang perawat profesional, saya akan memberikan diagnosa keperawatan dan penjelasan singkat menggunakan standar SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia), dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) berdasarkan kondisi pasien anak perempuan berusia 5 tahun dengan kemungkinan diagnosis campak.
Diagnosa Keperawatan:
1. Risiko infeksi berhubungan dengan sistem imun yang lemah akibat infeksi virus campak.
SDKI:
- Definisi: Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogen yang dapat menimbulkan komplikasi.
- Faktor Risiko: Sistem imun yang lemah, pemaparan terhadap agen patogen, kurangnya pengetahuan/pemahaman tentang pencegahan infeksi.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Tidak terjadi komplikasi infeksi sekunder, pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Monitor tanda dan gejala infeksi, Edukasi pencegahan infeksi silang, Jaga kebersihan lingkungan dan alat kesehatan, Kolaborasi pemberian terapi antivirus/antibiotik.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan demam dan ruam kulit akibat infeksi virus campak.
SDKI:
- Definisi: Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
- Faktor Penyebab: Proses patologis (demam, infeksi), stimulus yang membahayakan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien melaporkan nyeri berkurang, pasien dapat mengendalikan nyeri.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Identifikasi karakteristik nyeri, Kolaborasi pemberian terapi analgetik, Manajemen lingkungan yang nyaman, Distraksi dan relaksasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat demam tinggi dan infeksi virus campak.
SDKI:
- Definisi: Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas rutin yang diinginkan atau diperlukan.
- Faktor Penyebab: Kelemahan fisik, malaise, kelelahan.
SLKI:
- Luaran yang diharapkan: Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan minimal, Pasien dapat beradaptasi dengan keterbatasan aktivitas.
SIKI:
- Intervensi Keperawatan: Kaji tingkat aktivitas dan toleransi, Terapkan manajemen aktivitas bertahap, Kolaborasi fisioterapi, Edukasi manajemen energi.
Secara umum, fokus utama asuhan keperawatan pada pasien ini adalah mencegah komplikasi infeksi, mengelola nyeri dan ketidaknyamanan, serta memfasilitasi pemulihan agar pasien dapat kembali beraktivitas secara optimal.